Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mengkultivasi Kehidupan Dalam Kristus – Bagian 11




eBahana.com – Hubungan pribadi dengan Kristus perlu jika kita ingin menggagalkan skema-skema setan.

Pertama dan terpenting, kita harus mengkultivasi kasih akan kebenaran, karena dalam melakukan itu, kita mengasihi Allah dan mencari Firman-Nya, yang adalah kebenaran.

Dalam 2 Tesalonika 2:9-10, kita belajar bahwa mengasihi kebenaran akan memproteksi kita dari Antikristus: “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengsihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.

Jika kita menolak kasih akan kebenaran, kita pasti akan binasa. Kata “kasih” dalam kasus ini berarti lebih dari hanya men-toleransi kebenaran atau mengijinkan seseorang mempresentasi kebenaran kepada kita. Berarti mencari kebenaran, mendapatkannya untuk diri kita sendiri.

Kita harus mengambil waktu untuk membaca Alkitab dan bersukaria dalam hadirat Tuhan. Waktu yang diluangkan dalam hadirat-Nya melengkapi kita untuk mengenal kebenaran dan menolak segalanya yang lain.

Meluangkan waktu dalam persekutuan dengan orang-orang Kristen lain penting, namun lebih penting lagi meluangkan waktu seorang diri dengan Allah. Banyak orang membaktikan sisa waktu mereka untuk Allah. Mereka harus bertobat dan merubah cara-cara mereka.

Allah menginginkan waktu kita, dan jika kita menolak membaktikan waktu kita untuk-Nya, kita tidak bisa berharap mendengar dari-Nya. Allah bukan hanya ingin kapan saja, namun waktu tanpa akhir.

Kebalikkan dari mengatakan, “Tuhan, kita akan memberi-Mu setengah jam atau setengah hari,” kita harus mengatakan, “Tuhan, kita akan memberi-Mu waktu sampai kita mendengar dari-Mu, tidak masalah berapa lama dibutuhkan.”

Banyak orang tidak sabar mendengar dari Allah. Kita mungkin bertanya, “Kenapa kita harus menunggu lama untuk mendengar dari Allah?” Pertama, Allah berdaulat: Ia melakukan apa yang Ia mau, ketika Ia menginginkan, dengan cara-Nya. Ia tidak membutuhkan ijin kita. Ia menjawab sesuai waktu-Nya. Kedua, Allah mengungkapkan kepada kita banyak penghalang internal, pribadi kita yang perlu dibongkar sebelum Ia bisa berbicara dan menunjukkan kita jalan- Nya. Ia membutuhkan waktu lama untuk menangani penghalang- penghalang itu, membawa kita melalui proses mengaku dosa, pertobatan, dan merendahkan diri. Merendahkan diri sering penting; ini suatu tindakkan ketimbang perasaan.

Kerendahan hati bukan siapa kita; kerendahan hati apa yang kita lakukan. Ketimbang mencoba merasa rendah hati, kita harus melatih kerendahan hati dengan mengutamakan orang lain lebih dulu dan memikirkan kebutuhan-kebutuhan kita kurang penting. Hasilnya akan mengikuti.

Kita sudah menekankan pentingnya kerendahan hati yang datang ketika kita menyingkirkan penghalang kesombongan (pride) – penghalang yang bisa menghalangi komunikasi kita dengan Allah. Satu cara untuk merendahkan diri dihadapan Allah adalah dengan mengakui dosa-dosa kita.

Dalam 1 Yohanes 1:9, kita membaca, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Allah tidak ingin menahan dosa-dosa kita melawan kita, itu sebabnya Ia menyediakan jalan bagi kita untuk menerima penyucian lengkap dan pengampunan.

Meski demikian, ada satu syarat, kita harus mengakui dosa-dosa kita. Jika kita tidak mengakuinya, masih diperhitungkan melawan kita. Satu-satunya kita bisa lolos adalah melalui pengakuan dosa, mengakui cara-cara kita yang sudah bersalah pada Allah.

Sebaiknya tidak memalukan proses pengujian diri – seperti psikoanalisis, karena lebih kita menguji diri, lebih tidak suka kita pada diri sendiri. Allah sudah menyediakan penguji: yaitu Roh Kudus. Yesus berkata bahwa ketika Roh Kudus datang, Ia akan meyakinkan kita akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Seperti Yohanes menulis dalam 1 Yohanes 5:17, “Semua kejahatan adalah dosa.” Apa pun yang bukan kebenaran adalah dosa. Perbedaan hitam dan putih, tanpa abu-abu; Roh Kudus meyakinkan kita mengenai apa pun yang bukan kebenaran. Meski demikian, Roh Kudus tidak membuat kita merasa bersalah; hanya Satan menanamkan rasa bersalah dan membuat kita ragu-ragu apakah kita sudah melakukan cukup untuk mengkompensasi dosa kita.

Kunci kedua mengenai kerendahan hati ditemukan dalam Yakobus 5:16: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Dalam kehidupan Kristen, dosa-dosa yang belum diakui menumpuk dan menghalangi kita menerima kesembuhan. Kita bisa merendahkan diri kita dengan mengaku dosa kepada Allah, dan pada orang lain. Merendahkan diri sehat dan berdasarkan Firman Tuhan.

Cara ketiga merendahkan diri adalah dengan berserah pada cara- cara Allah. Dalam kitab Ulangan 32:3-4, Musa memproklamasikan, “Sebab nama TUHAN akan kuserukan: Berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.”

Allah adil, mustahil bagi-Nya menjadi tidak adil. Mari kita jangan membohongi diri sendiri dengan berpikir Ia berhutang pada kita. Allah tidak membuat kesalahan, dan kita tidak bisa menyebut-Nya tidak adil hanya karena Ia gagal memenuhi harapan-harapan dan keinginan-keinginan kita.

Kita semua akan mengalami situasi-situasi “tidak adil” dalam kehidupan. Kita bisa kekurangan sumber finansial; teman-teman bisa mengkhianati kita. Bagaimana kita merespons? Dalam 1 Petrus 5:6, dikatakan pada kita, “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” Kebalikkan dari menganggap tahu apa yang terbaik untuk kita dan tumbuh kepahitan ketika hal-hal lain terjadi, kita harus merendahkan diri.

Kita harus berdoa kepada Allah, “Bapa, saya tidak mengerti apa yang terjadi, namun saya tahu Engkau adil dan sempurna. Engkau tidak pernah membuat kesalahan. Apa yang Engkau lakukan benar, dan saya berserah pada penanganan-penanganan-Mu. Ajar saya apa yang saya tidak tahu, dan tolong saya untuk mengerti jalan-jalan- Mu.”

Ketika Allah membawa Israel keluar dari Mesir, Ia mengijinkan mereka untuk melewati pencobaan-pencobaan besar yang di rancang untuk merendahkan diri mereka. Dalam Ulangan 8:2-3, Musa berkata, “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.

Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak di kenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN (rhema).”

Bagaimana Allah merendahkan bangsa Israel? Ia membiarkan mereka melewati saat-saat kebutuhan dan ketidakcukupan, ketika keinginan kedagingan mereka tidak dipuaskan. Tujuan-Nya untuk merendahkan mereka, namun prosesnya berkepanjangan – kebalikkan merendahkan diri mereka, satu generasi musnah binasa di belantara karena mereka mengeluh, menggerutu, memberontak, dan pada akhirnya menyalahkan Allah.

Ketika kita menghadapi masa susah, kita tidak boleh menggerutu, kita tidak boleh menuduh Allah tidak adil, atau kita akan meleset dari tujuan-Nya. Jika kita merendahkan diri, tujuan-tujuan Allah akan dipenuhi.

Ayub 7:17-18 nas luar biasa yang ditujukan kepada Tuhan: “Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung, dan Kauperhatikan, dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji setiap saat?” Kita menjalani pengujian terus menerus untuk menentukan apakah kita setia dan taat atau memberontak dan tidak taat. Allah menguji kita setiap momen dan melawat kita setiap pagi; kita harus tetap terbuka pada tuntunan-Nya.

Kata-kata Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus dalam Yesaya 40:3-5 membuktikan penutupan yang tepat atas topik ini: “Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!

Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama- sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya.”

Seperti Yohanes Pembaptis mengatakan kata-kata ini dalam persiapkan untuk kedatangan Yesus yang pertama, Allah berbicara kata-kata ini pada kita untuk mempersiapkan kembalinya Yesus. Nas ini berakhir dengan janji bahwa kemuliaan Tuhan akan di ungkapkan, dan semua makhluk akan melihatnya. Bagaimana kita mempersiapkan jalan Tuhan? Kita harus menyingkirkan penghalang-penghalang yang kita dirikan untuk melawan tujuan-tujuan dan rencana-rencana Allah.

Empat perubahan harus terjadi, di ilustrasikan dengan perumpamaan: pertama, setiap lembah akan di tinggikan; kedua, setiap gunung dan bukit akan di rendahkan; ketiga, tempat-tempat yang berliku-liku akan diluruskan; keempat, tempat-tempat yang kasar akan dihaluskan. Apa yang rendah harus ditinggikan; apa yang tinggi harus direndahkan. Promosi sensasional dan pernyataan yang berlebih-lebihan, membesarkan diri, berlagak dan membual, harus berakhir; kita harus mempraktikkan kerendahan hati. Meninggikan diri dan mempromosi diri tidak bisa mempercepat kedatangan Allah. Ia akan memberi upah atas kebajikan yang masyarakat zaman sekarang remehkan: seperti kesopanan, kesederhanaan, kesucian, dan kehambaan.

Kekasaran apa pun dalam kehidupan kita harus diluruskan; tempat- tempat kasar harus dihaluskan. Egoisme kita, kecenderungan bereaksi dengan kemarahan ketika hal-hal tidak terjadi sesuai keinginan kita, argumentatif kita – harus dihilangkan.

Sementara kita menjalani ujian-ujian – secara pribadi sebagai individual, dan secara kolektif sebagai gereja – Allah mempersiapkan kita untuk menerima pewahyuan kemuliaan-Nya, yang akan terjadi karena Firman-Nya mengatakan begitu, dan Ia setia memenuhi Firman-Nya. Kemuliaan-Nya akan diungkapkan hanya melalui mereka yang sudah memenuhi syarat-syarat-Nya – syarat-syarat yang di tulis dalam Kitab Suci.

Allah bekerja untuk melaksanakan pemenuhan Kitab Suci ini. Lebih spesifik, Ia bekerja untuk membawanya ke dalam gereja diseluruh dunia. Kita harus memilih menjadi saluran untuk kemuliaan-Nya atau menjadi gunung-gunung yang menahannya. Waktu pengujian kita; sebenarnya, sudah dimulai dalam kehidupan banyak orang yang Allah uji dengan pencobaan dan kesengsaraan.

Allah tidak pernah menggunakan apa pun atau siapa pun tanpa ujian awal, maka jika kita ingin dipakai dalam kerajaan-Nya, kita harus menantikan dan melewati ujian. Mari kita putuskan untuk gigih melalui ujian-ujian-Nya, camkan di pikiran berkat-berkat yang akan mengikuti jika kita memperoleh nilai. Kita tidak boleh kehilangan tekad atau “drop-out,” namun harus sebaliknya menantikan ujian-ujian dan bergantung pada kasih karunia Allah untuk melewatinya.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply