Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jangan Menangis




Salah satu bentuk ungkapan perasaan terdalam adalah menangis. Menangis adalah perasaan haru, baik karena suka atau pun duka.

Ketika seseorang menghadapi persoalan yang amat berat dan seakan tak ada jalan keluar, menangis adalah  jawabannya. Sebaliknya, ketika misteri terungkapkan, sering sukacita diungkapkan lewat tangisan. Tapi, yang sering mendominasi kehidupan umat manusia adalah menangis karena duka dan harapan yang sirna.

Dunia kita sedang berduka. Ia bagaikan kisah seorang janda dalam Lukas 7:11-16. Bagai seorang janda yang terluka, kehilangan harapan, kebanggaan dan andalan. Sama seperti tradisi di banyak suku bangsa, janda memiliki status  rendah dalam masyarakat. Janda digolongkan kelompok miskin, lemah, dan perlu dibantu. Harapan para janda adalah anaknya, itu pun anak yang lakilaki. Hanya anak laki-laki yang mendapat status dalam masyarakat.

Dalam perikop di atas, dikisahkan bahwa janda dari kota Nain adalah seorang yang miskin, tetapi masih punya satu anak, yakni anak laki-lakinya. Ini adalah harapan, kebanggaan dan andalannya. Tapi, anaknya yang tunggal ini meninggal dunia. Itu artinya, si janda kehilangan orang yang menjadi harapannya, ia kehilangan segalanya. Sehingga ia menangis. Baginya dunia ini gelap. Ia hanya dapat menangis dan meratap. Memang, dalam penderitaan dan kemiskinan, dalam kesedihan, dan ketika yang kita andalkan (apa pun itu) hilang, kita hanya dapat stress, sedih dan menangis, seperti janda ini. Siapa yang dapat menolong dan menyelamatkan?

Di tengah tengah persoalan, pergumulan dan kesedihan kita, di kala tidak ada yang dapat menolong, ketika kita kehilangan harapan, Yesus tergerak oleh belas-kasihan. Ia datang melawat kita, lalu berkata: JANGAN MENANGIS (Do not weep). Ini sebuahberita sukacita. Imanuel, Allah beserta kita. Kalau menurut filsafat Stoa, Allah itu jauh dan bersifat apati, tak peduli dan tak merasakan sesuatu. Tapi dalam perikop di atas, Yesus hadir, dekat dan tergerak oleh belaskasihan (compassion). Kata Yunaninya adalah splagchnizomai, artinya adanya rasa simpati terhadap penderitaan orang lain dan keinginan untuk menolong. Ini yang dimiliki Yesus, ketika Ia melawat umat-Nya. Dia tergerak oleh belas-kasihan karena:

(1) Si janda ini, dan juga kisah tentang para janda dalam Alkitab, dinyatakan sebagai yang beriman, yang hanya menyerahkan kehidupannya, menggantungkan harapannya ke dalam tangan pengasihan Tuhan.

(2) Si Janda ini, walaupun tak punya status dalam masyarakat, tapi karena kepribadian dan perbuatannya baik, maka “banyak orang dari kota menyertainya”. Imannya berbuah, sehingga ia disenangi oleh banyak orang.

(3) Orang banyak dari kota Nain hanya dapat mengantar si janda dalam penguburan anaknya yang telah meninggal. Mereka tidak dapat berbuat banyak. Tapi, ketahuilah bahwa karena solidaritas orang banyak ini kepada si Janda, Yesus menyatakan kasih-Nya. Dia menjawab persoalan janda tersebut. Yesus mengembalikan kebanggaan dan harapan kepadanya.

Kita, bagaikan janda dari kota Nain, yang kehilangan harapan. Kita bergumul dengan berbagai persoalan yang silih berganti. Mungkin ada persoalan pekerjaan, persoalan kesendirian di tengah keramaian karena semakin tebalnya individualis, persoalan hak azasi manusia yang tidak diperhatikan, persoalan anakanak, persoalan jaminan masa depan, persoalan ekonomi, persoalan cuaca yang tak menentu, dan sebagainya. Singkatnya, semua, tak terkecuali punya masalah masing-masing. Apalagi dengan krisis moneter yang telah melanda USA, tidak hanya berdampak di negara adikuasa atau negara-negara maju, melainkan mendala seluruh dunia. Seluruh dunia goncang. Para investor gamang menyelamatkan saham, sehingga jatuh anjlok, mata uang melemah, harga komoditi anjlok, perusahaan terancam tutup yang dapat mengakibatkan pengangguran besarbesaran karena PHK, serta semakin bertambahnya angka kemiskinan. Belum lagi pergumulan menyongsong Pemilu yang akan datang…..! Di tengah kondisi ini, Yesus hadir dan berkata: Jangan menangis. Yang penting adalah berserah, berjuang dan berharap kepada-Nya. Berjuanglah di dalam Dia, sebab di tengah penderitaan, kemiskinan dan keputusasaan – di sana pun Yesus ada. Yesus melawat dan menguatkan kita. Perikop kita tidak berkata bahwa “tidak ada tangis, tak ada derita, dan pergumulan…”. Tetapi perikop ini menyatakan penyertaan dan solidaritas Tuhan dalam pergumulan, dalam tangis dan penderitaan umat-Nya. Janganlah menangis!



Leave a Reply