Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jesus The Heroic Leader




Pemimpin heroik mengambil tanggung jawab, melindungi, memperhatikan, menghargai dan menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

Salah satu pernyataan Barack Obama yang menarik ketika ia berkampanye untuk menjadi presiden adalah proklamasinya sebagai penjaga saudara-saudara sesama warga negara Amerika Serikat, “I am the keeper of my  brothers and sisters.” Bagi bangsa Amerika yang sedang bingung karena ketidakpastian, perkataan Obama menjadi berita yang sangat menghibur. Obama mengetahui persis apa yang dibutuhkan oleh bangsanya pada situasi seperti sekarang ini, yakni seorang pemimpin yang akan melepaskan mereka dari berbagai krisis terutama ekonomi dan politik. Janji untuk menjadi seorang penjaga bagi sesama warga negara Amerika memiliki daya tarik yang luar biasa hingga menarik simpati para calon pemilihnya. Tidak heran jika kemudian ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-44. Pernyataan Obama mengingatkan kita pada dialog Allah dengan Kain tentang keberadaan Habel.

Tuhan mempertanyakan tanggung jawab Kain sebagai kakak dari Habel. Kain menanggapi pertanyaan Allah dengan menjawab “Apakah aku penjaga (shamar) adikku?” (Kej. 4:9). Kata penjaga diterjemahkan dari kata shâmar yang berasal dari bahasa Ibrani kuno yang memiliki arti melindungi, mengawasi, menjamin keamanan, peduli, memperhatikan yang semuanya diabaikan oleh Kain. Allah mengharapkan Kain menjadi penjaga bagi adiknya, menjadi hero bagi saudaranya, pemimpin yang heroik (pemimpin yang memiliki sifat kepahlawanan) tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Di kisah selanjutnya, kita membaca Allah mengutuk Kain bukan hanya karena telah membunuh saudaranya, tetapi karena ia juga telah menolak untuk menjadi seorang hero bagi adiknya. Kain adalah gambaran seorang pemimpin pengecut, pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Presiden Barack Obama telah belajar prinsip-prinsip pemimpin yang heroik, mengambil tanggung jawab, melindungi, memperhatikan, menghargai dan menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

Bukan seorang pemimpin yang mengekploitasi pengikutnya dengan menebar teror untuk mendapatkan hormat dan penghargaan. Sekarang kita masih menunggu apakah Obama benar-benar melakukan apa yang diomongkannya. Jadi kita belum dapat belajar apa pun dari Obama karena kita belum melihat realita. Namun, kita bisa belajar dari pribadi pemimpin heroik terbesar sepanjang masa, Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah pribadi yang telah terbukti sifat kepahlawanan-Nya. Kayu salib menjadi bukti terkuat bagaimana heroiknya sang Kristus. Jika tingkat kepahlawanan diukur dengan pengorbanan diri untuk orang lain, maka Yesus Kristus pasti menduduki posisi teratas. Nabi Yesaya telah memprediksi peristiwa itu ratusan tahun sebelumnya. Yesaya menuliskan, “… penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya … ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya …” (Yes. 53:4-5). Apa saja yang harus kita ketahui tentang karakter seorang pemimpin yang heroik? Berikut beberapa ciri pemimpin heroik:

1. Mengembangkan gaya hidup unggul

Bila kita bercermin kembali kepada Kristus tentang sifat kepahlawanan dalam diri-Nya, kita akan heran karena kesederhanaan-Nya. Hidup pelayanan Yesus hanya sekitar Yerusalem dan Galilea, satu-satunya perjalanan ke luar negeri yang Dia lakukan adalah pergi ke Mesir itu pun karena mengungsi. Tetapi Dia mengerjakan semua pelayanan-Nya dengan standar terbaik. Kesungguhan dan keseriusan menjadi ciri utama pelayanan Kristus. Hari demi hari pelayanan-Nya direncanakan dan dilakukan secara sempurna. Keduabelas murid-Nya menjadi saksi bagaimana Kristus selalu menggunakan standar tertinggi di semua pelayanan-Nya termasuk ketika memuridkan mereka. Unggul dalam tindakan, unggul dalam perilaku, unggul dalam perencanaan dan

unggul dalam karakter yang termotivasi oleh kasih sejati. Kristus berhasil mengatasi godaan utama yang paling dekat kepada seorang pemimpin yaitu melakukan hal-hal yang bersifat spektakuler. Alih-alih melakukan hal yang spektakuler Yesus Kristus menggantikannya dengan kesetiaan terhadap perkara-perkara kecil dengan standar tertinggi. Kristus sadar akan batas, kapasitas serta identitas pelayanan-Nya di dunia. Untuk itu Dia berkarya dengan keunggulan yang dimiliki-Nya termasuk mati di kayu salib (cara kematian yang sama sekali

tidak spekatakuler). Pemimpin heroik tidaklah harus melakukan hal-hal yang spektakuler. Tetapi ia melakukan semua tanggung jawab sekecil apa pun dengan cara yang terbaik dan terunggul. Keunggulan menjadi ciri utama

dari seorang pemimpin heroik dalam melakukan segala sesuatu sesuai rencana Tuhan. Kesuksesan bagi seorang pahlawan heroik bukan terletak pada sejumlah penghargaan duniawi yang berhasil diraih tetapi hidup sesuai dengan rencana Tuhan dengan standar keunggulan.

2. Fokus pada panggilan hidupnya

Jika kita ditanya mengapa kita terus menerus bertahan untuk mempertahankan hidup ini? Tentu ada banyak alasan. Dari alasan yang filosofis hingga alasan yang biasa-biasa saja. Apa yang telah dilakukan Kristus dalam hidup dan karya pelayanan-Nya sangat jelas dan tidak berubah-ubah. Paling tidak Kristus melakukan tiga hal utama dalam hidupnya: (1) Memberitakan Injil, (2) Mempersiapkan pemimpin masa depan dan (3) Mati di kayu salib. Kristus menjalani panggilan-Nya secara konsisten dan pasti. Seorang pemimpin heroik memiliki kepastian akan tujuan dan panggilan hidupnya. Dia tidak akan membiarkan kenikmatan dunia maupun kesusahan hidup mengalihkannya dari panggilan-Nya. Godaan terbesar bagi para pemimpin biasanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, status dan popularitas (Mat. 4:1-11). Tanpa fokus kepada panggilan sorgawi, ketiga godaan ini akan menjadi penyakit yang akan menggerogoti para pemimpin Kristen

3. Memiliki gaya hidup berkorban

Suatu saat Yesus ditanya oleh seorang ahli Taurat tentang siapakah saudara yang harus dijaga dan dilindungi. Kemudian Yesus menceritakan sebuah kisah yang sangat heroik, kisah yang agung dan luar biasa tentang saudara – “sesama” yang harus dilindungi, diperhatikan dan ditolong. Kisah itu saya beri judul yang sesuai dengan topik ini : “Orang Samaria yang Heroik” (Luk. 10-25-37). Kita semua telah mengenal dan akrab dengan kisah itu, satu kisah heroik yang diceritakan oleh seorang hero. Kisah itu bukanlah sebuah kisah yang muluk-muluk (utopis), tetapi sebuah kisah kehidupan sehari-hari. Apa yang dilakukan Orang Samaria benar-benar heroik, didorong oleh belas kasihan dan kemanusiaan, ia tembus tembok kenyamanan. Kenapa harus repot-repot menolong orang yang selama ini dicap kafir (orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak layak hidup di dunia)? Kenapa harus buang waktu dan uang untuk orang yang memusuhinya? Ada banyak alasan bagi orang Samaria untuk tidak melakukan apa-apa dan pergi begitu saja. Tetapi, ia tidak melakukan itu karena ia seorang hero. Dia memiliki sifat kepahlawanan dalam dirinya secara permanen. Dialah seorang hero sejati. Banyak orang berharap Obama menjadi seorang hero tapi sayang dia belum melakukan apa pun. Mengapa kita menuntut Obama atau siapa pun untuk menjadi seorang hero bagi kita? Tidak adil rasanya menuntut orang lain untuk menjadi penjaga bagi kita. Mengapa bukan kita yang justru menjadi seorang hero bagi saudara kita sendiri? Keluarga kita membutuhkan orang tua heroik yang selalu ada ketika dibutuhkan. Gereja memerlukan kepemimpinan heroik yang mampu melindungi, mengayomi, memberikan rasa aman bagi jemaat.

Di kantor, di sekolah, di lingkungan masyarakat bahkan dimana pun sangat memerlukan kepemimpinan heroik. Mari meneladani Kristus, pemimpin heroik kita. Bukankah Dia telah meninggalkan teladan bagi kita agar kita mengikuti jejak-Nya? Be a hero, be a leader, and be a heroic leader.



Leave a Reply