Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

SEMANGAT JACOB




Sepulang latihan lenong di gereja, kami berjalan ke terminal Blok M. Dari terminal itu kami akan berpisah ke jurusan rumah masingmasing. Jacob ke arah Ciledug sedangkan aku ke Pamulang. Tiba-tiba aku tersadar kehabisan uang.

Sungkan rasanya menyatakan masalah uang ke Jacob, karena aku tahu betul kondisi keuangannya. Tak tega tapi apa boleh buat. Aku tak mungkin naik bis gratisan, mohonmohon Pak kondektur membebaskan ongkos. Manalah percaya aku tak punya uang. Hari itu pakaianku sangat rapi. ”Odi…pakai saja uangku,” kata Jacob tersenyum. Ia mengeluarkan uang dari dompetnya memberikan padaku. ”Nanti kuganti, maaf ngerepotin. Terima kasih, Cob,” kataku menerima uang darinya. Kami pun berpisah mencari bus masing-masing. Kupandangi Jacob dari kejauhan, kuberdoa semoga Jacob baik-baik saja. Sampai di rumah dengan selamat. Penyakitnya tidak kambuh di jalan ….

Menderita Epilepsi

Namanya Jacob Hein Tanamal, usianya 28 tahun. Aku belajar banyak darinya sejak pertama kali bertemu di kelas katekisasi pada tahun 2004. Sekilas orang tak akan tahu di balik semangat hidup dan pelayanannya Jacob terus berjuang melawan penyakit epilepsi yang dideritanya sejak tahun 2004 itu. “Ayo…ikut aja. Gabung di pelayanan…,” ajaknya suatu kali di minggu-minggu awal pertemuan kami. “Tunggu apa lagi?” tanya Jacob saat dilihatnya aku masih bimbang. Wajahnya sumringah memancarkan semangatnya. Semangat Jacob membuatku mengambil keputusan melayani di berbagai kegiatan pemuda gereja. Beberapa kali kudengar penyakit Jacob kambuh di jalan. Oleh orang-orang di sekitarnya Jacob dibiarkan saja di pinggir jalan sampai siuman. Tubuh dan seluruh pakaiannya belepotan oleh tanah atau aspal jalanan yang berdebu. Setelah siuman tentu Jacob harus siap dengan segala pandangan aneh bahkan mungkin sinis orang-orang yang melihatnya.

 

Berangkat dari Kondisi Minimalis

Jacob anak tunggal dari keluarga sederhana. Ayahnya telah meninggal saat Jacob lulus SMA yaitu tahun 1999 karena jantung. Sedangkan ibunya sudah lanjut usia. Sejak itu Jacob harus bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Mulanya ia bekerja di kafe. Tak lama kemudian tempatnya bekerja bangkrut. Lalu ia bekerja di restoran Jepang sebagai tenaga kontrak. Jacob pernah menempati rumah kontrakan sangat sederhana. Kamar mandinya tanpa pintu. Juli 2008, Jacob berjualan pulsa di depan gereja kami, GKI Kebayoran Baru. Modal usaha berasal dari seorang warga gereja. Setiap hari Jacob membuka counternya jam 8 pagi dan tutup jam 8 malam. Biar irit Jacob selalu membawa makan dari rumah untuk sarapan dan makan siangnya. Pernah satu kali saat jaga counter pulsa, epilepsi Jacob kambuh. Setelah siuman, dagangan Jacob habis dicuri oleh orang-orang yang lalu lalang di jalan. Mereka yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, dalam penderitaan. Tapi Jacob tak menyerah. Jacob tidak mengenal putus asa. Ia tidak mengasihani diri sendiri. Yang memancar darinya adalah semangat. Yah…semangat yang telah membuat orang-orang di sekitarnya ikut tertular. Ia masih berjualan pulsa sampai hari ini. Kami di kelompok GELAM (Gerakan Pencinta Alam) di gereja kerap dibuat tertegun sekaligus bingung oleh semangat Jacob. Ia selalu ingin ikut naik gunung, padahal kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Jacob tidak boleh terlalu capai atau terlambat makan karena itu memicu epilepsinya untuk kambuh. Kadang kami tak dapat menolaknya melihat semangat itu.

 

Menyebar Semangat dalam Keterb atasan

Rasanya dalam hidupku banyak kuperoleh keberuntungan dan berkat. Salah satunya mengenal Jacob dan bersahabat dengannya. Jacob yang selalu disiplin di setiap jadwal pelayanan gereja. Jacob yang terus bisa bersyukur meskipun hidupnya penuh perjuangan. Jacob yang selalu senang membantu orang lain dalam keterbatasannya. Jacob yang rajin berpuasa menjelang Natal. Jacob yang selalu membangkitkan teman-temannya yang mulai malas-malasan. Jacob, meskipun setiap minggu harus kontrol dokter dan minum obat setiap malam sejak menderita epilepsi, ia tetap bisa bersyukur dan menebar semangat. Jacob, terima kasih kamu ada di antara kami.



Leave a Reply