Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Yesus dan Politik (Part V)




eBahana.com – Kritik Oto Kritik

Setelah berhasil mengalahkan iblis di padang gurun Yesus jusru menyingkir ke Galilea, mengapa Ia harus menyingkir ke sana, Galilea terletak di sebelah utara Palestina. Kota tersebut adalah tempat tinggal dan kegiatan pertama dari Dia. Penduduknya adalah campuran dari orang Yahudi dan bukan Yahudi (Matius 4:15). Danau Galilea sama dengan danau Genezareth (Lukas 5:1) atau danah Tiberias (Yohanes 6:1;21:1). Dalam Perjanjian lama terdapat nama kuno yaitu danau Kineret (Bilangan 34:11; Yosua 12:3 atau danau Kinerot, Yosua 13:7.

Dia menyingkir ke Galilea bukan karena kehendak-Nya sendiri tetapi untuk menggenapkan firman yang disampaikan oleh Allah Bapa sebelumnya. Ada alasan yang menarik di sini adalah, Dia menyingkir karena Yohanes Pembaptis ditangkap oleh raja Herodes. Benang merahnya di mana antara Yohanes dan Yesus? Maria ketika sedang mengandung pernah pernah berkunjung ke rumah Elishabet yang juga sedang mengandung dirinya juga. Yang kedua, Dia juga dibaptis olehnya di sungai Yordan. Namun alasan yang terpenting mengapa Yesus menyingkir ke Galilea adalah tujuan kelahiran Yohanes Pembaptis dulu dari pada-Nya adalah untuk mempersiapkan jalan bagi Dia sebelum Ia datang ke dunia umat israel sudah siap.

Apa alasan raja Herodes menangkap Yohanes Pembaptis dan memenjarakannya, karena ia menegurnya karena menikah dengan istri kakak yang bernama Pilipus yang telah meninggal. Sedangkan mantan istri Pilipus tersebut bernama Herodias, memang adat-istiadat Yahudi kelihatannya tidak boleh menikahi iparnya sendiri ketika salah satunya sudah meninggal dunia. Rupanya mereka tidak terima atas teguran Yohanes Pembaptis tersebut dan menyimpan dendam. Tetapi Herodes sebagai raja memang ragu ragu untuk menghukumnya karena sebelum peristiwa teguran itu berlangsung dan ketika sudah dipenjara Herodes sering konseling meminta nasihat kepadanya di samping itu karena Yohanes dianggap suci dan seorang Nabi. Namun sungguh berbeda dengan Herodias ia yang tidak bisa menghilangkan dendamnya dan mencari cara untuk membunuhnya. Momentum itu datang manakala Herodes ulang tahun dan meminta anak perempuanyaHerodias dan yang juga keponakanya sendiri dimintanya untuk menari diacara tersebut. Dia dia mau menari minta apa saja akan ia berikan tetapi karena bingung bentuk hadiah yang mau di mintanya ia konsultasi sama ibunya. Mendengar permintaan tersebut Herodias seperti mendapat durian runtuh atau pucuk dicinta ulam pun tiba karena ia benar benarmementum untuk menuntaskan dendamnya. Lalu ia menyuruh putrinya  untuk meminta putrinya untuk meminta hadiah kepalanya Yohanes pembabtis untuk dipenggal kepalanya. Mendengar permintaan itu karena sudah terlanjur janji sebagai seorang harus mengabulkanya, setelah itu ia memerintahkan algojo untuk mekakukan eksekusi terhadapnya dan ia meninggal.

Sekarang kita sebagai rakyat dan sekaligus pengikut Kristus apakah berani menegur atau melakukan kritik yang baik kepada para pemimpin walaupun nyawa taruhanya. Bangsa Indonesia sangat mengharapkan kehadiran kita sebagai pengikut-Nya untuk menjadi teladan yaitu berada di garis memperjuang kesejahteraan sosial budaya, politik ekonomi dan hukum sesuai dengan prinsip prinsip iman Kristen. Yohanes Pembaptis adalah seorang martir demokrasi di Israel waktu itu karena berani melakukan teguran terhadap raja Herodes yang melakukan pelanggaran walaupun nyawa taruhannya. Apabila pengikut Kristus mau terjun ke dunia politik harus meneladani Yohanes Pembaptis berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan menuju kehidupan yang lebih baik.

Pada saat ini Indonesia sedang berperang melawan KKN, narkoba dan kejahatan yang lainya sekarang pengikut Kristus mau berkontribusi apa dan gereja berani melakukan kritik otoktik atau tidak demi bangsa Indonesia ke depan, hanya gereja baik secara personal dan organisasi yang harus bisa menjawab persoalan yang ada di berbagai sektor kususnya persoalan politik kebangsaan.

POLITIK=RESTORASI

Penangkapan Yohanes Pembaptis langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi dirinya baik secara sosial budaya, politik dan hukum. Dia menghindar bukan berarti takut di tangkap dan dipenjarakan tetapi ada visi misi besar yang harus diselesaikan-Nya. Khususnya yang ada benang merahnya dengan visi misi penyelamatan dan penggenapan janji Allah dalam perjanjian lama.

“Tanah Zebulon dan tanah Naftali jalan ke laut daerah sebrang sungai Yordan, Galilea wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut telah terbit terang.”

Kata bangsa yang tinggal di dalam kegelapan adalah kata kuncinya, sebab kegelapan di sini multitafsir. Zebulon dan Naftali itu penduduknya multi etnis yang tentunya bukan merupakan umat pilihan Allah. Bangsa yang tinggal dalam kegelapan karena hidup mereka jauh dari kehendakNya sehingga cara hidupnya melakukan berbagai macam jenis dosa (seperti zaman Nuh atau masa gelap 400 tahun). Sekarang ketika Yesus muncul di tengah-tengah mereka seperti melihat terang.

Berarti kehadiran Yesus membawa satu restorasi atau gerakan perubahan yang lebih baik di Galilea dan sekitarnya. Kata telah melihat terang menjadi penanda sebuh perubahan itu sendiri. Negara Indonesia membutuhkan seorang yang mempunyai idealisme dan gagasan gagasan besar untuk Indonesia yang berestorasi yang berorientasi ke depan. Sekarang pertanyaannya, siapa yang sanggup menjadi terang itu? Siapa yang mempunyai potensi besar hanya para pengikut Kristus saja. Karena jika sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang maha esa diterangi iman Kristen maka restorasi yang hakiki akan akan terealisasi dengan baik. Sekarang adakah para pemimpin dan legislator Kristen yang masih mempunyai idealisme dan bersih dari KKN? Yang bisa menjawab ya diri kita sendiri. Oleh karena para pengikut Kristus yang ingin menjadi pemimpin harus bisa berorientasi pada panggilan dan pelayanan bagi Kristus niscaya bangsa ini akan merasakan kemandirian ekonomi politik, sosial dan budaya.

“Dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut telah terbit terang.”

Apa maksudnya dengan negeri yang dinaungi maut? Apakah negeri itu adalah negeri yang tidak aman bagi penghuninya. Atau negeri maut yang dimaksudkan adalah masyarakat yang dihuni para penjahat seperti penyamun, pencuri dan dan kejahatan yang lainya. Atau karena negeri ini memang penduduknya bukan dari umat pilihan Allah sehingga digolongkan oleh penulis Alkitab negeri yang dinaungi maut.

Tetapi ketika Dia datang langsung membawa perubahan, dengan kata “telah terbit terang” sama dengan terjadi pencerahan hidup. Kedatangan Yesus di Galilea membawa perubahan dalam bidang sosial budaya dan politik. Kondisi bangsa kita saat ini di berbagai bidang kehidupan hampir sama dengan Galilea saat itu yang membutuhkan arah perubahan. Karena diri kita adalah pengikut Kristus yang harus bisa menerangi di tengah-tengah kegelapan dengan kata lain maju-mundurnya negeri ini, damai tidaknya negeri ini tergantung dari bagaimana para pengikut Kristus menjalankan misi dan visinya termasuk mereka yang duduk di eksekutif, legislatif dan dan yudikatif mampu mengimplementasinya atau mampu tidak dalam mengemban amanat rakyat.

KONSEP POLITIK YESUS

Sejak waktu itulah Yesus memberitakan, “Bertobatlah sebab kerajaan Surga sudah dekat.”

Kata kerajaan itu berbicara politik karena pasti minimal terdiri dari dua hal. Di dalam kerajaan itu ada pemimpin (raja), kerajaan itu ada rakyat (umat) dan di dalam kerajaan pasti ada hukum (aturan) yaitu firman-Nya.

Kata kunci untuk bisa masuk kerajaan ini adalah, “Bertobatlah sebab kerajaan surga sudah dekat!” Kalimat ini adalah bentuknya seruan bagi setiap orang yang mau menjadi warga negara Allah, yaitu kata bertobatlah. Bertobatlah itu sama dengan perubahan atau restorasi dan itu rupanya menjadi syarat yang absolut.

Kata raja dan kerajaan itu yang sejak kelahiranya menjadi sangat kontroversi khususnya bagi raja Herodes yang merasa terancam kedudukannya sebagai raja. Pada hal konsep kerajaan yang dimaksudkan Yesus itu sangat berbeda dengan konsep petinggi agama Yahudi dan raja Herodes. Konsep kerajaan menurut Dia adalah bukan teritorial yang dibatasi batas-batas wilayah ruang dan waktu tetapi lebih dari itu karena kerajaan menurut-Nya tidak bisa hanya dipikirkan dan dilihat secara manusiawi tetapi harus dilihat dengan hati, pikiran dan tindakan iman. Kata, “ bertobatlah” itu adalah diwujudkan dalam pikiran ucapan dan tindakan menuju peruban yang lebih baik.

Pada dasarnya kontradiktif konsep Yesus dan konsepbangsa Israel tentang kerajaan sudah terlihat sejak jaman perjanjian lama pada masa Nabi (imam Samuel) ketika bangsa Israel untuk meminta seorang raja. Sebenarnya Dia sudah memberitahu segala konsekuensinya apabila mempunyai raja seperti bangsa lain. Tetapi karena bangsa Israel adalah bangsa yang bandel maka tetap ngotot tidak bergeming meminta seorang raja dan Ia mengabulkannya dan memberikannya seorang raja yang bernama Saul.

Dalam dinamika bangsa Israel setelah mempunyai raja tidak selalu mulus karena ditentukan oleh karakter siapa raja yang memimpin. Kerajaan israel mengalami jaman keemasan pada saat dipimpin oleh raja Daud dan raja Salomo setelah itu bangsa Israel semakin hari semakin surut pamornya.

Ternyata ketika Yesus hadir di tengah-tengah bangsa Isrel itu konsep kerajaan masih sama. Di tengah-tengah penjajahan bangsa Romawi mereka merindukan kedatangan Mesias dari istana seperti raja Daud.

Pada hal kedatangan Mesias yang ada dalam diri Yesus dari keluarga miskin, hal itu yang memicu banyak penolakan khususnya dari kalangan petinggi agama Yahudi.

Sekarang bagaimana dengan kita para pengikut Kristus yang mau terjun ke dalam panggung politik, apakah sudah mempunyai konsep politik yang jelas untuk membawa gerakan restorasi. Hendaknya politisi politisi Kristen harus mempunyai konsep politik dan ideologi pancasila yang yang telah diterangi oleh kasih Kristus. Jika politisi-politisi Kristen itu mampu mengejawantahkan konsep di atas maka akan bisa menjadi terang dan mampu menjadi restorasi bagi bangsa ini. Markus Sulag



Leave a Reply