Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Trinitas yang Sering Disalahpahami




Problem Teologis

Hal paling sulit dalam kekristenan adalah Trinitas  karena tidak ada pen­jelasan yang cukup. Karena itu, apo­lo­getika, yang sering terdengar meskipun tidak memuaskan,  Trinitas adalah konsep yang tidak mungkin dapat dimengerti oleh manusia apalagi dijelas­kan. Allah jauh lebih besar dan agung dari manusia. Karena itu, jangan berharap bahwa kita dapat memahami Dia secara penuh.  Trinitas dalam Alkitab Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16; 61:1; Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14; “TUHAN itu esa”

Penjelasan Teologis

Selain Trinitas, kekristenan bersikeras dan mempertahankan monoteisme. Namun, ketika monoteisme dipertemukan dengan Trinitas, gagap men­jelaskan sehingga tidak memuaskan penanya, bahkan menjadi olok-olok tak ber­keputusan  tanpa seorang Kristen pun yang mampu menghentikan.  Mono­teisme dalam Alkitab dimuat Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:4; Galatia 3:20; 1 Timotius 2:5.

Untuk memahami, monoteisme dan Trinitas, keduanya saling terkait, bisa dibedakan pengertiannya tetapi tidak boleh dilepaskan. Untuk menjelaskan, ada dua hal yang perlu diketahui dulu. Pertama, kata “Allah” dari kata al-ilah (The God; ilah (sembahan) yang itu). Kedua, memang istilah “Trinitas” di Alkitab tidak ada. Jika istilah itu muncul, sebagai contoh ayat di atas, itu merupakan formulasi dari “Allah”, “Roh Allah”, “berfirmanlah Allah” (Kej 1:1-3), “Bapa”, “Anak”, “Roh Kudus” (Mat. 28:19). Dari Injil Matius ini, kata yang digunakan adalah eis to onoma; di dalam nama, bukan di dalam nama-nama. Yohanes juga mengungkapkan bahwa di surga, ada tiga saksi yang ketiganya satu, yaitu  Bapa, Firman dan Roh Kudus (1 Yoh. 5:7). Jika kedua ayat itu dipadupadankan akan menjadi Bapa, Anak (Firman), Roh Kudus. Jadi, jika mengacu pada “nama”, bukan “nama-nama” dan tiga saksi, yang ketiganya satu, kekristenan itu mengenal monoteisme-Trinitas.

Fenomena Linguistik

Namun, bagaimana menjelaskan semua ini? Paus Shenouda III dari Alexandria dan Patriakh Gereja Ortodoks Mesir menjelaskan. Untuk memahaminya, ada makna konotatif dan denotatif. Secara konotatif, sebagai sesembahan, Allah yang dikonotasikan dengan kata “Bapa” (wujud) ditandai dengan hadirnya sosok, yang disembah.  Dalam bahasa Arab dikenal idiom bint Shafa (“anak mulut”; yang artinya perkataan). Arti “Anak Allah” adalah perkataan (firman) Allah, bukan anak dalam pengertian biologis. Mari bandingkan Yohanes 1:14, awalnya,  Yohanes menulis “firman itu telah menjadi manusia”. Tiba-tiba, ia menulis “Anak Tunggal Bapa”. Dari sini, Yohanes mengkonotasikan firman dengan kata “Anak”. Kemudian, bandingkan Matius 28:19 dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dengan 1 Yoh. 5:7  “[di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus]”. Setelah membandingkan, “Anak” dengan “Firman” ditemukan, arti “Anak Allah” adalah perkataan (firman) Allah,  Secara denotatif, Roh adalah hidup yang dimiliki Allah. Kudus adalah sifat Roh-Nya.

Formulasi monoteisme-Trinitas adalah Allah itu merupakan sosok yang ada (bukannya tidak ada), bisa berkata-kata (tidak bisu), dan hidup (tidak mati). Untuk lebih jelasnya, sosok, pikiran, yang diungkapkan dengan perkataan, dan hidup, bisa diuraikan atau dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling melekat tanpa permulaan dan kesudahan. Seperti manusia yang terdiri tubuh, jiwa dan roh, ketiganya mengacu pada satu orang tertentu, bukan tiga orang. Begitulah, penjabaran monoteisme-Trinitas. Jadi dengan mengikuti pemahaman Anak (Firman) dari Alkitab dan gagasan teologis Paus Shenouda III, pemahaman tentang Trinitas diperoleh.

Trinitas bukan Triteisme

Setelah memahami Trinitas, sekarang Triteisme akan dibahas. Dalam isme ini, ada relasi seksual di antara dewa-dewi. Di sini, ada perbedaan waktu ketika dewa dan dewi itu menikah. Awalnya, Isis dan Osiris menikah. Setelah menikah, Horus lahir. Isis, Osiris dan Horus adalah tiga serangkai ilah dari Agama Fir’aunyyah, Mesir. Triteisme Mesir ini adalah tiga ilah yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, meskipun tiga serangkai, dewa dan dewi itu dapat dibedakan sosoknya. Dari penyembahan tiga ilah, kalau Trinitas dipahami sebagai Allah Bapa, Maria, dan Yesus, ini sama sekali tidak benar!

Jika ditilik jauh ke belakang, sistem penyembahan ini berasal dari Babel. Dari tempat inilah manusia diserakkan Allah (Kej, 11:9). Tradisi agama Babel mengenal Nimrod, Semiramis (istri) dan Tammuz. Siapakah Nimrod? Nimrod adalah anak Kusy (Kej. 10:6-8). Nimrod adalah cucu Ham. Demikian penjelasan sekilas tentang Nimrod. Keterkaitan Nimrod dan Semiramis tidak lepas dari nubuat Kejadian 3:15 tetapi ditafsirkan keliru. Untuk menjadi mesias menurut nubuat tersebut, Nimrod menikahi Semiramis, ibunya. Nimrod menyatakan bahwa Semiramis adalah perempuan yang dimaksudkan dalam nubuat itu. Pernikahan Nimrod-Semiramis (ibu-anak) berlangsung setelah Kusy meninggal.

Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya walaupun jasad­nya telah mati. Sejak kematian itu, Semiramis mengklaim bahwa Nimrod menjadi Dewa Matahari. Kemudian, untuk melestarikan penyembahan Dewa Matahari, Tammuz, anak Semiramis, dianggap sebagai reinkarnasi Nimrod. Karena nubuat Kejadian 3:15 sudah diketahui sejak awal, barangkali Semiramis sudah mengetahuinya sehingga ia mengklaim Tammuz adalah penggenapan nubuat itu. Alhasil, sistem penyembahan ibu-anak terbentuk. Kemudian sistem ini menyebar  ke luar Babel dengan bentuk dan nama yang berbeda. Misal, di Mesir Isis dan Osiris dikenal. Di Asia;  Cybele dan Deoius. Di Roma; Fortuna dan Yupiter.

Kesimpulan

Dengan uraian serba sekilas di atas, sekarang Trinitas dan Triteisme akan diperbandingkan. Dari kata Triteisme sudah dapat dipastikan bahwa isme ini meng­anut politeisme meskipun jumlahnya sangat terbatas, yaitu tiga. Hal ini sangat jauh berbeda sekali dengan monoteisme-Trinitas seperti terurai di atas. Seperti sudah diuraikan di atas, Triteisme dibentuk oleh relasi seksual (suami-istri-anak). Trinitas merupakan relasi tiga unsur yang menunjukkan eksistensi makhluk hidup.



Leave a Reply