Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Keterlibatan GPIB Zebaoth Atasi Covid-19 Diapresiasi Bima Arya




Wali Kota Bogor Bima saat webinar dalam rangka HUT GPIB Zebaoth Bogor ke-102 secara daring di Pendopo VI, Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Sabtu (5/2) kemarin.

Bogor, eBahana.com – Webinar 102 tahun gedung gereja GPIB (gereja Protestan di Indonesia Barat) Zebaoth Bogor pada Sabtu (5/2) kemarin diikuti 440 orang baik dari majelis Zebaoth maupun masyarakat. Dalam rangkaian acara yang berakhir nanti pada ibadah Minggu (6/2) dengan pelayan firman Pendeta Gultom, Ketua Umum PGI (Persatuan Gereja Indonesia) diikuti donor darah oleh 60 orang ini, mengambil tema “Mengoptimalkan Sinergi Intergenerasional Digital GPIB Dengan Lembaga Terkait Mewujudkan Keberpihakan Kepada Yang Terpinggirkan”.

Bima Arya Sugiarto, Walikota Bogor menjadi pembicara pertama dalam webinar ini. Ia mengapresiasi kerjasama Zebaoth selama ini dalam hal penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19. Bima Arya mengimbau, agar protokol kesehatan tetap dijaga. Hal ini dikarenakan adanya lonjakan kasus yang cukup signifikan di Kota Bogor.

“Untuk hari ini saja ada 336 kasus baru. Ini tren mengarah tahun lalu soal jumlah varian delta mengancam. Kota Bogor sudah berada di level 1 dan masyarakat sudah tenang, tapi muncul lagi tren kenaikan kasus. Maka prokes menjadi hal penting yang harus kita perhatikan,” kata Bima Arya. Orang nomor satu di pemerintahan kota hujan ini menegaskan, sepanjang sejarah belum pernah ada kebersamaan yang begitu kuat dari sebelumnya. “Pandemi Covid 19 membuat kebersamaan kita sangat kuat dari sebelumnya. Saat pandemi kita bersatu. Ini modal yang sangat kuat,” ujarnya.

Bima Arya juga menegaskan, Kota Bogor mampu mengelola perbedaan sehingga tetap bersatu dan hidup rukun dalam perbedaan. “Hari ini kita catat banyak masalah. Maka itu butuh bantuan semua pihak. Modal persaudaraan harus tetap dijaga. Ada langkah dan aksi nyata gereja dan saya memuji langkah ini. Gerakan gereja fokus pada gerakan perbedaan umat. Ini sangat bagus,” kata Bima. Bagi Bima, apa yang dilakukan gereja hari ini, akan menjadi warisan bagi anak cucu. Kota Bogor menurut Walikota, adalah milik kita semua. “Saya ucapkan selamat ulang tahun ke 102. Zebaoth selama ini juga terus mendukung program Pemkot Bogor. Sekali lagi selamat ulang tahun buat gereja Zebaoth,” ujar Bima.

Pendeta Paulus Kariso Rumambi, Ketua Umum Majelis Sinode GPIB yang menjadi pembicara kedua setelah Walikota Bogor menegaskan pada misi pelayanan gereja. Menurut Pendeta Rumambi, misi panggilan dan pengutusan gereja dengan membangun sinergi antara gereja dan masyarakat, harus terus ditingkatkan.

“GPIB menghadirkan damai sejahtera bagi sesama umat ciptaan. Karya keselamatan Tuhan Yesus harus terus dilakukan. Harus ada peningkatan kualitas iman. Hindari kebiasaan konsumtif. Hindari hidup serakah. Hidup sederhana yang berkecukupan serta jujur atas diri sendiri,”kata Pendeta Rumambi sambil meminta pelayanan pendidikan harus di optimalkan. Untuk masalah kesehatan, pendidikan serta optimalisasi pengembangan pelayanan masyarakat kota dan industri, guru, warga urban dan lainnya juga menjadi perhatian yang di uraikan Pendeta Rumambi.

Sementara pembicara ke tiga, Wawan Gunawan, Direktur pusat studi dan pengembangan perdamaian institute Nawangwulan menitikberatkan pada perdamaian. Kemudian Timboel Siregar, koordinatorBPJS Watch menitikberatkan pada pokok permasalahan pelayanan gereja bagi masyarakat yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Pembicara terakhir adalah Pendeta Margie Ririhena de Wanna, Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Zebaoth Bogor. Dalam uraiannya, Pendeta lulusan S3 ini mengupas tentang sejarah perjalanan gereja Zebaoth hingga memasuki masa sekarang dunia serba digital.

Menurut Pendeta Margie, perubahan akan terus berlangsung, maka itu hidup manusia juga akan terus mengalami perubahan sesuai tuntutan perubahan itu sendiri. “Saat masyarakat 1.0, itu masih masyarakat nomaden. Lalu berkembang ke masyarakat 2.0 yang adalah masyarakat agraris. Berkembang lagi ke 3.0 yang merupakan masyarakat industri. Berkembang lagi ke masyarakat 4.0 yakni masyarakat digitalisasi. Dan sekarang kita masuki masyarakat 5.0,” kata Pendeta Margie.

Namun ia berpesan, di masyarakat 5.0 ini semua akses dengan mudah bisa ditemukan. Orang dari dalam kamar tidur bisa mengakses perkembangan atau informasi diluar negeri. Untuk itu, gunakan dengan benar. Perlu adanya penguatan karakter iman. Maka itu, literasi digital perlu ada tanggung jawab saat digital itu digunakan. Ubah pola pikir. Berubah sesuai dengan kebutuhan,” kata Pendeta Margie sambil menambahkan, gereja Zebaoth adalah gereja adaptif dan terus menerus beradaptasi.

(yopi/pk)



Leave a Reply