Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tipu Daya Dunia




eBahana.com

Tantangan seorang petani dalam berbudidaya pertanian adalah tanaman pengganggu. Dan manusia tidak kuasa menolaknya,  jika benih yang ditaburkan tidak bisa bertumbuh di tanah tersebut. Pada realitanya seringkali tanaman pengganggu justru mendominasi sehingga tanaman utama yang ditaburkan dari benih petani kalah dalam hal jumlahnya. Hal itu senada dengan  perumpamaan Yesus di bawah ini:

“Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu semakin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati”

Apa itu semak duri? Semak duri diduga dari benih yang bentuknya hampir sama dengan benih yang ditaburkan oleh seorang penabur di tanah. Karena kemungkinan bentuknya hampir sama, penabur sulit mengenali dan kemungkinan tidak tau kalau benih yang dibawa sudah tercampur dengan  benih semak duri. Tak menutup kemungkinan juga, benih yang  dibawa penabur lebih banyak semak durinya dari pada benih aslinya. Sehingga ketika bertumbuh di tanah yang sama, semak duri lebih banyak mendominasi dan menghimpit sampai mati. Penabur itu baru bisa mengetahui ketika benih yang asli sama-sama bertumbuh di tanah yang serupa. Oleh karena mempunyai duri yang tajam dan kemungkinan tinggi serta besarnya sama melebihi tumbuhan dari benih asli yang ditaburkan di tanah tersebut sehingga mampu menghimpit tumbuhan yang berasal dari benih seorang penabur.

Terhimpit juga diartikan bahwa tumbuhan yang berasal dari penabur akan kekurangan sinar matahari dan membuat tumbuhan tidak sehat. Terhimpit juga berarti tumbuhan dari bibit yang asli tidak ada lagi makanan karena sudah dimakan oleh semak duri. Sehingga tumbuhan yang berasal dari benih yang asli pada akhirnya mati sebelum berbuah. Dalam kehidupan manusia itu memang  secara alami muncul yang namanya kompetisi. Dalam sebuah kompetisi ada yang namanya persaingan. Dalam sebuah persaingan , ada yang sehat (sportif) dan persaingan tidak sehat (tidak sportif).  Seperti yang tertulis di dalam firman Tuhan di bawah ini:

Yang ditaburkan di tengah semak duri, ialah orang yang mendengar firman itu. Lalu kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman sehingga tidak berbuah.”

Persaingan yang tidak sehat antarpribadi dengan pribadi, antarkelompok. antarsuku, dan antarnegara, dengan melakukan segala cara yang bertentangan dengan norma-norma sosial kemanusiaan, dan agama (spiritualitas). Kata menghimpit yang tertuang di dalam firman Tuhan di atas bisa diartikan penindasan dan penjajahan  manusia atas manusia. Dan atau manusia yang kuat menindas yang lemah. Semak duri bisa disebut yang kuat, dan benih yang tumbuh di tengahnya disebut yang lemah. Himpitan itu apabila dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kematian. Jika menyoal kematian tentu harus mengingat dua hal, yaitu kematian jasmani dan rohani. Kematian jasmani itu penyebab utamanya adalah himpitan ekonomi yang mendera seseorang. Sementara kematian secara rohani terjadi karena himpitan dosa. Karena persoalan itulah maka Yesus mengatakan:

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka yang empunya kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berduka cita karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka memiliki bumi. Berbahagialah orang lapar dan haus kebenaran karena mereka akan dipuaskan.”

Alasan Yesus menyampaikan hal demikian adalah karena manusia sedang berada dalam  penderitaan dosa. Sedangkan manusia tidak akan bisa keluar dari kungkungan dosa disebabkan manusia miskin iman kepada Allah. Sementara dari sudut pandang dunia, miskin disebabkan banyak faktor, salah satunya imperialisme (penjajahan) dari bangsa asing. Oleh Yesus, kekuatiran dan tipu daya dunia diumpamakan himpitan dari semak duri. Lalu mengapa Dia mengatakan mereka empunya kerajaan Surga? Sebab  mereka tidak mempunyai tempat  untuk meminta pertolongan selain Dia.

Dengan kata lain, Dia adalah satu-satunya tujuan dan pengharapan supaya bisa keluar dari himpitan. Benih yang tumbuh di tengah semak  duri diumpamakan Yesus sebagai seseorang yang tengah terhimpit seolah tidak ada lagi jalan keluar. Padahal himpitan-himpitan itu mengancam  nyawanya. Seseorang yang terancam nyawanya pasti merasakan duka cita dan membutuhkan penghiburan. Sedangkan penghiburan hanya terdapat di dalam Dia. Oleh karena mereka terjepit penderitaan maka mereka juga merasakan lapar dan haus tetapi menghadapi jalan terjal. Namun, mereka menemukan titik terang, yaitu Yesus. Seperti yang Ia pernah katakan juga:

“Hanya orang sakit yang membutuhkan tabib.”

Itulah alasan-Nya, mengapa Dia menyebut orang miskin dan orang yang menderita adalah orang berbahagia dan empunya Kerajaan Surga. Sebab mereka lebih berkomitmen dan berpengharapan penuh kepada Dia. Benih yang ditabur di tengah semak duri adalah gambaran seseorang yang hidupnya selalu dipenuhi dengan kekuatiran dan seseorang tersebut telah terkena oleh tipu daya kekayaan dunia ini, padahal Yesus juga berkata:

“Karena itu Aku berkata kepadamu, jangan kuatirkan hidupmu, apa yang hendak kamu makan atau minum, jangan kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kamu pakai. Bukanlah hidup lebih penting dari makanan  dan tubuh lebih penting dari pada pakaian?”

Yang membuat seseorang selalu kuatir dalam hidupnya adalah dirinya sendiri yang membanggakan apa yang ia punya. Namun ia tidak menyadari bahwa dosa yang telah merasuki tubuh, jiwa, dan rohnya itu semakin membuat manusia penuh dengan kekurangan. Terutama dalam hal mencukupi kebutuhan hidup yang harus bekerja keras membanting tulang. Semakin dia kuatir maka tubuh, jiwa dan rohnya akan semskin lemah dan memunculkan banyak penyakit. Seperti yang tertulis dalam Amsal:

“Hati yang gembira adalalah obat manjur tetapi semangat yang patah keringkan tulang.”

Sekalipun setiap hari kita mendengarkan firman, tetapi hati, pikiran, dan tindakan kita masih dan rentan duniawi. Kendati firman tetap bertumbuh tetapi akan terjepit oleh keinginan duniawi (keinginan daging) yang lebih kuat, pada akhirnya firman kebenaran itu akan mati terjepit oleh keduniawian. Manusia tidak sadar bahwa ia telah ditipunya dengan pengharapan yang semu. Apa itu pengharapan yang semu? Yang dimaksud dengan pengharapan semu adalah kesenangan duniawi (harta, takhta, derajat pangkat) dan yang lainya. Kekuatiran itu manusiawi tetapi kita harus mampu mengalahkan kekawatiran itu dengan hidup penuh dengan iman kepada Tuhan Allah di dalam Kristus  Yesus. Kuasa Roh Kudus dan kuasa firman-Nya akan memberikan support kepada kita dari sekarang sampai selama-lamanya.

(Markus Sulag)



Leave a Reply