Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menolong Anak Kesulitan Belajar & Perilaku Bermasalah Melalui Pendekatan Remedial




eBahana.com –  Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas, seperti:

  1. Learning Disorder (ketergangguan belajar), yaitu proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
  2. Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar), yaitu ketidakmampuan seseorang peserta didik yang mengacu kepada gejala di mana peserta didik tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
  3. Learning Disfungtion (ketidakfungsian belajar), yaitu menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
  4. Under Achiever (pencapaian rendah), yaitu mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
  5. Slow Learner (lambat belajar), yaitu peserta didik yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: pertama, faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri peserta didik itu sendiri), antara lain:

  • Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun;
  • Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang;
  • Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidakmatangan emosi;
  • Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran;

Kedua, faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:

  • Faktor lingkungan sekolah, antara lain sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar (peserta didik) dan untuk mengajar (guru), metode mengajar yang kurang memadai dan tidak menarik, hubungan guru dengan guru, guru dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik yang kurang harmonis, kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar;
  • Lingkungan keluarga (rumah), antara lain: Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis, misal orang tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengganggu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan mengganggu teman dan sebagainya. Tuntutan orang tua yaitu bila tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak, misalnya orang tua menuntut anaknya supaya juara di kelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu. Sikap orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, keadaan ekonomi keluarga peserta didik, dan terlibatnya peserta didik menjadi tulang punggung keluarga;
  • Lingkungan masyarakat, antara lain: media cetak seperti komik, buku-buku pornografi, media elektronik seperti TV, VCD, playstation, android, dan sebagainya.

Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar

Peserta didik yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui:

  1. Tes kemampuan dasar. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku.
  2. Pengisian AUM PTSDL. Peserta didik mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar.
  3. Tes Diagnostik. Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh peserta didik dalam bidang pelajaran tertentu. Misalnya untuk bidang studi matematika, apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika atau dalam pemakaian rumus.
  4. Analisis Hasil Belajar. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan peserta didik, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video. Pengungkapan masalah belajar dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan menggunakan tes bakat dan minat terhadap peserta didik.
  5. Langkah-langkah atau prosedur dan teknik penggunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar), yang mana hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
  • Identifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandai peserta didik dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi;
  • Melokalisasi letaknya kesulitan (permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial, yaitu suatu proses kegiatan-pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual, diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, bersifat mengoreksi (menyembuhkan) peserta didik yang mengalami gangguan belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar-mengajar secara klasikal kembali untuk mencapai prestasi optimal. Jika tidak dilakukan program pengajaran remedial, peserta didik tersebut secara kumulatif akan semakin ketinggalan dan tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal. Akibatnya peserta didik semakin merasa rendah diri karena rendah prestasi. Ada pula peserta didik mencari kompensasi dengan mengganggu suasana kelas, berbuat ramai, melempar teman, mencari perhatian. Karena itu, guru harus memahami pentingnya pengajaran remedial dan sanggup melaksanakannya.

Dalam pelaksanaannya, pengajaran remedial mengikuti prosedur, sebagai berikut:

  1. Langkah pertama: Penelaahan Kembali Kasus. Guru menelaah secara lebih dalam tentang peserta didik yang akan diberi bantuan. Guru perlu menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran yang definitif tentang peserta didik yang dihadapi;
  2. Langkah kedua: Alternatif Tindakan. Tindakan ini dapat berupa mengulang bahan yang telah diberikan dan diberi petunjuk-petunjuk:
  • memahami istilah-istilah kunci/pokok yang ada dalam tugas; memberi tanda bagian-bagian penting yang merupakan kelemahan peserta didik;
  • membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan peserta didik;
  • memberi dorongan dan semangat belajar;
  • menyediakan bahan-bahan lain untuk mempermudah;
  • mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik;
  • memberi kegiatan lain yang setara dengan kegiatan mengajar yang sudah ditempuh. Dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah diberikan kepada peserta didik, misalnya: bahan apa yang dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan? bagian mana yang harus mendapat penekanan, pertanyaan apa yang diajukan untuk memusatkan pada masalah? dan bagaimana cara yang baik untuk menguasai bahan?;
  • melakukan tindakan yang berupa refferal: jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor psikologis yang di luar jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada ahli lain, misalnya: konselor psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan sebagainya.

Langkah kedua: Alternatif Tindakan. Setelah memperoleh gambaran lengkap tentang peserta didik, ba direncanakan alternatif tindakan, sesuai dengan karakterisasi kesulitan peserta didik.  Alternatif pilihan tindakan bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti sosial psikologis dan sebagainya, maka sebelum diremedis kasus harus mendapatkan layanan konseling, layanan psikis dan atau layanan psikoterapis terlebih dahulu.

Pendekatan dan Metode Pengajaran Remedial

Ada tiga pendekatan pengajaran remedial, yaitu:

  1. Pendekatan Pencegahan (preventive approach). Sebelum proses belajar mengajar dimulai guru seharusnya berusaha dengan berbagai cara untuk mengetahui kondisi awal para peserta didik, dan memprediksi beberapa peserta didik yang mungkin akan mengalami kesulitan. Dengan demikian, guru dapat mencegah kesulitan berkembang secara berlarut-larut dengan menggunakan multimedia, multi metode, alat peraga yang lengkap dan gaya mengajar yang menarik dalam proses belajar mengajar;
  2. Pendekatan Penyembuhan (curative approach). Pendekatan ini diberikan terhadap peserta didik yang nyata-nyata telah mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejalanya, prestasi belajar sangat rendah dibandingkan dengan kriteria, misalnya 75% penguasaan bahan;
  3. Pendekatan Perkembangan (developmental approach). Guru dituntut senantiasa mengikuti perkembangan peserta didik secara sistematis. Caranya, guru secara terus menerus memonitor kegiatan peserta didik selama proses belajar mengajar. Setiap menemui hambatan, segera dipecahkan bersama peserta didik secara terus menerus.

Oleh Junihots.



Leave a Reply