Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mengenal Hukum Entropi Dalam Rongga Mulut




eBahana.com – Rongga Mulut terdiri dari gigi geligi sebagai jaringan keras dengan jaringan penyangga di sekitarnya, jaringan lunak yakni lidah, dan dinding rongga mulut, serta bibir yang menghiasi di luar mulut. Gigi adalah mineral terkeras dari tubuh manusia yang diciptakan dengan fungsi pengunyahan untuk mencerna makanan kita secara mekanik. Dengan jumlah dan bentuk yang ada juga dapat memberikan fungsi kecantikan bagi wajah manusia.

Susunan gigi geligi yang diciptakan Tuhan sejak masih usia anak-anak memiliki jumlah 20 dengan rahang yang awalnya kecil akan digantikan dengan 28-32 gigi secara berurutan mulai dari usia 6 tahun beserta perkembangan rahang menuju dewasa. Proses pergantian gigi tersebut mempengaruhi susunan gigi dan bentuk wajah seseorang. Karena itu gigi yang dirawat mulai sejak dini akan mencegah proses kerusakan dan dapat dipertahankan sampai dewasa dengan segala fungsinya. Namun jika kebersihan dan kesehatan organ dalam rongga mulut ini tidak diperhatikan maka akan timbul masalah yang merusak khususnya gigi sebagai pengunyah utama.

Proses kerusakan gigi salah satunya adalah karies gigi atau yang dikenal dengan gigi berlubang. Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi akibat asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri yang ada pada sisa makanan. Hal ini terjadi karena proses pembersihan gigi yang tidak sempurna. Adanya ketidakseimbangan dalam proses demineralisasi (larutnya mineral) gigi  dan mineralisasi inilah yang akhirnya mengarah pada kerusakan email gigi secara perlahan. Proses ini berlawanan dengan fungsi alami air liur yang dapat meremineralisasi jaringan gigi dengan mensuplai ion kalsium dan fosfat yang digabungkan ke dalam struktur kristal enamel atau email (lapisan terluar) gigi. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses demineralisasi dan remineralisasi termasuk flora bakteri, perilaku kebersihan gigi dan mulut, komposisi air liur, kapasitas buffer pH (keseimbangan asam dan basa), posisi dan morfologi gigi, paparan zat fluor dan faktor sosial ekonomi termasuk akses perawatan kesehatan gigi dan mulut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi karies adalah dengan adanya bakteri. Bakteri Streptococcus mutans dan bakteri Lactobacilus sp, merupakan dua bakteri yang berperan penting dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans memiliki peran dalam proses awal pembentukan karies, setelah itu bakteri Lactobacilus meneruskan peran untuk membentuk kavitas (lubang) pada enamel. Proses ini berawal dari sisa makanan yang menempel pada gigi yang jika dibiarkan terlalu lama akan menjadi plak. Plak gigi mengandung bakteri yang memiliki sifat acidogenic (mampu memproduksi asam) dan aciduric (dapat bertahan pada kondisi asam). Sukrosa (gugusan gula) yang dihasilkan dari sisa makanan dan bakteri inilah yang akan berproses menghasilkan asam laktat. Selama proses pembentukan lesi karies, pH (keasaman) rongga mulut turun hingga menjadi di bawah 5,5 sehingga menciptakan suasana asam dan terjadi proses demineralisasi gigi. Email gigi dapat mengalami disolusi asam selama proses keseimbangan kembali dengan proses yang dikenal dengan istilah remineralisasi. Keseimbangan antara proses demineralisasi dan remineralisasi dari email inilah yang menentukan terjadinya karies gigi tersebut.  

Penyakit karies gigi ini dapat dialami oleh semua orang yang memiliki gigi. Manusia diciptakan dengan desain gigi, jumlah, dan posisi tumbuh yang pada umumnya sama namun ada juga dengan variasi bentuk dan ukuran yang berbeda. Mulai dari pertumbuhan benih gigi di dalam kandungan, saat lahir sebagai bayi, anak-anak dan usia remaja hingga dewasa tumbuh gigi geraham terakhir pada usia sekitar 18-30 tahun. Gigi manusia pun sudah sempurna didesain dengan segala fungsinya dan termasuk memiliki jaringan penyangga, tulang di bawahnya dan gusi yang menyelimuti di atasnya. Namun, selain gigi Semua itu dapat mengalami penurunan fungsi akibat pola hidup maupun proses penuaan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang manusia bertumbuh dan berkembang secara fisik dan pada suatu titik akan mengalami penurunan fungsi tubuh dari segala aspek.

Berbagai teknologi dikembangkan dan dokter gigi dapat melakukan pencegahan kerusakan berlebihan pada gigi. Salah satunya dengan melakukan tambal gigi dengan bahan-bahan khusus seperti resin komposit sampai dengan melakukan pemasangan vinir dari bahan porselen untuk mempercantiknya. Namun semua tidak akan bertahan selamanya. Pencegahan gigi berlubang dapat dilakukan sedini mungkin, namun pada akhirnya ketika tumbuh menjadi dewasa dan mengalami penuaan serta pola makan yang bervariasi, jaringan penyangga gigilah yang tidak mampu lagi menopang sehingga dapat terjadi gigi goyang sampai lepasnya geligi secara spontan. Fenomena ini menjelaskan bahwa segala sesuatu di bawah langit ini akan hilang dan akan usang sesuai dengan waktunya masing-masing.  Benar yang dituliskan di dalam kitab Ibrani 1:11, “Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian.”

Kerusakan yang meningkat di alam semesta menjadi perhatian seluruh bidang ilmu, mulai dari sains, ekonomi, filsafat, lingkungan, dan kesehatan. Teori ini mengungkapkan bahwa suatu proses hanya dapat terjadi jika tingkat keadaannya menuju ke arah ketidakteraturan yang lebih besar. Jadi, semua proses yang terjadi di alam ini cenderung mengarah pada satu tingkat atau keadaan yang makin besar derajat ketidakteraturannya atau menuju entropi yang lebih besar. Entropi adalah sebuah besaran yang akan selalu naik (bertambah) seiring dengan bertambahnya waktu mendekati nilai maksimumnya. Begitu juga dengan kesehatan, akan ada penurunan kesehatan secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu. Organ tubuh akan semakin merosot dan mengalami kematian. Seperti nubuat yang dikatakan oleh Nabi Yesaya, “sebab langit lenyap  seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian  yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk” (Yesaya 51:6).

Hal ini jauh berbeda dengan teori evolusi yang menyatakan bahwa alam semesta terus berkembang, bahkan mengatakan bahwa manusia terus berkembang dari segala bidang. Sehingga membuktikan bahwa teori evolusi tidak benar. Allah yang menciptakan alam semesta inilah yang menjadi sumber kebenaran di segala bidang. Maka dari itu marilah menjaga tubuh jasmani sebagai Bait Allah demi kemuliaan Dia sepanjang hidup. Hal ini dapat disikapi dengan menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri, bahkan membagikan informasi tentang hal-hal yang baik, sehat, dan benar kepada lingkungan sekitar. Kemerosotan jasmani tak seharusnya menjadi ketakutan manusia, sebab ada yang jauh lebih penting untuk difokuskan, yaitu iman yang senantiasa bertumbuh dan diperbaharui untuk menjadi berkat (2 Korintus 4:16).

Oleh Febtrias Mandratuti – FSI Club Ministry

  • Referensi
  1. Garg, Nisa & Amit. 2011. Textbook of preclinical Conservative Dentistry. India: Jaypee Brothers.
  2. Dr. drg., Rasinta Tarigan, 2015. Jakarta : ECG.
  3. Shaffer, John R et al. 2015. Genetic Susceptibility to Dental Caries Differs between the Sexes: A Family-based
  4. (Cameron, 2008)2. Y. A. Cengel and M. A. Boles. Thermodynamics, An Engineering Approach. 5th Edition.


Leave a Reply