Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Media Sebagai Sarana Komunikasi Kristen




eBahana.com – Hingga kini, semakin banyak bermunculan media cetak dan saling bersaing untuk menampilkan apa saja, asatkan bombartis dan laku untuk dijual. Alih-alih mencerdaskan umat dan bangsa, banyak media malah membodoh-bodohi masyarakat dengan liputan yang sensasional belaka. Seperti yang kita tahu media massa bisa dikelompokkan menjadi: media cetak, media eletronik, dan media online. Setiap kelompok media ini memiliki karakteristik, tujuan dan fungsi serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Semua media bisa menjadi berkat bagi siapa saja yang menikmatinya, namun sering pula disalahgunakan untuk kepentingan kriminal.

Sebenarnya haruslah kita mengakui bahwa kehadiran Media merupakan berkat dari Sang Pencipta, melalui kecerdasan ciptaan-Nya di dalam proses penyebaran informasi. Media yang adalah sarana dan seni dalam berkomunikasi untuk kepentingan banyak orang dengan kapasitas yang lebih luas. Tentu saja media menjadi peluang bagi penyebaran informasi tentang berita-berita baik tentang Injil bagi dunia ini. Firman Allah yang awalnya diterima oleh nabi dan rasul dengan cara lisan, kemudian di tulis dan dijilid menjadi Alkitab, bahkan semakin berkembang pula saat ini dengan mengubah bentuk menjadi software yang bisa dilihat di smartphone (HP, android, tablet dan sejenisnya).

Bila kita mencermati berkali-kali Presiden Joko Widodo menyerukan untuk perangi hoax. Dan memang istilah hoax ini muncul dan familiar sejak hadirnya sosok Jokowi dan Ahok. Menurut KBBI hoax memiliki arti ketidakbenaran suatu informasi atau berita bohong. Konon untuk mengetahui dengan pasti sejarah awalnya seputar hoax di dunia pun ada perbedaan pendapat. Keberadaan berita yang bersifat hoax ini, semakin berkembang sesuai selera setiap orang dalam menyusun beritanya sesuai kepentingannya masing-masing. Ada dua jenis rekayasa hoax, yaitu: mutlak (fiktif semuanya) dan perpaduan (ada fakta dan opini, yang bisa bersifak fiksi atau ilmiah). Berita hoax memiliki sifat seperti:

  • provokatif (judul dan isi tidak sama, sumber tidak jelas = whispered propaganda);
  • sensitive (menimbulkan permusuhan, kebencian, ketakutan = fear arousing)
  • diskriminatif (memberi penjulukan, sebutan tertentu = name calling)
  • argumentative (diilmiahkan, ditekniskan = card staking)
  • manipulative (biasanya memakai foto lama, diedit, direkayasa, diberi keterangan palsu)
  • komunikatif (disebarkan, diviralkan, di share kan = band wagon)
  • konspiratif (memelintir, sepihak, tidak netral, berat sebelah = one side).

Saat ini menuntutnya kebutuhan dan kepentingan media yang awalnya sarana komunikasi yang mencerdaskan, membangun dan membangkitkan nilai-nilai kesatuan dan kebangsaan secara perlahan dan berangsur-angsur mengalami pergeseran dan perubahan menjadi media sebagai sarana dengan ciri-ciri diatas, sungguh hal ini sangatlah disayangkan. Saat ini, begitu sulit untuk memilah dan memisahkan isi suatu berita yang benar itu bohong atau benar. Sebab itu perlu waspada untuk menyikapi suatu berita, karena tanpa sadar kita bisa menjadi sarana penyalur kebohongan, tentu ini tidak akan menjadi berkat.

Sebagai seorang Kristen, media haruslah kita pakai sebagai sarana untuk dan menjadi berkat. Sering kali kita mendengar “ kamu harus menjadi garam dan terang dunia “. Sebenarnya kalimat ini tidaklah tepat sebab Yesus tidak mengajar kamu harus menjadi garam dan terang dunia tetapi Yesus berkata “ kamu adalah garam dunia (Ye are the salt of the earth-KJV ). Kamu adalah terang dunia (ye are the light of the world-KJV ) Matius 5:13-14. Ada perbedaan kontras antara “kamu harus jadi“ dan “kamu adalah“. Kamu harus menjadi menandakan belum atau sedang menuju “jadi”. Sedangkan “kamu adalah“ menunjuk tentang “status diri” seseorang yang adalah garam dan terang.

Ayat ini sedang mengingatkan , menyadarkan tentang jati diri seseorang itu “ adalah “ bukan peringatan atau penyadaran tentang sebuah langkah atau proses menuju “ harus jadi”. Saat kita menerima kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka status diri kita di hadapan Allah adalah “ Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Artinya seseorang yang telah memiliki Tuhan Yesus di dalam hatinya, telah berpindah dari seorang beragama Kristen menjadi seorang Kristen, yang dibuktikan melalui buah yang dihasilkan melalui hidupnya. Apakah karakter Yesus tampak dalam prilakunya? Hidupnya adalah “ Berkat” untuk dunia sekelilingnya.

Kamu adalah menjelaskan status atau posisi seseorang di mata Allah. “harus jadi berkat “ merupakan perjuangan seumur hidup sebagai pembuktian bahwa dirinya “adalah”garam dan terang. Menjadi berkat adalah cerminan seseorang yang hidup di dalam Yesus. Sederhananya adalah Prilaku seorang Kristen adalah Media…..yang hidup, yang kudus, yang berkenan, kepada Allah (Rom. 12:1). Ada banyak ayat-ayat Alkitab yang merujuk kita ini adalah Surat Kristus dan Cerminan Kristus. Diri kita adalah “Media” yang hidup. Maka kita harus bisa mengkomunikasikan Kristus yang hidup di dalam kita menggunakan media-media lain untuk menginformasikan, tentang siapa diri kita? Apa yang ada dalam pikiran kita? Atau apa tujuan hidup kita? Memberitakan dan mengkomunikasikan Kristus dengan media: tutur, tulis dan teladan. Dimulai dengan membuat status di media sosial (medsos) atau karya tulis melalui media cetak atau elektronik yang mencerminkan nilai-nilai kristiani yang Alkitabiah, supaya menjadi berkat bagi banyak orang.

Berapa banyak orang Kristen masih menulis status di medsosnya yang mengumbarkan hidupnya seakan tanpa harapan atau menjelekkan orang lain dsb. Media adalah alat yang bisa kita pakai untuk menyalurkan berkat, melalui media komunikasi secara intelektual. Walaupun media adalah benda mati keberadaannya tergantung kita sebagai awak media yang mengendalikannya. Jika kita sebagai pelaku media yang mengenal Tuhan dengan baik maka kita akan mencerminkan Kristus dalam karya dan komunikasi kita. Maka media atau tulisan kita itu akan menjadi berkat. Di sinilah kita ketahui bahwa sesuatu yang disebut berkat, bukan hanya berbicara tentang masalah materi tetapi juga sesuatu yang positif, bermanfaat dan menyenangkan, membangkitkan harapan melalui media dan komunikasi kita, sesungguhnya itu juga adalah bagian dari berkat itu sendiri. Mari kita penuhi media sebagai sarana komunikasi injil, selaku orang Kristen untuk memberkati dunia sekeliling kita.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Gembala GPdI “ALHAYAT“ Desa Lubuk Ogung-Riau.



Leave a Reply