Pendidikan Berbasis Integrasi Iman & Ilmu
eBahana.com – Penekanan pendidikan yang religius menyatakan manusia adalah makhluk yang religius, bukan sekedar biologis, psikologis, sosiologis, dan kultural semata. Jelaslah bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi dan rindu untuk berelasi dengan Tuhan, Penciptanya. Terlebih bahwa berdasarkan studi perbandingan agama, tidak pernah ditemukan suatu suku yang tidak beragama. Ide tentang adanya Tuhan tidak dapat dihapuskan dari jiwa manusia, sebab manusia adalah pembawa gambar dari Yang Maha Tinggi di setiap saat dan di segala tempat (Kejadian 1:26-27).
Memisahkan gambar Tuhan dari manusia sama dengan merampas kemanusiaannya. Inilah yang mendasar dalam kemanusiaan secara umum, dan berlaku pada diri murid atau peserta didik yang membawa gambar dan rupa Tuhan. Penyelewengan terbesar adalah ketika natur Tuhan dilenyapkan dalam pendidikan. Dalam pendidikan, hal ini harus nyata dalam penyusunan kurikulum semua proses pembelajaran yang terjadi. Sebab dalam hal ini mempelajari dunia ciptaan Tuhan, berarti belajar kepada Sang Pencipta. Dalam hal ini tak ada moral dalam pendidikan yang netral (Lukas 11:23).
Natur Tuhan sebagai pribadi tidak boleh dilenyapkan dalam pendidikan, karena manusia tidak mungkin memiliki hubungan forensik dengan hukum yang impersonal. Situasi demikian selanjutnya akan bermuara pada relativisme mengenai segala sesuatu. Jika kurikulum pendidikan sekolah didasarkan filsafat relativistik, maka murid atau peserta didik pasti belajar bahwa apapun yang ia lakukan tidak menjadi masalah. Manusia menjadikan dirinya sebagai standar kebenaran. Tidak ada yang akan terjadi padanya jika ia salah berpikir mengenai natur realitas atau bahkan memilih untuk tidak berpikir mengenai natur realitas sama sekali, juga seandainya ia berkesimpulan bahwa realitas tidak rasional. Dengan demikian maka realitas ruang–waktu menjadi suatu abstraksi, seluruhnya tidak dapat dipikirkan apalagi diajarkan, kecuali dipahami dalam relasinya dengan Tuhan yang absolut sebagai presaposisinya. Selain itu, relasinya dengan Tuhan merupakan seluruh makna dari fakta tersebut. Bagamanapun juga dalam garis besar kurikulum pasti terdapat hubungan antara alam dan sejarah, dan hukum adalah aspek atau bagian, sehingga istilah ‘fakta’ dan semua ‘hukum’ dalam hubungan yang nyata.
Gagasan tentang penciptaan lebih aplikatif sebagai parameter pengukur dari pada konsep tentang Tuhan. Konsep tentang penciptaan langsung berhubungan dengan manusia, dengan alam semesta yang tampak. Konsep kovenan (ikatan perjanjian kekal antara Tuhan dan manusia) merupakan penyataan singkat dari prinsip pendidikan yang tercakup dalam konsep penciptaan, yang dapat memperkuat keyakinan pada keberadaan dan pentingnya program pendidikan. Pendidikan adalah implikasi dalam interpretasi Tuhan. Tak ada batasan lain selain hal ini lebih masuk akal. Memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, mendedikasikan alam semesta kepada Penciptanya, dan menjadi wakil dari Raja segala sesuatu, inilah tugas manusia. Cara pandang terhadap pendidikan seperti inilah yang ada di dalam, dan diharapkan dari konsep penciptaan. Pendidikan yang hakiki tercakup dalam kovenan, bahwa kovenan ada di dalam penciptaan, bahwa penciptaan tercakup dalam konsep tentang Tuhan, dan tanpa Tuhan, kehidupan dan semua pengalaman manusia sama sekali tidak berarti.
Setiap pendidikan merupakan proses terpadu untuk membantu seseorang mengembangkan masyarakat dan dunianya di hadapan Tuhan Sang Pencipta. Maka setiap pendidikan selalu ada dalam ketegangan antara arti personalnya dengan arti sosialnya, maupun makna kosmis serta pemahaman teologisnya. Pendidikan yang serasi perlu memperhatikan keempat hal itu. Di Indonesia pergumulan pendidikan meliputi hal-hal seperti: makna sejati pendidikan, pendidikan dan nilai-nilai dasar manusiawi, pendidikan sebagai penyadaran, pendidikan paripurna menyangkut seluruh pribadi manusia, konteks pendidikan, petugas pendidikan, sarana pendidikan formal dan nonformal. Adapun yang menjadi dilema dalam pendidikan nasional Indonesia dan perlu dirumuskan serta dicarikan jalan keluarnya secara terpadu dan bukan bersifat frakmentaris, di antaranya tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, adanya dilema-dilema dasar, serta perencanaan pendidikan. Nampaknya keadaan yang sama juga terjadi hingga kini, walaupun telah sekitar tiga dekade berlangsung.
Krisis pendidikan sekarang ini, dapat dibagi dalam beberapa masa. Keadaan di tahun sebelum 1990an, yaitu ditimbulkan oleh perkembangan cepat jumlah pengetahuan dan jenisnya serta ketrampilan manusia, sehingga menyulitkan seorang pribadi memiliki pandangan menyeluruh. Hal inilah yang mengakibatkan sukarnya orang per orang sebagai pribadi utuh melihat dirinya secara tepat di tengah kesemestaan dunia. Semakin banyaknya spesialisasi ilmu yang menerobos dunia pendidikan, dalam bentuk pentotalan dominasi sekolah dalam pendidikan dan pengkotak-kotakan sekolah dalam jurusan-jurusan, semakin menonjolkan perlunya pendidikan terorientasikan pada pandangan menyeluruh atas manusia. Hal ini tak mungkin tercapai tanpa cakrawala ilahi di baliknya. Sebab dalam iman, manusia percaya bahwa Tuhan Yang Mahabesar itu merangkum segala sesuatu. Maka pendidikan yang benar selalu terjalin dengan pendidikan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa. Artinya: pendidikan sejati mengarahkan diri pada pemanduan segala pengalaman hidup dalam pengalaman bakti dan kasih kepada Tuhan yang sudi menjadi pusat keterpaduan pribadi manusia. Pada tahun-tahun setelah milenium kedua, derasnya spesialisasi yang menuntut kekhususan keterampilan dan keilmuan manusia bukan semakin mereda bahkan justru semakin menjadi-jadi. Maka, perlunya cakrawala ilahi yang menjamin keutuhan pandangan atas kehidupan manusia yang menjadi sentral sehingga ‘pembelajaran bagaimana hidup berbakti kepada Tuhan’ dapat tercapai dalam pendidikan di Indonesia.
- Kepustakaan:
- Berkhof, Louis and Cornelius Van Til (terj.)
- 2010 Dasar Pendidikan Kristen. Surabaya: Penerbit Momentum Braley, James; Jack Layman; and Ray White (editor)
- 2003 Foundation of Christian School Education. Colorado Springs, Colorado: Purposeful Design Mardiatmadja, B.S.
- 1986 Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sidjabat, B. Samuel
- 1996 Strategi Pendidikan Kristen, Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis. Yogyakarta: Yayasan Andi. Wilson, Douglas
- 2003 The Case for Classical Christian Education. Wheaton, Illinois: Crossway Books
Oleh Anna Mariana Poedji Christanti–FSI Club Ministry.