Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Herd Immunity & New Normal




eBahana.com – Diskusi tentang pandemi Covid-19 tidak akan pernah ada habisnya. Bagi penganut teori konspirasi maka kepingan kepingan informasi akan mudah disatukan menjadi data dan fakta yang mengarah kepada The New World Order (tatanan dunia baru). Keberadaan informasi tatanan dunia baru dengan penyatuan sistem politik dan ekonomi dunia saya terima sejak TK sampai NOW yang mengarah kepada denominasi gereja terbesar dan terkuat di seluruh dunia tetapi teori konspirasi tersebut gugur. Demikian pula ketika heboh timbulnya mata uang EURO, penggunaan barcode dan penggunaan teknologi tinggi di seluruh dunia.

Ketika menjelang awal diumumkannya pandemi Covid-19, saya mendapatkan informasi tentang teori konspirasi dari salah seorang member FB dan coba saya googling untuk menemukan data fakta utuhnya. Disebutkan bahwa Bill Gates sudah mengetahui akan timbulnya pandemi dan selalu berkomentar Vaksin, Vatikan menyerukan vaksin ke seluruh dunia, Rusia mengumumkan New World Order, PM Israel dan Elon Musk mewacanakan tanam microchip bahkan informasi dari Bank Indonesia, pendirian bank yang terafiliasi ke Rothschild dan pembangunan bait Allah III di Israel.

Berbicara teori konspirasi, saya bukanlah ahlinya dan tidak mau terjebak ke arah asumsi. Saya akan lebih menyoroti masalah kesehatan berkaitan dengan Herd Immunity & New Normal.

Herd immunity, also called community immunity, state in which a large proportion of a population is able to repel an infectious disease, thereby limiting the extent to which the disease can spread from person to person. Herd immunity can be conferred through natural immunity, previous exposure to the disease, or vaccination. An entire population does not need to be immune to attain herd immunity. Rather, herd immunity can occur when the population density of persons who are susceptible to infection is sufficiently low so as to minimize the likelihood of an infected individual coming in contact with a susceptible individual. Herd immunity can prevent sustained disease spread in populations, thereby protecting susceptible individuals from infection. It is applicable, however, only to infectious diseases that can be spread by human contact.

https://www.britannica.com/science/herd-immunity

New Normal is a term in business and economics that refers to financial conditions following the financial crisis of 2007-2008, the aftermath of the 2008–2012 global recession, and the COVID-19 pandemic. The term has since been used in a variety of other contexts to imply that something which was previously abnormal has become commonplace. The term arose from the context of cautioning the belief of economists and policy makers that industrial economies would revert to their most recent means post the 2007-2008 financial crisis.[1] The January 29, 2009, Philadelphia City Paper quoted Paul Glover (activist) referring to the need for “new normals” in community development, when introducing his cover story “Prepare for the Best.” External link below: “Gotta Find a Better Way” paragraph 3. The 2010 Per Jacobsson lecture delivered by the head of PIMCO, Mohamed A. El-Erian, was titled “Navigating the New Normal in Industrial Countries”. In the lecture El-Erian stated that “Our use of the term was an attempt to move the discussion beyond the notion that the crisis was a mere flesh wound…instead the crisis cut to the bone. It was the inevitable result of an extraordinary, multiyear period which was anything but normal”.[1] El-Erian’s lecture cites a May 18, 2008 Bloomberg News article written by journalists Rich Miller and Matthew Benjamin for first using the term: “Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S.” The term has subsequently been used by ABC News,[2] BBC News,[3] the New York Times, and formed part of a question by Candy Crowley, the moderator of the Second U.S. presidential debate of 2012.[4] As of COVID-19 pandemic, the phrase new normal refers to human behavior’s changes after this pandemic, doctors at the University of Kansas Health System anticipate that the coronavirus pandemic will change daily life for most people. This includes limiting person-to-person contact, like handshakes and hugs. Additionally, maintaining distance from others, in general, will likely stick around.[5]

https://en.wikipedia.org/wiki/New_Normal_(business)

Bagi penggemar teori konspirasi, isu Herd Immunity pasti dikaitkan dengan penjualan vaksin (tanam microchip) di seluruh dunia dengan produsen tunggal (Amerika afiliasi ke Israel) untuk menguasai politik dan ekonomi dunia sedangkan New Normal pasti dikaitkan dengan New World Order karena terdapat kata New. Intinya adalah seluruh dunia mengalami resesi, World Bank menawarkan pinjaman dan tekanan World Health Organization untuk Vaksin Global sehingga New World Order menguasai dunia. Memikirkan teori konspirasi bagaikan sakit kepala akut yang tak akan reda.

Di bawah ini disajikan pengertian Herd Immunity dan New Normal versi Indonesia

Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut. Istilah ini mulai dikenal oleh publik setelah pandemi virus corona penyebab Covid-19 mewabah di Indonesia. Meski dinilai bisa menghambat penyebaran virus, Untuk mencapai herd immunity, setidaknya 70 persen dari populasi harus terinfeksi terlebih dahulu. Apabila penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka sedikitnya 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity. Kemudian, dari angka tersebut kemungkinan orang yang meninggal bisa mencapai satu juta orang

New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19 (Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita).

Bagaimana seharusnya umat beriman menyikapi Herd Immunity dan New Normal? Sebagai orang percaya kita diberikan kewajiban menghormati pemerintah, serta menjalankan mandat budaya dan mandat penginjilan.

Roma 13:1, Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan  oleh Allah.

Titus 3:1, Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, w taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.

Kebijaksanaan pemerintah melakukan New Normal tentu sudah dipertimbangkan dengan berbagai resikonya. Apabila kita mengamati sejak Februari sampai Mei 2020 telah terjadi keguncangan ekonomi dan PHK besar besaran di Indonesia. Bagi kalangan menengah ke bawah akan sangat terasa sekali dampaknya. Beruntunglah pemerintah Indonesia tidak menerapkan Lockdown tetapi memilih PSBB. Dampak Lockdown di Amerika, Eropa dan Asia tidak seimbang dengan pemutusan mata rantai pandemi Covid-19.

Indonesia sebagai negara berkembang tidak cukup kuat memberikan donasi secara terus menerus kepada masyarakat selama pandemi Covid-19. Dikuatirkan terjadi gejolak ekonomi yang mengarah kepada demonstrasi massa apabila PSBB diperpanjang.

Pemerintah menepis isu bahwa New Normal dikaitkan dengan Herd Immunity. Koreksi penggunaan kalimat “berdamai dengan Covid-19” dimaknai kita berada dalam keadaan “new normal”.

Kita menyambut baik kebijakan New Normal yang akan diterapkan berkaitan dengan pemulihan kegiatan sehari hari secara terkontrol seperti deteksi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang terkoneksi dengan Smart Phone serta diberlakukannya pemeriksaan suhu tubuh, rapid test dan swab test, wajib memakai masker dan mencuci tangan, physical distinction, pembatasan dan pemeriksaan akses keluar masuk suatu daerah.

Untuk mendukung New Normal, sebaiknya pemerintah Indonesia memproduksi Vaksin Covid-19 dari Indonesia serta membuat alat tes deteksi Covid-19. Keberlangsungan New Normal haruslah diikuti dengan edukasi dan perubahan gaya hidup sehat. Kita seringkali mengutamakan memakai masker dan cuci tangan tetapi lupa terhadap pembentukan sistem imunitas tubuh secara alami terlebih gaya hidup millennial yang menyukai junk food dan aplikasi pemesanan online yang menyebabkan mager (malas gerak) sehingga sistem pertahanan tubuh menurun dibandingkan orang orang pada jaman sebelumnya.

Sebagai praktisi pengobatan komplementer dan alternatif, saya menyarankan sebagai berikut,

  1. Your body is the best doctor
  2. You are what you eat
  3. You are what you think
  4. Mens Sana in Corpore Sano
  5. Better Community

Apabila kita sadar, sesungguhnya tubuh kita memberikan tanda tanda secara alami ketika terkena gangguan kesehatan. Proses kesadaran tubuh ini dipicu dari apa yang kita makan, apa yang kita pikirkan, rutinitas kita berdoa dan meditasi serta berolahraga. Semuanya ini tergantung dari komunitas kita.

Kita tidak perlu mengalami Anxiety Dissorder ketika pemerintah mengumumkan New Normal tetapi kita harus waspada dan melatih tubuh kita secara holistik/menyeluruh (pikiran-tubuh-jiwa-spiritual) sehingga terbentuk sistem imunitas yang kuat ketika berada diantara kerumunan massa di tempat tempat umum.

New Normal adalah kesempatan yang luar biasa untuk memberitakan kabar baik bahwa ada Penolong dan Penghibur di kala sakit susah, menderita bahkan di ambang ajal seseorang. Demikian pula dengan mandat budaya untuk menjaga bumi dan isinya supaya harmoni dan tetap terjaga kelestariannya. Semangat menjaga lapisan Ozone dan mengurangi sampah non organik dan pemakaian bahan organik di sekitar kita seharusnya semakin menggelora ketika diberlakukan New Normal.

Semoga bermanfaat,

Sigit Cahyono

https://www.youtube.com/watch?v=Yf90Utmdyl8, https://www.youtube.com/watch?v=by3SglhT9Dc, https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/19/142339465/apakah-new-normal-sama-dengan-herd-immunity-ini-penjelasan-ahl, https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200414155946-185-493488/cara-kerja-aplikasi-ponsel-lacak-orang-positif-corona, https://nasional.kontan.co.id/news/ada-corona-menkeu-indonesia-negara-asia-pertama-yang-berani-terbitkan-global-bond


Leave a Reply