Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Strategi Pemberitaan Kabar Baik di Era New Normal melalui Model PI Christian Prince




eBahana.com – Realita yang sedang kita hadapi akhir-akhir ini, oleh pandemi Covid-19 membuat ruang gerak sosial kita dibatasi atau akrab kita kenal dengan istilah social distancing. Ruang bebas gerak sosial kita satu-satunya hanya dapat dilakukan melalui virtual. Itu berarti gereja sebagai lembaga yang mengelola ibadah melalui aktivitas sosial (baca: koinonia) pun terkena imbas dari social distancing itu, yang membuat aktivitas sosial gereja yang menjadi motor penggerak dari peribadatannya hanya dapat dilakukan melalui virtual semata. Misalkan saja seperti ibadah bersama online, doa bersama online, pendalaman alkitab bersama online, komsel online, persembahan online, dll.

Salah satu dari lima tugas gereja adalah melaksanakan tugas marturia (pemberitaan Injil). Strategi yang paling umum dilakukan selama ini adalah lewat tatap muka (mendatangi seseorang atau sekelompok orang dan menyaksikan Injil secara langsung), artinya dilakukan melalui aktivitas kontak fisik (face to face). Memang ada juga yang telah melakukannya melalui virtual, namun itu dirasa kurang efektif karena kelompok sasarannya kurang dapat dipahami secara jelas (baik dari sisi pengenalan identitas dan respon yg diterima saat Injil diberitakan secara virtual). Dan ditambah dengan kurangnya kompetensi pendukung untuk mengelola media virtual tersebut.

Media virtual yang paling banyak dikunjungi orang setiap harinya (dari sudut jenis kelamin, asal demografis, tingkat perkembangan manusia, latar belakang sosial, budaya, dan kepercayaan manusia),adalah media online. Media ini bisa dijangkau kapan dan dimana saja, baik melalui siaran langsung (live streaming), maupun tidak.

Belajar dari Christian Prince yang menggunakan strategi PI melalui media Youtube. Membuka ruang siaran langsung maupun tidak langsung. Dilakukan secara terbuka, maupun secara private. Dia hanya membuka channel di Youtube, dan menantang setiap orang untuk menghubungi dirinya untuk bertanya ataupun untuk berdebat dengannya tentang Iman Kristen dengan pendekatan konfrontasi, klarifikasi dan apologetik. Lalu sesudah itu dia menantang orang yang telah kontak dengannya untuk meninggalkan iman keagamaan atau kepercayaannya yang lama, dan beralih menjadi murid Yesus Kristus.

Untuk bisa secara cerdas dan bergerak bebas memaparkan fakta-fakta dan data-data, Christian Prince memperlengkapi dirinya dengan sejumlah kompetensi. Sejumlah kompetensi tersebut antara lain: Pertama, Memiliki kompetensi profesional. Christian Prince seorang pembelajar yg gigih. Hal ini tampak dari bagaimana ia sangat menguasai Alkitab dengan baik, sangat menguasai kitab agama-agama lain dengan baik, sangat menguasai bahasa lain diluar bahasa ibu. Jika ia bukan seorang yang terpelajar, mustahil hal itu akan dikuasainya. Artinya ia dapat menunjukkan keprofesionalannya dengan bagaimana ia menguasai ilmu teologi dan teknologi dengan sangat amat baik. Bagi saya ia adalah sosok pribadi yang tangguh mencetak murid bagi Kristus.

Kedua, memiliki kompetensi kepribadian. Christian Prince adalah pemberita Injil yang memiliki sosok kepribadian yang matang. Ia memperlakukan setiap orang yang berinteraksi dengan dirinya dengan menghormati kemartabatan orang tersebut sekalipun berbeda pendapat dan pemahaman dengan dirinya. Ia mampu mengontrol emosinya. Ia berkepribadian, berprinsip, berkeyakinan yang kuat, dan berterus terang. Ia tahu cara meminta maaf dan memaafkan.

Ketiga, memiliki kompetensi sosial. Ia bersedia berteman dan memanggil semua orang lawan bicaranya sebagai teman atau sahabatnya. Ia menyapa setiap orang sebagai saudaranya sendiri, dan dengan sabar dan ramah ia menghadapi lawan bicaranya. Ia menyediakan waktunya bagi setiap orang yg ingin mengenal Yesus, bahkan bersedia menyediakan waktu khusus untuk melayani individu-individu.

Keempat, memiliki kompetensi spritualitas. Ia hidup dan konsisten seperti cara Allah yang hidup sebagai Allah yang konsisten. Ia sangat mengagungkan Allah, mengabdi bagi Kristus, dan berelasi yang sangat dekat dan kuat dengan Roh Kudus. Ia tidak berbicara untuk dirinya sendiri, tetapi ia berbicara untuk Tuhan. Bahkan segala sesuatu dilakukannya untuk Tuhan. Ia sama sekali tidak meletakkan nomor rekening banknya di layar channel youtubenya untuk meminta orang lain mendukung pelayanannya itu. Ia sangat bergantung pada Allah dan Firman-Nya.

Sebagai akademisi yang mendalami bidang keilmuan strategic planning dan sistem informasi management, untuk lebih melengkapi model pemberitaan Injil sebagaimana yang telah diterapkan oleh Christian Prince di atas, berikut ini beberapa tambahan yang dapat saya usulkan dalam mengelola media virtual sebagai sarana memberitakan Injil, yaitu,

1. Tetap Terhubung dengan Pelanggan Anda di Media Virtual Anda. Dengan banyaknya orang yang mengkarantina diri, penggunaan media virtual menjadi semakin aktif karena media virtual adalah salah satu cara untuk tetap terhubung dengan banyak orang meskipun kita tidak bisa meninggalkan rumah. Hal ini dapat menjadi potensi yang bisa kita gunakan untuk memberitakan Injil dengan memberikan layanan gratis (jangan pernah semacam meminta bantuan dengan mencantumkan nomor rekeningmu di layar virtualmu itu).

2. Pastikan Bisnis Anda Dapat Ditemukan pada Saat Online. Di tengah gerakan social distancing dan #dirumahaja, tentu ada lebih banyak orang yang sedang online saat ini. Secara umum, lalu lintas pencarian secara online meningkat secara signifikan selama seminggu terakhir dan akan terus naik selama massa masih berada di rumah masing-masing. Semua orang berburu informasi terbaru melalui ponsel dan komputer masing-masing, termasuk mendengar info-info online, yang juga jadi cara untuk menghabiskan waktu. Pastikan “channel” tempat kamu memberitakan Injil mudah ditemukan di media virtual (media sosial), bahkan di halaman-halaman utama mesin pencarian online.

3. Ketiga, Jadi yang Lebih Depan dibandingkan Kompetitor (baca: para penyiar-penyiar dari agama-agama lain). Baik secara campaign, pesan sosial, atau pun online presence dalam mesin pencarian, usahakan untuk selalu jadi yang tampil pertama dan bisa diperhatikan oleh target audiencemu (kelompok sasaran Injil) sehingga fokus target pelanggan adalah ke brand kamu dan bukan ke kompetitor. Untuk mencapai tahap ini, butuh strategi dan timeline yang harus dipersiapkan sebaik dan serapi mungkin.

Pada intinya, apa yang sedang kita diskusikan ini adalah memikirkan strategi terbaik di era new normal ini untuk supaya Injil dapat kita sampaikan sampai ke ujung bumi. Dengan cara dan keadaan yang bagaimanapun menghadang kita, kita tetap menemukan strategi terbaik menyuarakan Injil Kristus, supaya “setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Pandemi Covid-19 bukanlah alasan untuk menghindar dari tugas melakukan marturia (proclaim), tetapi peluang menambang jiwa baru, sebab beberapa jiwa dari gereja kita sudah ada yang berkurang jumlahnya, karena dipanggil ke pangkuan Allah untuk memvalidasi iman mereka, dan mewujudkan realitas akan kebenaran Alkitab yang tanpa salah itu. Jiwa-jiwa baru sedang menunggu suara Injil kebenaran pembawa harapan hidup kekal dari setiap kita yang mengakui murid Kristus, dan yang telah berjanji setia mempersembahkan hidup untuk membuat murid bagi Kristus Yesus, Tuhan kita. Soli Deo Gloria!

Oleh Junihot’S.



Leave a Reply