Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Dekrit dari Raja di Atas Segala Raja III, Dari Umat, Oleh Umat & Untuk Umat




eBahana.com – Apabila manusia itu menyadari bahwa yang membutuhkan Allah itu adalah dirinya sendiri, sebab manusia yang sudah tercengkram di dalam kekuasaan iblis, tidak akan mungkin bisa lepas dari kuasanya. Atas dasar itu Allah membuat dekret, kali ini dekret didelegasikan kepada para nabi. Siapa itu para nabi? Nabi adalah pemimpin umat yang dipanggil Allah untuk memperingatkan mereka agar supaya tidak menyimpang dari ketetapan ketetapan Allah. Mengapa harus nabi? Karena merekalah yang empunya tugas pokok dan fungsi (topoksi) untuk menyampaikan pesan dari Tuhan kepada umat-Nya. Dan mereka berkata sudah mendapatkan otoritas dari Tuhan Allah. Walaupun pesannya itu tidak selalu mengenakan  di telinga dan di hati umat tetapi berita atau pesan itu tetap harus disampaikan juga. Dan apa ciri-ciri dan tandanya bahwa mereka adalah sebagai seorang nabi?

Ciri-ciri dan tanda bahwa mereka itu seorang nabi: Cirinya adalah telah dinubuatkan. “Seorang nabi dari tengah tengahmu, dari antara saudara saudaramu, sama seperti aku akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” Seorang nabi berasal dari, oleh untuk daerah setempat dan harus seseorang yang bisa dipercaya, dan seseorang yang bicaranya didengar banyak orang. Bukan berarti seorang nabi harus bicara dengan berteriak teriak tetapi suaranya mempunyai nilai pengetahuan dan pembelajaran bagi banyak orang disekitar kita.

“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka,  dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Ku perintahkan kepada mereka.” Yang disampaikan seorang nabi adalah firman Allah, apabila yang terucapkan seorang nabi bukan firman Allah, maka dari itu sudah jelas bahwa yang diucapkannya berasal dari subyektifitasnya diri sendiri atau pendapat orang lain. Oleh karenanya nabi tersebut adalah nabi palsu. “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan  memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: ‘Allahmu itu raja!” Yang disampaikan kepada umat, adalah berita damai sejahtera dan kabar baik dari Tuhan Allah, jika yang disampaikannya itu berita yang bukan berasal dari Alkitab baik dari perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, itu termasuk nabi palsu. Untuk melaksanakan kerja kerja kenabian seseorang harus terlebih dahulu terpanggil dan atau dipanggil oleh Tuhan Allah untuk menjadi seorang nabi, lalu tahap selanjutnya prosesnya adalah adalah pengutusan  sebagai seorang nabi.

Namun tahap terakhir sebelum bekerja sebagai seorang nabi ia terlebih dahulu harus mendapatkan pengurapan oleh Roh Allah: “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang orang sengsara, dan merawat orang orang yang remuk, untuk memberitakan pembebasan kepada orang orang tawanan dan  kepada orang orang terkurung kelepasan dari penjara.” Di sini sangat jelas sekali bahwa seorang nabi harus mendapatkan dan atau menerima pengurapan dari Roh Allah terlebih dahulu, karena itu sebagai meterai atau tanda sebagai seorang nabi. Apabila sebelum bekerja tidak menerima pengurapan terlebih dahulu bisa dianggap nabi palsu karena yang disampaikan pasti bukan dari firman Allah sebab Firman itu merupakan kekuatan dan kebenaran Allah. Menjadi seorang nabi itu bukan karena kehendak sendiri tetapi dipanggil dan atau terpanggil oleh Allah sendiri. “Lihat itu hambaku yang Ku pegang, orang pilihan-Ku yang kepadanya Aku berkenan.”

Dipilih dan dipanggil menjadi seorang nabi itu harus diperlengkapi terlebih dahulu, apa itu perlengkapannya: “Aku telah menaruh Roh-Ku di atasnya supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa bangsa.” Kehadiran nabi itu bukan hanya untuk orang per orang atau komunitas kecil saja, tetapi untuk sebuah bangsa. Maka dalam hal ini Allah berbicara masalah hukum, dalam hal ini tentunya hukum Allah. Nabi itu utusan Allah maka dari itu kehadirannya juga harus menyampaikan firman-Nya. Dengan Roh Tuhan  yang  tidak terbatas  yang dicurahkan kepada para nabinya yang memampukan-Nya untuk bekerja bagi Dia.

Nabi diutus hanya bekerja bagi diri-Nya karena hanya dia yang mengenal dan menyatakan Allah. Karena dia adalah utusan Allah yang telah diperlengkapi oleh Roh-Nya yang tidak terbatas supaya melakukan pekerjaan yang tidak terbatas pula. Seorang nabi juga harus memastikan bahwa berita atau kabar baik itu sampai kepada semua orang dan kepada bangsa bangsa supaya mereka menuruti firman-Nya yang disampaikan kepadanya. Tetapi yang perlu diketahui bersama bahwa tidak semua orang suka akan berita dari firman Allah tetapi juga banyak juga yang membenci. Namun bagaimanapun caranya Firman Allah suka tidak suka harus tetap disampaikan  walaupun harus ada harga yang harus dibayar, yaitu tetesan air mata, penderitaan karena penyiksaan, bahkan sampai kepada pembunuhan atas dirinya.

Seorang nabi tugasnya menyatakan bahwa pengajarannya itu berasal dari dan oleh Tuhan Allah bukan dari diri sendiri. Karena perkataan itu dari Dia maka perintah-Nya itu dari kekal sampai kekal. Senada seperti yang dikatakan firman Tuhan yang disampaikan rasul Yohanes: “Tidak percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa, Bapa di dalam Aku?” Sebagai seorang nabi bukan hanya memberitakan firman Tuhan dan membawa kabar baik serta damai sejahtera saja tetapi juga harus diperlengkapi oleh Tuhan Allah dengan kuasa untuk membuat mujizat mujizat sebagai tanda bahwa para nabi berasal dari Allah. Dengan mengadakan mujizat dan tanda maka pemberitaan firman Allah  semakin diperkuat dan mengokohkan pemberitaan Injil kepada umat manusia.

Yang menjadi pertanyaan dan  harus kita jawab dalam diri kita masing masing adalah, masihkah ada suara kenabian yang nyaring terdengar di bumi ini khususnya di  Indonesia? Di bangsa ini sangat sedikit yang berani menyampaikan suara kenabian, oleh karena mereka tidak berani menanggung resiko sebagai seorang nabi yang adalah utusan Allah untuk menyampaikan kebenaran dan meluruskan segala sesuatu yang bengkok. Pada hal di era sekarang ini banyak umat Tuhan yang hanyut ikut terbawa arus globalisme yang hidupnya bertentangan dengan kehendak Allah. Para umat Allah yang ada di birokrasi juga ikut melakukan praktek melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pada hal mereka adalah para nabi di zaman ini  harus menyuarakan kenabian juga.

Tetapi kenyataannya para nabi-Nya tidak berani menegur dan meluruskannya, mereka tidak sama seperti Nabi Natan yang sangat berani mendatangi istana raja Daud, manakala dia melakukan tindakan yang melanggar perintah Allah yaitu menginginkan istri Uria seorang pegawainya sendiri yang bernama Betsyeba dengan cara mengutusnya berperang melawan musuh dengan menempatkannya di garis depan supaya ia mati lalu Betsyeba diambil menjadi istrinya. Masihkah ada Nabi Natan-Nabi Natan di era globalisasi yang mempunyai keberanian menegur dan meluruskan para pemimpin yang salah? Yang bisa menjawab hanya diri kita para umat Allah itu sendiri. Sebab untuk menjadi nabi utusan Allah itu butuh komitmen dan berani menanggung resiko. Tetapi kita harus yakin Dia buka jalan saat tidak ada jalan.

Oleh Markus S.



Leave a Reply