Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bintang Daud di Tugu Jogya




Tugu Jogja merupakan landmark Jogya yang paling terkenal. Letak tugu ini di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro.  Bila Anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya, Anda dapat duduk di  bangku yang terletak di pojok Jalan. Pangeran Mangkubumi. Kalau belum puas memandanginya, seperti kebanyakan orang yang berkunjung ke Jogya, Anda dapat mendekati sambil memotret sebagai foto kenangan. Namun, kalau Anda perhatikan dengan saksama, Anda akan melihat Bintang Daud. Dengan fakta ini, Bintang Daud merupakan simbol dari negeri yang sangat jauh sekali dari negara Indonesia ini. Mengapa simbol ini bisa terukir di sana?

Tugu Pal Putih

Nama tugu, yang saat ini dapat Anda lihat di Jogya adalah De Witt Paal (Tugu Pal Putih) tetapi sering disebut juga Tugu Jogja. Namun, ternyata tugu tersebut adalah buatan Belanda. Tugu itu dibuat JWS van Brussel,  Opzichter van Waterstaat (Kepala Dinas Pekerjaan Umum) di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Sesungguhnya, tugu ini merupakan hasil renovasi pada 1889 pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII. Mengapa hasil renovasi? Karena pada 10 Juni 1867 sekitar pukul 05.00 tugu Golong Gilig terbelah menjadi sekitar sepertiga bagian. Jadi di Jogya pernah tidak ada tugu selama 22 tahun dari gempa sampai renovasi.

Apakah Tugu Golong Gilig? Pada mulanya Tugu di Jogja tidak seperti yang terlihat sekarang, tetapi puncaknya berbentuk golong (bulat) dan tiangnya berbentuk gilig (silinder) sehingga disebut Tugu Golong Gilig. Tugu ini dibangun pada 1756, setahun setelah berdirinya keraton Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pasca “pemisahan” Kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta. Pembangunan tugu ini dilakukan untuk memperingati persatuan antara raja—saat itu Pangeran Mangkubumi (Sultan HB I)—dengan rakyat dalam melawan Kolonial Belanda.

Sementara tugu hasil renovasi dibuat tidak seperti aslinya. Bagian puncak berbentuk runcing, tiangnya berbentuk persegi, tingginya dikurangi menjadi hanya 15 meter. Simbol ini sangat jauh dari semangat yang tersirat pada tugu yang lama. Itu dilakukan karena pemerintah Belanda hendak  menghilangkan rasa persatuan raja dan rakyat Jogya demi politik pecah belah.

Kedatangan VOC

Demikian, perubahan bentuk tugu itu terjadi. Namun, untuk menjawab, tentang simbol yang berasal dari negeri jauh bisa terukir di Tugu, tentu ada faktor yang melatarbelakanginya. Kedatangan orang Yahudi ke Indonesia berlangsung seiring masuknya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC; Kongsi Perdagangan Hindia-Timur). VOC didirikan pada 20 Maret 1602. Mulai 1602, Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975. Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda tetapi VOC. VOC diberi monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada 1602. Markasnya berada di Batavia, kini Jakarta.

Kemudian supaya lebih jelas, pendiri VOC adalah tujuh belas pengusaha kaya dari Belanda. Mayoritas pemilik saham di VOC adalah kaum Yahudi-Amsterdam. Saat itu, Amsterdam begitu terbuka bagi orang Kristen dan Yahudi. Jika di negara Eropa lainnya, kaum Yahudi dikucilkan, di Amsterdam orang Yahudi dijamin keselamatan mereka. Tak heran jika komposisi keturunan Yahudi di Amsterdam paling banyak. Dengan berdirinya VOC, Amsterdam mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17 karena VOC dapat menguras hasil bumi Indonesia sehingga memakmurkan Amsterdam, bahkan akhirnya menjadi pusat perdagangan di Eropa.

Sejak kedatangan VOC, tampaknya, banyak orang Yahudi ke Indonesia. Secara personal, muncul prajurit Belanda kelahiran Ukraina, Leendert Miero (1755-1834), yang tiba pada 1775. Ia menjadi tuan tanah di Pondok Gede—perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi. Setelah itu, muncul Jacob Saphir (1822-1886). Ia mampir selama tujuh pekan dalam perjalanannya ke Australia pada 1861. Pelancong Yahudi keturunan Rumania ini melaporkan terdapat sejumlah orang Yahudi di Batavia, Surabaya, dan Semarang. Namun tidak ditemukan komunitas Yahudi. Saphir mencatat sedikitnya terdapat 20 keluarga Yahudi di Batavia merupakan keturunan Belanda dan Jerman. Mereka berprofesi sebagai pedagang, pegawai pemerintah, dan serdadu Hindia Belanda. Namun tidak ada sinagoge atau kuburan khusus untuk orang Yahudi saat itu.

Bintang Daud

Merunut dari kedatangan VOC, yang didirikan orang Yahudi di Amsterdam,  sekarang kita melihat simbol VOC. Dari simbol VOC ini, kita bisa melihat Bintang Daud yang sudah disamarkan. Dengan kata lain, sejak kedatangan VOC ke Indonesia, simbol Bintang Daud pun terbawa juga oleh kedatangan banyak orang Yahudi dari Eropa ke Indonesia. Untuk itu, kita bisa mengerti kalau simbol Bintang Daud bisa terukir di Tugu Jogya. Demikian uraian sederhana ini.



Leave a Reply