Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Air Bah & Covid-19 Pemantik Dunia Baru




eBahana.com – Mencermati upaya pemerintah untuk memutuskan mata rantai Covid-19 ini ada banyak istilah istilah yang muncul dan menjadi trending di masa ini. Setelah istilah Sosial Distancing selanjutnya pemerintah mengeluarkan istilah baru yang disebut PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk melawan Coronavirus. Untuk beberapa waktu kebelakang istilah ini telah diberlakukan dan sekarang muncul istilah dan penerapan baru yang lagi trending yaitu istilah “New Normal“. Yup Akhir-akhir ini istilah “new normal” sering kita dengar. Apa itu new normal atau kenormalan baru? Definisi kenormalan adalah keadaan normal yang baru (belum pernah ada sebelumnya).

Kenormalan baru yang diakibatkan oleh pandemi Corona mengharuskan kita untuk hidup dengan cara baru dan bisa berdampingan dengan Corona. Akibat virus Corona ini melaksanakan dan menerapkan New Normal (dunia baru, tatanan hidup baru) dengan memperhatikan protokol kesehatan. Melonjaknya angka kematian akibat Corona virus menjadi hal yang menakutkan dan terus terjadi, sehingga pemerintah dengan berbagai cara dan pertimbangan yang bijaksana mengambil keputusan untuk mengurangi penyebaran virus ini mulai dari sosial distancing, PSBB dan yang terbaru New Normal. Bila memperhatikan istilah New Normal ini kita diingatkan dengan salah satu kisah yang tertulis dalam Alkitab yaitu peristiwa air bah di zaman Nuh.

Dalam kisah Nuh yang dituliskan oleh Musa memberitahu kita bahwa dunia di mana Nuh hidup adalah dunia yang telah ke dalam dosa secara total. Kejadian 6:2, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka” ayat ini menunjukkan keturunan-keturunan saleh Set (Kej. 5) kawin dengan keturunan-keturunan Kain yang telah jatuh ke dalam dosa (Kej. 4), meninggalkan Allah, dan menjadi manusia daging (Kej. 6:3). Akibatnya, Allah menyatakan, “Roh Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia” (Kej. 6:3). Sejak saat itu, dunia jatuh dengan sangat pesat ke dalam dosa dan bumi meluap dengan berbagai macam dosa, dosa berkembang menjadi berbagai macam bentuknya (Kej. 6:5). Frasa “Kejahatan manusia besar di bumi“ menunjukkan bahwa dosa telah meresap ke setiap sudut hati manusia secara mendalam sehingga kejahatan menyembur dan meluap deras tak terbendung. Bahkan Musa menuliskan bahwa “segala kecenderungan hati adalah semata-mata jahat” (Kej. 6:5) keadaan yang dimulai dengan kejahatan dan berakhir dengan kejahatan; keadaan yang sepenuhnya menolak pemerintahan Allah dan tidak suka menerima campur tangan-Nya.

Kejadian 6:11, mengatakan tentang situasi kejatuhan zaman itu yang “telah rusak dihadapan Allah dan penuh dengan kekerasan”. Kata ‘rusak’ (NKJV: Corrupt) berasal dari bahasa Latin Corruptus: mematahkan, yaitu alat untuk mengubah moral, kelakuan, atau perbuatan dari baik menjadi jahat, untuk menurunkan derajat dengan prinsip atau nilai moral yang menyesatkan. Arti kata kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik untuk melukai atau menyiksa. Jadi pengertian bumi telah rusak adalah bumi yang dipenuhi dengan kekerasan, penganiayaan, pembunuhan, perampasan, perampokan, pemerkosaan, dan aktivitas kekerasan ilegal lainnya sangat merajalela. Oleh karena itu Allah berfirman, “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk” (Kej 6:13), dan menyatakan bahwa zaman tepat sebelum air bah adalah zaman yang paling jahat sehingga tidak bisa terluput dari penghakiman. Situasi dunia dan pola hidup manusia tepat sebelum air bah sangat parah sehingga allah menyesal dan cemas (Kej. 6:6).

Kalimat Penyesalan Allah ini tentunya sebuah pernyataan yang mengagetkan. Singkat kata “Penghakiman Air Bah“ adalah hukuman Allah yang menyeramkan terhadap generasi yang berfoya-foya yang sama sekali tidak menaruh Allah dihati mereka. Akan tetapi, di dalam zaman yang jatuh di dalam dosa seperti itu, Nuh dan keluarganya mendapat kasih karunia di mata Allah (Kej. 6:8). Alkitab memberitahu Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul (NKJV : Walk) dengan Allah.

Bukankah kita saat ini hidup di zaman yang sedang mengikuti jalan kejatuhan dan kejahatan yang semakin ekstrem seperti zaman Nuh. Kerusakan moral manusia menjadi konsumsi sehari-hari, dipertontonkan dengan bangganya. Sifat dan kecenderungan manusia semata-mata adalah jahat. Sebagaimana Alkitab tuliskan dalam 2 Tim. 3:1-8.

1. Mencintai diri sendiri (egois)

2. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, bertuhankan uang (materialisme)

3. Congkak, angkuh, arogan

4. Suka merusak reputasi orang (fitnah)

5. Tidak menghormati orangtua (pemberontak)

6. Lupa diri (tidak tahu berterimakasih)

7. Tidak mempedulikan agama (sekulerisme)

8. Kehilangan rasa simpati dan empati (tidak tahu mengasihi)

9. Pendendam (tidak mau berdamai)

10. Tidak setia, tidak bisa pegang komitmen (suka berkhianat)

11. Sok Pinter (berlagak tahu)

12. Suka gosip, hoax (suka menjelekkan orang)

13. Dikuasai nafsu yang tidak terkendali

14. Reaktif dan selalu berpikir negatif tentang orang lain

15. Ibadah hanya formalitas

16. Bebal (tidak mau menerima nasihat)

17. Iman tidak tahan uji (gampang murtad)

Di tengah situasi pandemi ini sifat dan karakter manusia seperti di atas terlihat jelas dalam berbagai media yang menjadi tempat kita melihatnya. Pro dan kontra, kepentingan-kepentingan kelompok, sulitnya membangun kebersamaan dan mengabaikan kondisi sosial manusia. Allah secara sempurna merombak dan merubuhkan struktur dari seluruh dunia melalui air bah yang dahsyat dan menyiapkan pekerjaan penciptaan kedua (Dunia Baru). Tindakan ini berarti bahwa peristiwa air bah bukan merupakan akhir dunia. Walaupun Allah telah mengetahui bahwa sifat jahat manusia masih tersisa di dalam hati manusia itu (Kej. 8:21b).

Demikianlah sejarah dunia (dunia baru) akan dilestarikan dengan kasih karunia Allah. Kasih karunia dan belas kasihan-Nya yang mutlak, Dia membuat sebuah perjanjian yang kekal (Perjanjian Pelangi) bahwa Dia tidak akan pernah lagi memusnahkan bumi dengan air bah. Dosa, kejahatan dan pola hidup manusia menjadi pemantik Allah melalui Air Bah menghakimi manusia dan mengubah tatanan hidup manusia. Covid-19 ini menjadi perenungan buat kita. Dunia baru setelah air bah adalah dunia yang tetap di dalam dosa, manusia kembali menolak Pemerintahan Allah. New Normal momen tepat untuk menentukan dan menjalani pilihan hidup kita.

Kita kembali menikmati kebebasan dalam bermasyarakat namun dengan Gaya Hidup yang Baru. Apakah itu? Membiasakan hidup sehat. Cuci tangan, jaga jarak dan pakai masker akan menjadi gaya hidup yang baru. Kita belajar mendisiplin diri untuk hidup sehat. Be wise! Lalu apa yang dimaksud dengan New Life? Hidup Baru? Firman Allah berkata: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17).

Perhatikan! Gaya Hidup Baru seseorang berubah ketika ia menerima Kristus. Hidup dalam kebenaran dan bukan dalam Dosa! Sebagai ciptaan baru dalam Kristus, maka menjalani hidup benar, kudus dan bermoral adalah kesehariannya. Jadilah bijak! Bagaimana kita punya hidup? Hiduplah dalam Kristus untuk mengejar Perkenanan Tuhan. Tuhan menyukai kekudusan dan kebenaran bukan kenajisan. Selamat datang New Normal, selamat datang New Born dan selamat datang New Life Style.

Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Sedang Merintis Pelayanan, Gembala GPdI “Alhayat“.



Leave a Reply