Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Adil Tidak Harus Sama




eBahana.com

Hidup di dunia yang penuh dosa pasti akan terjadi kontradiksi, baik itu kontradiksi dalam dirinya sendiri (antara keinginan daging dan keinginan roh—Roh itu kuat, daging itu lemah) juga berkontradiksi dengan orang lain. Hal ini juga dialami tuan pemilik kebun anggur dengan para pekerja soal pengupahan dalam pekerja. Seperti yang tertulis di bawah ini:

“Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandornya: Pergilah pekerja-pekerja itu dan bayarlah upah mereka, mulai masuk terakhir sampai yang masuk terdahulu. Kemudian datang yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapatkan lebih banyak. Tetapi mereka pun menerima masing masing satu dinar juga”

Kalau sudah menyangkut masalah perut yang lapar, seringkali timbul perdebatan panjang, kesalahpahaman, ketidakpuasan, puncaknya terjadi perselisihan. Apa sebabnya ketika membahas masalah perut, hati dan pikiran menjadi panas?

Karena manusia dikuasai keinginan daging dan hawa napsu. Implementasi dari keinginan daging adalah individualistis (egosentris). Permasalahan itu terjadi sejak manusia pertama Adam dan Hawa jatuh dalam dosa sampai sekarang. Bahkan sampai selamanya tidak akan pernah berubah. Dosa menjadi akar dari manusia kehilangan kasih Allah dan sesama, serta tidak akan ada lagi rasa saling peduli dan empati kepada sesamanya.

Manusia yang mempunyai status sosial menengah ke atas (kaya raya) akan kehilangan kasih Allah dan sesama. Mereka merasa (beranggapan) dengan kekayaan dan status sosial tinggi yang dimiliki bisa hidup tanpa Allah. Dengan kata lain mendewakan mamon. Ia berasumsi apabila berempati dengan orang miskin, kekayaannya menjadi berkurang dan akan kehilangan jati diri serta eksistensinya.

Akan tetapi sebaliknya, mengapa kaum miskin itu kehilangan kasih Allah dan sesama, serta empatinya kepada orang lain? Karena dia kuatir akan kelangsungan hidupnya. Seperti bangsa Israel ketika di padang gurun, mereka diberi roti manna oleh Allah untuk makan, ‘ambil secukupnya dan jangan ambil lebih untuk disimpan nanti membusuk’. Tetapi karena dia khawatir tidak ada makanan lagi maka mengambil lebih untuk menympan makananya. Namun tetap akhirnya busuk.

Hal di atas sama dengan yang dialami oleh tuan pemilik anggur. Ketika sudah malam ia memerintahkan mandurnya untuk memanggil para pekerjanya mulai yang datang paling akhir jam lima petang sampai dengan mereka yang datang paling awal, yaitu mereka yang datang ke kebun anggur sejak pagi. Semua pekerja tanpa kecuali dibayarnya satu dinar satu hari, baik yang datang paling pagi, yang datang siang hari dan yang datang sore hari dibayar sama.

Di sinilah akar permasalahan itu muncul, terjadi perbedaan pandangan antara tuan pemilik kebun anggur dan para pekerja, khususnya mereka yang datang paling pagi. Mereka berpandandangan tuan pemilik kebun anggur memberi upah yang sama kepada para pekerja tanpa melihat berapa jam dan betapa lama mereka dalam bekerja. Hal yang menyebabkan perbedaan pandangan antara keduanya yaitu pemilik kebun anggur menggunakan dasar pemikiran sorgawi, sedangkan para pekerja menggunakan pemikiran duniawi dalam berpikir.

Sampai kapanpun kedua pandangan itu tidak bisa disatukan. Ibarat minyak dan air, sekuat apapun usaha untuk menyatukan keduanya jelas tidak akan bisa. Dasar pemikiran dari tuan pemilik kebun anggur adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (kebenaran firman Tuhan). Begitu juga dengan pekerja, ia mendasarkan pandanganya dengan pemikiran duniawi (keinginan daging dan individualistis). Maka dari itu hasil akhirnya juga berbeda. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa tuan pemilik kebun anggur memberi upah yang sama kepada para pengerjanya, satu dinar satu satu hari, dan konsep apa yang dipakai olehnya sehingga berbuat demikian?

Dasar pemikiranya adalah hukum kasih. Kasih kepada Allah dan sesama. Implementasinya adalah tindakan yang berkeadilan sosial bahwa adil itu tidak harus sama. Contohnya: Ada keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak. Tentunya kebutuhan hidupnya juga berbeda dengan yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak, dan seterusnya.

Ada contoh lagi. Sebuah keluarga mempunyai tiga orang anak yang masih sekolah. Anak pertama bersekolah SMK/SMA dan anak kedua bersekolah SMP. Sedangkan yang terakhir masih SD. Pertanyaannya, apakah ketiganya setiap hari diberi uang dengan jumlah yang sama? Jikalau ketiga anak oleh orang tuanya diberi uang dengan jumlah yang sama, itulah yang disebut ketidakadilan. Tidak menutup kemungkinan tuan pemilik kebun anggur sudah mengetahui latar belakang keluarga yang harus ditanggung oleh para pengerjanya, khususnya berkenaan dengan jumlah anggota keluarga.

Ada kemungkinan para pekerja yang berangkat pagi, jumlah anggota keluarganya lebih sedikit dibandingkan dengan para pekerja yang berangkat jam sembilan pagi. Pekerja yang berangkat jam dua belas, jumlah keluarga yang ditanggung lebih sedikit dari pekerja yang berangkat jam tiga petang, dan seterusnya sampai dengan pekerja yang berangkat jam lima petang  (kelompok pekerja yang paling miskin) dibandingkan dengan kelompok pekerja yang berangkat jam tiga dan seterusnya sampai pekerja yang datang paling pagi.

Mengapa tuan pemilik kebun anggur berbuat demikian? Dengan alasan kemanusiaan, melihat sesamanya yang berada dalam penderitaan, ia memiliki rasa empati yang tinggi dan itu menjadi bentuk kasih kepada sesama manusia. Itu juga menjadi bentuk kasih kepada Allah juga. Itu menjadi cermin bagi kehidupan Yesus sejak di dalam kandungan Maria. Sudah kita ketahui bersama latar belakang Maria yang berprofesi sebagai pencari kayu bakar. Seseorang yang berprofesi seperti yang disebutkan di atas masuk dalam golongan termiskin.

Apa alasan Dia memosisikan diri sebagai orang miskin? Sebab orang miskin adalah pribadi paling rentan terhadap berbagai hal yang negatif yang menerpa mereka. Di dalam bidang ekonomi: rentan diperbudak (dijualbelikan oleh tuan pemilik modal). Bidang sosial politik, sering dijadikan obyek para pengambil kebijakan (penguasa), dan yang lainya. Karena hidup di dalam berbagai kerentanan itulah maka mereka yang paling membutuhkan pertolongan supaya bisa keluar dari situasi itu. Hal yang perlu diketahui bersama, bahwa Yesus sebagai manusia sejati memang miskin tetapi kaya di dalam kerohanian, kaya di dalam kebijaksanaan serta pengetahuan. Sebab hal itu yang bisa membawa manusia keluar dari permasalahan hidup.

Pemilik kebun anggur menggunakan otoritasnya yang tidak bisa diintervensi siapapun terlebih para pengerjanya. Hal yang paling prinsip untuk dipegang tuan pemilik kebun anggur adalah tidak melanggar perjanjian masalah pengupahan satu dinar untuk satu hari. Soal yang lain itu menjadi wewenangnya pemilik kebun anggur. Tuan pemilik kebun anggur adalah representasi dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya. Sedangkan sebagai pekerja adalah representasi dari kita umat Allah. Kita sebagai pengikut-Nya tidak bisa mengintervensi Dia sampai kapan pun untuk bertindak sesuai dengan kehendak kita. Adil menurut pandangan Allah, berbeda dengan adil menurut pandangan dunia. Sebagai pengikut-Nya, kita harus melakukan tindakan yang adil yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kuasa Roh Kudus dan kuasa firman-Nya akan menolong kita.

(Markus Sulag)



Leave a Reply