Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hati Hangat Seorang Ibu Penolongku




eBahana.com – Aku tinggal di Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Bersekolah di SMP Negeri 1 Kebumen. Sejak masuk SMP, aku terbiasa berangkat dan pulang sekolah sendirian. Setiap hari aku bepergian dengan bus kecil, biasa kusebut angkot. Banyak kisah yang aku alami di perjalanan. Namun, ada satu yang paling berkesan, ketika aku masih duduk di bangku kelas 7, sekitar satu tahun yang lalu.

Takut Terlambat
Seperti biasa aku berangkat pagi-pagi agar tiba tepat waktu karena dari tempat aku diturunkan, aku masih harus berjalan kaki menuju sekolah. Pagi itu tidak seperti biasanya, angkot penuh dan padat. Mau tidak mau, aku harus menunggu lama angkutan selanjutnya.

Setelah sampai di pemberhentian angkot terdekat, aku panik melihat jam di telepon genggam yang kubawa. Hampir terlambat! Aku tidak mau mendapat sanksi dari guru BK (Bimbingan Konseling), maka aku pun berjalan lebih cepat. Sedikit kesal, aku rasa ini bukan salahku. Aku tidak bangun kesiangan, tetapi harus menunggu lama angkot yang tak kunjung tiba. Ketika mempercepat langkah kaki, tiba-tiba ada motor di dekatku dan memperlambat kecepatannya. Aku kira pengendara motor itu akan belok. Aku pun berlari lebih
cepat untuk menghindar. Berlari dalam kondisi buru-buru dan takut terlambat, aku terjatuh. Aku tidak memerhatikan jalan yang kulalui, ada banyak batu refleksi. Seharusnya aku berjalan di trotoar.

Motor tersebut ternyata tidak belok, dan berlalu begitu saja. Banyak orang lewat, tetapi tidak ada yang menolongku. Aku berusaha berdiri sendiri dengan cepat. Namun, tiba-tiba ada beberapa ibu berumur sekitar
40-an yang sebaya dengan ibuku mendekat. Lalu bertanya “Kamu kecelakaan, Dek?” Aku mengaku jatuh karena tersandung batu. Saat itu aku belum sadar, ada luka di kelopak mata kananku.

Tangan Hangat Seorang Ibu
Salah seorang di antara mereka mengajakku ke rumahnya. Sempat ku tolak, tetapi akhirnya aku mau. Ibu tersebut mempersilakan ku duduk di dekat ruko kepunyaannya. Ia memberiku segelas air putih untukku minum agar aku lebih tenang. Dengan sigap dan cepat, ia membersihkan luka dan mengobati aku. Aku baru sadar kelopak mataku berdarah.

Ibu tersebut bertanya-tanya tentangku, di mana rumah dan sekolahku. Ternyata ia adalah orangtua salah seorang kakak kelasku. Kemudian ia memastikan aku tidak merasa pusing atau sakit di kepala. Ia juga mengingatkanku untuk menghubungi orangtuaku. Kemudian ia menawarkan diri mengantarkanku ke sekolah. Takut merepotkan, pada awalnya aku menolak dan memilih berjalan kaki.

Akhirnya ia tetap mengantarkanku ke sekolah dengan motor. Aku melihat ketulusannya. Ia mengantarku untuk memastikan aku tiba di sekolah dengan selamat. Sesampainya di sekolah, aku langsung berterima kasih atas pertolongannya. Guru BK yang sedang di depan sekolah langsung menemuiku dan mengantarku ke UKS (Unit Kesehatan Sekolah).

Terima kasih atas kepedulian dan kebaikanmu, Ibu. Aku lupa menanyakan nama. Bahkan aku tidak ingat dengan wajahmu karena saat itu aku tidak memakai kacamata. Namun, aku tidak melupakan kebaikanmu. Engkau menolongku kala orang lain hanya melihat dan berlalu melewatiku. Terima kasih, Ibu (Kisah Priskila Andia Kristianti, kepada Lala)



Leave a Reply