Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Selamat Jalan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, Tokoh Pergerakan Oikoumene Nasional dan Internasional




eBahana.com –   ” Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” Roma 14:8

 Tokoh pergerakan oikoumene nasional dan internasional Pdt. Dr. (HC) Soritua Albert Ernst Nababan LlD atau yang biasa dipanggil Pdt. SAE Nababan telah dipanggil Tuhan pada Sabtu, 8 Mei 2021, pukul 16.18 wib, setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta selama beberapa hari akibat gangguan pernapasan dan jantung.

Pdt. SAE Nababan yang wafat pada usia 88 tahun ini, rencananya akan dikebumikan pada Selasa, 11 Mei 2021 di kampung halamannya Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut dan akan diterbangkan dengan pesawat carteran dari Jakarta ke Bandara Silangit.

Ia lahir di Tarutung Tapanuli Utara pada 24 Mei 1933. Sempat menjadi tentara pelajar saat sekolah dulu dan menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Theologi Jakarta. Lulus pada tahun 1956 dengan gelar Sarjana Theologia. Pada tahun yang sama ditahbiskan menjadi pendeta. Ia mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Heidelberg, Jerman dan lulus dengan gelar Doktor Theologia pada tahun 1963.

Kiprah Pdt. SAE Nababan 

Semasa hidup, Pdt. SAE Nababan dikenal sebagai tokoh agama nasional maupun internasional. Jabatan-jabatan yang pernah dipegangnya antara lain, Sekertaris Umum Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) pada tahun 1967-1984. Kemudian menjadi Ketua Umum MPH Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) pada tahun 1984-1987. Tahun 1987-1998 ia menjabat sebagai pimpinan (Ephorus) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), sebuah gereja beraliran Lutheran di Indonesia.

Rekam Jejak Internasional 

Pdt. SAE Nababan juga banyak terlibat dalam organisasi gereja di tingkat dunia. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Pemuda Dewan Gereja-Gereja Asia pada tahun 1963-1967 dan menjadi Presiden dari lembaga yang sama pada tahun 1990-1995. Sebagai Wakil Ketua dari Komite Sentral Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (World Council of Churches, WCC) pada tahun 1983-1998. Wakil Presiden Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation, LWF) dan anggota Komite Eksekutif dari lembaga yang sama.

Pdt. SAE Nababan juga pernah menjabat sebagai Ketua pertama dari Vereinte Evangelische Mission (United Evangelical Mission, UEM) yaitu sebuah lembaga misi internasional yang terdiri atas 34 gereja anggota yang tersebar di Afrika, Asia dan Jerman. Dalam Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja-Gereja se-Dunia di Porto Alegre, Brazil pada tahun 2006, ia terpilih menjadi salah seorang Presiden dari lembaga persekutuan gereja-gereja sedunia yang beranggotakan gereja-gereja Protestan dan Ortodoks.

Menikah dan Mempunyai Anak

Pdt. SAE Nababan menikah dengan Alida Lientje Tobing yang pada awal pertemuan, dikenalnya sebagai Guru Sekolah Minggu. Mereka menikah pada 8 Januari 1964, kemudian mendapat tugas penempatan sebagai sekretaris pemuda EACC di Manila. Alida setia melengkapi peran Pdt. SAE Nababan baik di EACC, di DGI atau PGI dan sebagai pimpinan (Ephorus) HKBP. Bahkan di era krisis HKBP pada tahun 1992-1998, ia juga tetap tabah mendukung perjuangan suaminya.

Disiplin yang diterapkan di keluarganya  sejak kecil, studi teologia yang digelutinya di STT Jakarta hingga Universitas Heidelberg Jerman juga menempanya menjadi pemikir terkemuka. Ia memiliki dua orang putera dan seorang puteri. Putra sulungnya, Hotasi Nababan adalah Alumni ITB dan MIT serta pernah menjabat sebagai CEO Merpati Nusantara dan GE Indonesia. Dua orang dari saudara kandungnya yaitu Panda Nababan adalah mantan anggota DPR Republik Indonesia dari PDI Perjuangan dan Alm. Asmara Nababan adalah tokoh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

 

 Tokoh Kritis

 Bagi masyarakat Indonesia, namanya lebih dikenal saat menjadi pimpinan (Ephorus) HKBP selama tahun 1987-1998. Di periode kedua kepemimpinannya pada tahun 1992-1998, Rezim Orde Baru melakukan intervensi pada pemilihan pimpinan HKBP. Alasannya, karena Pdt. SAE Nababan dianggap kritis menyerukan semangat persatuan, dialog terbuka antar agama, penghargaan atas kemanusiaan serta upaya mengatasi kesenjangan sosial sehingga memunculkan dualisme kepemimpinan di HKBP yang baru.

Masa yang panjang dan tak jarang penuh tekanan serta tantangan itu agaknya membentuk pribadi Pdt. SAE Nababan sebagai tokoh yang amat matang dan dikenal disiplin dan sangat rinci. Ia juga termasuk salah satu inisiator untuk mempertemukan tokoh dan kelompok reformasi yang akhirnya melahirkan Deklarasi Ciganjur dan mengamanatkan agenda Reformasi Indonesia. Sumbangsih pemikirannya bagi gereja dan masyarakat Indonesia serta catatan perjalanannya, terangkum dalam bukunya yang berjudul Selagi Masih Siang.

Rasanya generasi milenial, tak terbatas pada pemuda Kristiani, bisa menarik banyak pelajaran berharga dari orang yang telah melewati lima zaman ini. Refleksinya begitu segar dan tajam serta menyorot hal-hal esensial terkait penghayatan iman Kristiani di tengah zaman yang terus berubah.

Sejumlah penghargaan juga telah diterimanya, termasuk yang terbaru sebagai salah satu ikon Prestasi Pancasila pada 29 Agustus 2020 dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) didasarkan akan dedikasinya pada Gerakan Lintas Iman di Indonesia. Biarlah Tuhan memberkati segala karya hamba-Nya ini untuk kehidupan dan karya gereja-Nya di dunia ini. Soli Deo Gloria.

 

Oleh Lina Nababan M.Kes., disarikan dari berbagai sumber.



Leave a Reply