Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hidup Jujur




Seorang CEO perusahaan besar sedang mencari penggantinya dari antara karyawan terbaiknya. Ia memanggil seluruh staf eksekutif kantornya dan memberi mereka masing-masing sebutir benih. Lalu ia berkata, “Sirami dengan teratur, rawat dan kembalikanlah
setahun lagi dengan tanaman yang tumbuh dari benih ini. Pemilik tanaman yang terbaik akan menjadi penggantiku.”

Seorang staf bernama Toni pulang ke rumah dengan benih yang siap dirawat. Setiap hari benih itu ia siram dan diberi pupuk. Setelah 6 bulan, di kantor semua saling bercerita tentang tanaman mereka. Hanya benih Toni yang tidak tumbuh sama sekali. Toni merasa gagal. Setelah setahun, seluruh staf eksekutif menghadap CEO untuk memperlihatkan hasil benih tersebut. Semula Toni tidak ingin membawa pot kosong, tetapi istrinya mendorongnya untuk
mengatakan yang sebenarnya. Toni menyadari bahwa istrinya benar.

Masuk ruang pertemuan, Toni membawa pot kosong. Seluruh mata memandangnya iba. Ketika CEO masuk ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu hingga akhirnya berhenti di depan Toni yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan untuk menceritakan kronologisnya. Ketika Toni selesai bercerita, sang CEO berkata, “Beri tepuk
tangan untuk Toni, dia adalah CEO yang baru, dia yang akan menggantikan saya.” Ia melanjutkan kata-katanya, “Semua benih yang kuberikan kepada kalian, sebelumnya telah kurebus dengan air panas hingga mati dan tidak mungkin tumbuh. Jika benih kalian dapat tumbuh, berarti kalian telah menukarnya dan berbohong padaku, kecuali Toni. Hanya dia yang jujur.”

Kejujuran dan sikap sportif sangat dibutuhkan dalam kehidupan, termasuk di dunia usaha. Memanipulasi orang demi keuntungan pribadi, jelas bukan tindakan orang Kristen yang takut akan Allah. Kita perlu menanggapi suara hati dan memelihara integritas. Jika kita hidup jujur, kita akan menuai kepercayaan, kesuksesan, dan terutama perkenanan Tuhan.

H. A. Ironside, profesor theologi dari Dallas Theological Seminary, pernah menceritakan kisah berikut. Ketika masih kecil, setiap akhir pekan saya bekerja di toko pembuat sepatu milik Dan Mackay. Dia seorang Kristen yang saleh. Di mejanya ada Alkitab dan setumpuk
traktat penginjilan. Sering kali dia juga bersaksi kepada para pelanggan tentang Kristus. Tugas saya adalah memotong kulit sapi menurut pola tertentu lalu merendamnya dalam air. Selanjutnya saya harus memukul-mukul kulit sol sepatu itu dengan palu pada sebuah potongan besi sampai keras dan kering. Pekerjaan ini rasanya tidak selesai-selesai dan kadang sangat melelahkan. Yang menjengkelkan, ada sebuah toko sepatu lain yang lebih maju, milik seorang yang tampaknya tidak kenal Tuhan. Padahal ia tidak pernah menempa sol sepatu, tetapi mengambilnya dari air, memasangnya di sepatu, walaupun masih basah dan lembap. Tentu saja sepatu itu lebih cepat rusak sehingga orang lebih cepat membeli yang baru.

Suatu hari saya mengatakan kepada bos saya bahwa mungkin saya telah membuang-buang
waktu untuk mengeringkan sol sepatu. Namun, Tuan Dan Mackay langsung membuka Alkitab dan membacakan ayat, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan.” “Harry,” katanya, “Saya tidak bekerja membuat sepatu
hanya untuk mendapatkan uang. Tetapi, saya melakukan ini untuk Tuhan. Saya berpikir akan melihat tumpukan sepatu yang pernah saya perbaiki di kursi penghakiman Kristus, dan saya tidak mau Ia berkata, ‘Dan, hasil kerjamu buruk. Kamu tidak melakukan yang terbaik.’ Saya ingin Ia mengatakan, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.’” Pelajaran ini tak akan terlupakan. Sering kali ketika saya tergoda untuk bekerja ala kadarnya dan asal saja, saya teringat bos saya Dan Mackay. Hal ini telah mendorong saya untuk melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan yang telah mati menebus saya.

Ya, kita memuliakan Tuhan bila melakukan yang terbaik di tempat kerja. Kehadiran kita di dunia usaha yang diwarnai dengan kejujuran merupakan wujud pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama. Karena itu, mari kita memelihara integritas dan kejujuran selamanya. [RA]



Leave a Reply