Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

SALJU




eBahana.com – Kala aku menikmati secangkir kopi hangat mengepul di depan Aprés Bar & Cafe, aku melihat orang-orang keluar masuk kafe itu sambil menenteng peralatan ski mereka. Mataku tiba-tiba melihat seorang anak laki-laki kecil meraupi salju di halaman cafe. Aku pikir dia akan membuat bola-bola salju untuk dilemparkan ke teman-temannya. Dugaanku salah. Dengan lahap dia memakan salju itu. “Ya ampun, apakah perutnya tidak sakit?” gumamku ke sahabat yang menemaniku minum.

Ketika ke gereja suatu sore, seorang jemaat menyapaku dan mengajakku mengobrol. Dia memakai kalung indah sekali berbentuk snowflakes. “You tahu tidak, di dunia ini tidak ada satu pun bunga salju yang sama persis satu sama lain?” Dia tampak menggeleng kebingungan. “Lho, bukankah tampaknya sama?” tanyanya sambil mempermainkan liontin kristal saljunya. Aku jelaskan dan tegaskan bahwa di antara sekian banyak kristal salju di berbagai penjuru dunia, tidak ada satu pun yang identik. Walaupun mirip—berbentuk heksagonal (bintang dengan enam kaki) dengan diameter antara 7-10 cm—tidak ada yang 100% sama.

Salju dan aku. Tiba-tiba saja pikiran itu terbesit di otakku. Diriku—seperti salju—Tuhan ciptakan unik. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang persis sama denganku. Aku mengenal cukup banyak orang kembar. Di antara mereka banyak yang kembar identik. Walau aku kadang bingung membedakan antara Grace dan Gloria, Jason dan Justin, atau Shyerla dan Shyerli, jika aku perhatikan lebih cermat, aku pasti tahu perbedaannya.

Tuhan itu ajaib. Ciptaan-Nya pun unik. Kita dibentuk satu per satu sejak dalam kandungan: “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mazmur 139:13). Bukanlah kebetulan jika salju pun dia bentuk dengan sama uniknya: “Dari dalam kandungan siapakah keluar air beku, dan embun beku di langit, siapakah yang melahirkannya?” (Ayub 38:29).

Untuk apakah aku dilahirkan di bumi dan untuk apakah salju turun ke bumi? Kita ada untuk menjadi berkat dan dengan demikian memuliakan Tuhan di surga: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan” (Yesaya 55:10).

Bagaimana jika gagal di dalam tugas yang mulia itu dan jatuh dalam dosa? Kita harus sangat bersyukur karena memiliki Tuhan yang Maha Pengampun dan Penyayang: “Marilah, baiklah kita berperkara! —firman TUHAN—Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 1:18).

Tuhan kita—pencipta langit dan bumi—senantiasa menggunakan ciptaan-Nya untuk mengajar kita. Saat Nuh dan ketiga anaknya—Sem, Ham, Yafet—beserta isteri mereka masing-masing keluar dari bahtera, Tuhan berjanji untuk tidak lagi memusnahkan bumi dengan air bah. Apa tanda-Nya? Pelangi! Saat kita berdosa dan sudah minta ampun kepada-Nya, bertobat dan tidak mengulangi perbuatan kita lagi, apa janji Tuhan? “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Oleh sebab itu, jika suatu kali kita jatuh dalam dosa, dan kita merasa Tuhan membiarkan kita terbakar di neraka yang panas, berdoalah seperti Pemazmur: “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (Mazmur 51:9). Jadi, meskipun kehidupan kita mungkin mengalami banyak persoalan seperti dalam film Winter Sonata, percayalah, di setiap butir salju yang turun ke bumi ada tanda tangan Tuhan yang penuh kasih!

Dr. Xavier Quentin Pranata, MACE, Penulis, pengajar tinggal di Surabaya.



Leave a Reply