Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

INDAHNYA AIR MATA




eBahana.com – “Kau rangkai air mata ku jadi Permata, Kau ubah kabut hitam ku menjadi sutra” kalimat ini adalah penggalan sebuah lagu Rohani Kristen yang dinyanyikan oleh Herlin Pirena. Lagu ini menyiratkan sebuah doa dan keyakinan bahwa kelak air mata (persoalan-persoalan hidup) akan berubah menjadi sutra (keindahan). Kalau saja boleh menawar maka setiap orang akan memilih menghindari penderitaan, menolaknya dengan tegas tanpa berpikir dan memilih menikmati kehidupan yang berbahagia. Itulah hasrat alami natural desire yang tertancap di dalam kehidupan eksistensi manusia. Selalu mengharapkan keindahan tidaklah salah tetapi jangan sampai membuang Jalannya kebahagiaan yang bernama kesusahan dan air mata. Indahnya hidup bukan hanya terletak dalam gelak tawa dan pesta pora saja tetapi dalam dukacita dan lembah-lembah kekelaman yang merupakan bagian dari dinamika kehidupan manusia.

Hidup manusia bagaikan gado-gado, suka dan duka tidak pernah berpola hadir dalam kehidupan kita. Dalam setiap kesempatan penulis bersama istri mengambil kesempatan membangun mezbah doa menaikkan doa tentang banyak hal, jemaat, pelayanan, yayasan, keluarga, organisasi yang terkadang tak sanggung diungkapkan dengan kata-kata hanya air mata yang terus mengalir, mulut in menjerit menaikkan setiap doa dan pergumulan. Terkadang sebagai seorang laki-laki penulis menahan air mata untuk tidak menangis tetapi berbeda dengan istri. Penulis sendiri menilai apakah mata istri saya ini batang air mengapa setiap doa selalu banjir air mata. Itu mungkin sepenggal kisah kami tentang dinamika hidup ini, barangkali penulis percaya setiap kita juga pernah mengalami momen di mana air mata ini tidak terbendung mengalir menghadapi beratnya kehidupan.

Memantik rasa ingin tahu penulis tentang ‘Air Mata’, barangkali di antara kita pernah mendengar suara-suara sumbang yang mengatakan “orang yang menangis dalam hidup adalah orang yang lemah“ apalagi mungkin kalaulah ada laki-laki yang menangis maka orang berkata “laki-laki kok nangis, laki-laki tangguh itu tidak pernah menangis dengan kehidupan” benarkan demikian? Apakah menangis itu tanda kelemahan? Ya, kebudayaan kita menuntut laki-laki untuk tetap kuat dalam kondisi apapun. Jangan menangis kalau kamu benar-benar seorang laki-laki, mungkin kata-kata inilah yang sering kali kita dengar dari mulut orang ataupun orang tua. Hal ini membuat sebagian besar laki-laki yang hidup dalam pola didikan seperti ini bertumbuh menjadi pribadi yang memendam perasaan dan kesedihan. Akibatnya tingkat stress meningkat, dan timbul penyakit karena emosi yang tertahankan.

Mungkin inilah yang menyebabkan wanita lebih kuat, mereka lebih bebas mengekspresikan perasaan mereka tanpa tekanan melalui air mata mereka. Tampak lemah namun sesungguhnya mereka lebih kuat dan tangguh. Penulis berusaha mencari beberapa penelitian ilmiah tentang air mata. Salah satu yang penulis dapatkan adalah, “Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi karena dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24% protein albumin yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata” (sr: indohot.org). Luar biasa bukan? Allah memang menciptakan air mata dengan sebuah tujuan! Lalu apa yang salah dengan air mata? Apakah air mata mengindikasikan kelemahan?

Alkitab sendiri menyatakan dengan gamblang, pria-pria gagah perkasa yang menangis. Tengoklah Daud, prajurit hebat yang berhasil mengalahkan Goliat. Dia menangis. Bahkan di dalam Mazmur jelas menyebutkan, “Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.” Daud menangis, bahkan setiap malam. Ayub menangis dalam kesengsaraannya, “mukaku merah karena menangis, dan bulu mataku ditudungi kelam pekat (Ayub 16:16). Petrus menangis karena menyadari ia telah berbuat dosa dengan mengkhianati Yesus. Yusuf menangis ketika ia bertemu kembali dengan saudara-saudaranya. Dan Yesus pun menangis (Yohanes 11:35). Ya, pria-pria itu menangis.

Lalu apa yang salah dengan tangisan dan air mata? Tidak ada bukan? Setiap orang berhak untuk menangis, tidak peduli gender, usia, atau jabatan sosial. Mengapa? Karena kita masih manusia. Bukankah tangisan adalah reaksi dari perasaan yang alami, sama halnya dengan tertawa? Bahkan Pengkhotbah 7:3 mengatakan, “Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.” Air mata mengindikasikan kelemahan? Apa yang salah dengan itu? Bukankah setiap manusia memang lemah? Bukankah ini manusiawi? Air mata justru menunjukkan kerapuhan kita sebagai manusia yang terbatas dan kebutuhan kita akan Pribadi yang tidak terbatas. Nasehat Alkitab manakala hidup akrab dengan penderitaan dan air mata.

  1. Jadikan air mata dan penderitaan sebagai sahabat

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu (Amsal 17:17) penderitaan dan air mata adalah sahabat yang terus menerus akan mengunjungi kita, bagaikan armada yang selalu mencari persinggahan sebagai peristirahatannya. Hanya saja kita harus pandai mengatur dan mengendalikan lalu lintas antar perahu yang bernama sukacita dan dukacita yang akan berkunjung menghampiri kita. Raja Daud untuk mencapai puncak kejayaannya selalu diiringi oleh nyanyian ratap tangis setiap harinya (Mazmur 6:7) sekalipun ia sudah ditetapkan dan diurapi untuk menjadi raja atas Israel, ia harus berputar-putar terlebih dahulu untuk mengitari gelombang-gelombang kehidupan bahkan maut mengintainya setiap saat.

  1. Jadikan air mata sebagai obat kehidupan

Terkadang Allah tidak dapat dipahami oleh kekuatan dan keangkuhan hidup manusia, tetapi malah justru keberadaan-Nya dapat dikenali dalam lembah-lembah kekelaman dan air mata. Manusia harus mulai sadar bahwa air mata sering kali bagaikan obat mujarab yang dapat menyembuhkan luka dan sayatan. Sesungguhnya menangis itu sehat dan perlu. Secara psikologis ini menjadi cara yang baik mengungkapkan kesedihan. Tuhan menciptakan air mata untuk digunakan seperlunya pada situasi tertentu, terutama saat berduka dan kehilangan. Menangis baik sebagai sarana katarsis bagi mereka yang punya masa lalu traumatis.

  1. Jadikan air mata sebagai bahan menenun kehidupan

Hidup dipenuhi dengan berbagai warna dan corak, setiap warna memiliki kesan dan makna yang berbeda. Kita tidak bisa memilih warna apa yang kita inginkan. Mengutip ucapan  dalam buku karya Max Lucado,

Air mata melegakan otak yang panas,

seperti hujan pada awan-awan bermuatan listrik.

Air mata melepaskan kesengsaraan hati yang tak terpikulkan,

seperti luapan air yang mengurangi tekanan banjir pada bendungan

Air mata adalah bahan yang dibuat di surga untuk menenun pelangi yang terindah.

Tindakan yang tepat untuk dilakukan manusia adalah menyusun warna kehidupan ini, menjadi lebih menarik, marajutnya dengan semangat perjuangan hidup, melangkah bersama Sang Perancang Kehidupan. Sebagai mana Alkitab katakan Mazmur 126:5-6, “orang yang menabur dengan air mata akan menuai dengan sorak sorai”

  1. Jadikan air mata sebagai kekuatan

Bertutur soal penderitaan dan air mata, tidak ada manusia di bumi ini yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan seperti Tuhan Yesus. Sama seperti kita, Yesus juga pernah menangis layaknya manusia seperti kita. Air mata Yesus menetes ketika menangisi Yerusalem (Mat 23:37). Tangisan Yesus ini bukan hanya untuk mengumpulkan seluruh Yerusalem tetapi seluruh dunia supaya menjadi anggota kerajaan Allah. Yesus juga menangis ketika Maria datang dengan menangis kepada-Nya dalam Injil Yohanes 11. Tangisan Yesus memiliki kekuatan belas kasihan yang luar biasa dan berangkat dari situlah lazarus yang sudah mati empat hari dibangkitkan-Nya. Ini mengajarkan kepada kita betapa kuatnya air mata yang menghasilkan kekuatan yang tidak terkalahkan.

Tidak ada jalan pintas untuk memiliki kerohanian yang dewasa dan kuat. Sama seperti pohon besar menjadi kuat karena ia telah melewati kerasnya berbagai musim alam. Untuk menjadi besar dan kuat, sebuah pohon harus melewati panasnya sinar matahari, dinginnya air hujan dan kuatnya terpaan angin badai. Hidup kerohanian kita hanya akan menjadi kuat setelah melewati berbagai musim rohani. Kita tidak bisa menghindar dari panasnya musim panas dan dinginnya musim dingin. Kita tidak bisa berharap bahwa kehidupan ini akan senantiasa penuh tawa dan kebahagiaan.

Adakalanya kita harus melewati lembah air mata yang penuh dengan tekanan dan kegelapan. Pada akhirnya, Allah memang mengizinkan kita menangis, dan itu wajar karena kita masih manusia. Bahkan Ia menghargainya. Namun sebagai seorang Kristen yang dewasa, alkitab mengatakan dalam 1 Tes. 4:13b, “supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” Dalam tangisan karena dukacita yang terdalam pun, ketahuilah bahwa pengharapan di dalam Allah tidak pernah berubah. Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan untuk menangis. Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan berduka cita. Pujilah Tuhan untuk pengharapan yang Dia berikan. Jadi, sedang ingin menangis? Lakukan saja! Tidak ada yang salah dengan itu, Allah menghargainya.

Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Gembala GPdI “ALHAYAT“ (bisa dihubungi di 081217147699).



Leave a Reply