Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Rela Berkorban




eBahana.comSaudaraku, kebaikan dan kebenaran tidak akan bisa dipersatukan dengan  keburukan dan kejahatan. Mengapa demikian? Karena keduanya berasal dari sumber yang berbeda dan akan mengalir ke ujung yang berbeda pula. Dengan cara apapun dan usaha apapun serta sampai kapanpun, jika itu dilakukan oleh manusia pasti tidak akan bisa.

Akan tetapi berbeda lagi jika hal itu dilakukan oleh Tuhan Allah. Pasti semua bisa terjadi (menjadi kenyataan). Sebab Dia adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan seisinya. Dia adalah Allah yang mampu membolakbalikkan hati dan pikiran manusia.  Oleh karena itu Allah digambarkan sebagai gembala yang baik seperti yang tercantum di bawah ini:

Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

Menjadi seorang gembala itu memang sungguh berat. Tugasnya bukan hanya mencarikan makanan bagi domba-domba tetapi juga menjaga keselamatannya dari tindakan pencurian, perampokan, dan terkaman binatang buas harimau dan serigala. Seorang gembala itu haruslah seseorang yang bertanggung-jawab, berani dan rela bekorban. Tindakan riil dari kata rela berkorban yang dimaksud pada ayat itu adalah “memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”

Para gembala di Israel dituntut bisa rela berkorban karena kondisi geografis yang mengharuskan demikian. Daerah di sana terdiri dari gunung dan lembah serta padang gurun. Geografis yang demikian maka sudah sewajarnya banyak sekali kejahatan perampokan dan binatang buas menjadi ancaman bagi gembala dan domba. Hal di atas ini yang mendasari lahirnya firman Tuhan: “Memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.  Gembala yang baik yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya adalah gambaran Tuhan Yesus dalam menjalankan visi dan misi dari Bapa untuk mendetita sengsara di kayu salib (menebus dosa-dosa manusia). Tetapi sangat mudah mengetahui mana gembala yang baik dan mana seorang upahan. Kita akan menganalisis perbedaan seorang upahan dan pemilik domba-domba dengan mendasarkan pada firman Tuhan di bawah ini:

Sedangkan seorang upahan, yang bukan gembala dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu, lalu lari meninggalkan domba-domba itu sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba itu.

Dengan mendasarkan ayat firman Tuhan di atas kita akan menganalisis dan mengiventarisasi ciri-ciri mereka yang bukan gembala (hanya upahan saja), yakni:

  1. Ketika serigala datang bertindak meninggalkan domba-domba
  2. Lalu lari dan meninggalkan domba-domba itu

Menurut ayat di atas, seseorang yang bukan pemilik domba-domba (seorang upahan), ketika serigala datang maka mereka akan meninggalkan domba-domba tersebut. Seseorang upahan itu adalah seseorang yang sesat pikir, sesat dalam berucap, dan sesat di dalam bertindak. Mengapa bisa demikian? Karena memprioritaskan keuntungan secara materiil (harta benda kemewahan duniawi saja). Sehingga ketika dihitung merugi maka ia meninggalkan tugas dan tanggungjawabnya. Asal usul dari mencari keuntungan diri sendiri adalah kepentingan diri (individualistis) yang bermuara pada keinginan daging. Sudah kita ketahui bersama bahwa keinginan daging itu salah satunya adalah hawa napsu. Bicara hawa napsu, definisinya sangat luas, karena itu menyangkut berbagai kebutuhan dan keinginan manusia. Misalnya napsu serakah, terutama serakah kebutuhan pangan, kebutuhan pakaian, dan yang lainya. Bahkan serakah itu adalah keinginan yang lebih dari yang menjadi kebutuhanya. Bisa jadi hal itu menjadi hak orang lain. Tetapi perilaku serakah inilah yang menjadikan seseorang ingin memiliki yang bukan haknya.

Hal yang lebih parah lagi, ketika serigala datang ia lari meninggalkan domba-domba itu. Sehingga serigala itu menerkamnya dan tercerai-berai. Kalimat lari meninggalkan domba-domba karena orang-orang bayaran itu tidak punya keberanian (ketakutan). Sementara tidak mungkin serigala hanya sendirian. Kedatangan serigala itu pasti jumlahnya banyak (kawanan serigala). Rasa takut melihat serigala dalam diri orang-orang upahan itu manusiawi. Ketika dia lari meninggalkan, domba-domba pasti akan dimangsa dan tercerai berai. Itu yang menjadi masalah besar.

Hal yang terjadi dengan orang bayaran menunjukkan seseorang yang tidak bertanggungjawab dan tidak rela berkorban. Rela berkorban memang sesuatu yang berat dilakukan. Membutuhkan keberanian dan komitmen akan tugas dan kewajiban. Kita sebagai pengikut Kristus itu juga punya tanggungjawab. Apakah kita seperti gembala yang baik atau orang upahan? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Kuasa Roh Kudus dan kuasa firman yang akan memberikan kesanggupan pada kita.

(Markus Sulag)



Leave a Reply