Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jalan Baru di Tengah Krisis




Oleh Pdt. Ronald Manalu
Penulis, Gembala Jemaat Gereja Kristen Oikoumene Indonesia “Anugerah” Sarua Permai Ciputat-Tangerang.

Alkitab mencatat 90% perjalanan hidup manusia digambarkan berada dalam kondisi krisis. Bangsa Israel maupun para tokoh yang Tuhan pilih sebagai nabi, hakim, raja dan rasul-Nya.

Di penghujung tahun 2008, kita dikejutkan dengan goncangnya stabilitas ekonomi dunia. Empat hari sebelum meninggalkan 2008 kita dikejutkan dengan serangan udara Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza. Dua kejadian besar itu menimbulkan guncangan besar yang berdampak pada masyarakat dunia.

TENANG VS KRISIS
Setiap orang mendambakan ketenangan. Dalam ketenangan kita bisa berbuat yang terbaik. Tetapi seringkali manusia terjebak dalam ketenangan yang menghanyutkan. Ketenangan yang membuat kita seolah-olah hanya mengitari lingkaran rutinitas. Ketenangan yang membuat kita tidak mau mencari dan menemukan jalan baru yang lebih inspiratif. Ketenangan meninabobokan yang berujung pada jalan buntu.

Alkitab mencatat 90 % perjalanan hidup manusia digambarkan berada dalam kondisi krisis. Bangsa Israel maupun para tokoh yang Tuhan pilih sebagai nabi, hakim, raja dan rasul-Nya. Semua mengalami krisis hidup
dalam berbagai bentuk. Krisis hidup bukan keadaan yang ideal bagi manusia. Namun, krisis itu dibutuhkan. Dalam krisis hidup Adam dan Hawa mengenal Allah dan dirinya sepenuhnya (Kej. 3 : 9). Allah yang penuh keadilan juga Allah yang bermurah hati (Kej. 3 : 21, 23). Nuh berjumpa Tuhan secara pribadi dalam krisis besar, ketika bumi dilenyapkan Tuhan dengan air bah. Dalam krisis air bah inilah, Nuh dan semua keluarganya
melihat bahwa hanya ada satu Allah yang Mahakuasa (Kej.7). Abraham dipanggil Allah dengan meninggalkan rumah orangtuanya, saudaranya, dan tempat kelahirannya justru saat ia sedang dalam kondisi nyaman (Kej. 12).

Tetapi dengan krisis yang mengusik kenyamanan hidup itulah Abraham melihat berkat yang jauh lebih besar. Bahkan krisis hidup yang sangat “tidak adil” dialami Abraham di usia yang uzur, ketika ia harus mempersembahkan Ishak, anak satu-satunya. Yusuf mengalami aniaya dari saudara-saudaranya, memasukkannya ke dalam sumur hingga menjualnya kepada kafilah orang Ismael. Tapi justru krisis inilah yang menjadi langkah awal bagi Yusuf untuk menjadi pemimpin di Mesir dan memimpin saudara-saudaranya ke jalan yang benar (Kej. 37). Ayub bukan manusia sembarangan. Alkitab mencatat bahwa ia adalah seorang yang saleh dan berkenan kepada Allah. Tetapi kesalehan tidak membuatnya kebal terhadap krisis hidup. Justru krisis dipakai Tuhan sebagai alat untuk membuat hidupnya lebih indah di hadapan Tuhan. Ayub berkata, “Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian”(Ayb. 12:13). Yesus Kristus, Anak tunggal Allah mengalami puncak krisis hidup ketika Dia harus memikul penderitaan yang mahaberat di salib. Secara manusia ia gagal untuk melepaskan diri dari beratnya salib. Namun bagi orang percaya, Dia telah membuat manusia menang dari penderitaan kekal akibat dosa. Dalam krisis inilah Allah menunjukkan kasih-Nya bagi dunia ini (Yoh. 3 : 16).

JALAN BARU
Dari semua pengalaman itu kita melihat bahwa krisis adalah cara Allah yang tepat untuk meneguhkan,
mengokohkan, menguatkan, dan melanjutkan kasih karunia-Nya. Krisis adalah keadaan yang Tuhan izinkan
terjadi bagi kita untuk melihat dengan baik makna dan tujuan tertinggi (greatness) dari hidup kita. Melalui
krisis kita makin peka terhadap suara Tuhan yang memanggil kita kembali ke tujuan hidup yang diinginkan-Nya. Krisis membuat kita makin peduli terhadap orang lain. Percayalah akan janji berkat-Nya. Dia yang membuat kita dapat menemukan dan melewati jalan baru di tengah krisis. Dia juga akan membuat kita berkemenangan dalam hidup ini. Krisis menjadi cara yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan jalan baru bagi kita.



Leave a Reply