Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pemimpin yang Diubahkan




eBahana.com – Yusuf dari Arimatea adalah seorang anggota majelis besar yang terkemuka dan menanti-nantikan kerajaan Allah juga. Melihat eksistensinya sebagai pejabat yang mempunyai posisi cukup prestisius dan bergengsi, oleh karena itu sudah wajar apabila Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat-Nya Yesus. Pada saat itu memang bersamaan dengan persiapan menjelang perayaan Paskah (memperingati keluarnya bangsa Israel dari penjajahan bangsa Mesir). Sehingga ia datang ke Pontius Pilatus menjelang malam hari. Di samping itu supaya tidak ketahuan teman temannya sejawat.

Sebagai sesama pejabat tinggi apabila mereka saling mengenal sebelumnya bukan hal yang mustahil, dan ketika Yusuf datang menghadap ke Pontius Pilatus untuk meminta menurunkan mayat Yesus, maka langsung diberikannya. “Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya.”

Yusuf dari Arimatea mengenal Yesus dan mengenai menjadi murid Yesus, apakah bersamaan dengan dua belas murid yang lain atau setelahnya, di dalam Alkitab tidak dijelaskan secara lengkap.

“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih.” Kain lenan adalah jenis kain yang sangat mahal dan tidak sembarang orang bisa membelinya (hanya orang yang kaya saja) dan dia tidak merasa berat untuk membelikan kain lenan untuk mengkafani Yesus. Sebab Yusuf memandang-Nya sebagai Raja yang sedang dinanti-nantikan. Dengan kain lenan itu ia menghormati Dia karena hanya itu yang bisa dilakukan. Dengan kafan dari kain lenan, banyak orang yang akan tahu dan lalu melihat, khususnya mereka yang membenci-Nya serta memusuhi Dia.

Setelah selesai mengkafani maka langkah selanjutnya adalah: “Lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru dan digalinya di dalam di bukit batu dan sesudah menggulingkannya sebuah batu besar ke pintu kubur itu” Yang diperbuat Yusuf dari Arimatea terhadap mayat Yesus sungguh lebih luar biasa karena ia juga membelikan tanah untuk menguburkan Dia dan pasti juga mengeluarkan biaya untuk menggali tanah perkuburan dan biaya yang lainya. Itulah betapa luar biasanya apa yang dilakukan Yusuf untuk Tuhan Yesus.

Yusuf dari Arimatea adalah pribadi yang jujur dan sangat dermawan. Di tengah arus kehidupan masyarakat yang jauh dari kehendak Tuhan, dan bermoral rendah serta kehidupan yang dengan kecemaran tipu daya satu dengan yang lain, ternyata masih ada pribadi yang mempunyai iman, pemikiran dan tindakan yang baik dan takut akan Tuhan, dia adalah Yusuf dari Arimatea. Sementara sistem pemerintahan yang buruk karena tindakan para pemimpin yang melakukan KKN (korupsi, kolusi & nepotisme) saat itu yang hanya mementingkan diri sendiri dan golonganya sehingga jauh dari rasa keadilan masyarakat. Tetapi masih ada pribadi yang memegang teguh iman pikiran dan tindakan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Apakah di era globalisme, hedonisme dan pragmatisme dan perilaku yang menyimpang dari etika dan kaidah agama, masih adakah pejabat publik atau para pemimpin yang berintegritas, berkapabilitas, dan mempunyai kapasitas seperti Yusuf dari Arimatea. Ia adalah pejabat publik yang menjadi pembeda dalam segala hal khususnya dalam hal religius dan moral (satunya ucapan, pikiran dan tindakan) dalam Firman Tuhan: “ Ya katakan ya, tidak katakan tidak”. Pengikut Kristus yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pejabat publik dan politisi bisakah menjadi pembeda dalam hal bekerja dan melayani mendasarkan pada nilai-nilai firman Tuhan dan meminta perlindungan. Jika hal itu bisa dilakukan maka kita bisa menjadi teladan dan bisa mengubah bangsa menuju yang lebih baik.

Kemudian yang sering kita lupakan adalah peran serta perempuan luar biasa di sekeliling Yesus dan murid-murid-Nya. Perempuan-perempuan tersebut adalah: “Maria Magdalena dan Maria yang lainya.” Apa yang mau dilakukan oleh mereka di depan kubur Yesus? Mereka mau meminyaki mayat Yesus dan mau berdoa kepada Allah seperti yang tercantum di bawah ini: “Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di disitu duduk di depan kubur itu.”

Kita sebaiknya mencontoh dari mereka bagaimana militansi yang dipunyai terhadap Yesus sungguh luar biasa. Bahkan kesetiaan mereka kepada-Nya melebihi para murid yang lain. Bagaimana tidak, mereka duduk di depan kubur Yesus itu bukan tanpa resiko, khususnya dari para serdadu penjaga kubur-Nya. Sekarang, bagaimana dengan kita khususnya para perempuan-perempuan pengikut Kristus yang duduk di legislatif, eksekutif, dan yudikatif, apakah kita juga berani menanggung resiko tidak populis tetapi benar dihadapan Allah daripada populer tetapi melanggar perintah Allah. Mari menjadi berbeda. Kita adalah Penentu perubahan. Markus Sulag



Leave a Reply