Gereja Harus Melakukan Misi dan Budaya
eBahana.com – Gereja adalah persekutuan orang orang kudus dalam pengertian organisasi (Roma Katolik, Ortodok, Protestan dan Pentakosta karismatik), Dalam hal ini gereja tidak boleh berpolitik praktis atau berorientasi kekuasaan. Tetapi sangat perlu untuk mengembangkan politik nilai, karena gereja hidup dan berkembang di dalam suatu pemerintahan dan negara atau kerajaan tertentu. Jika gereja acuh dan tidak mau tahu dengan politik maka ia tidak akan bisa berkontribusi apapun bahkan apa yang menjadi tugasnya yaitu “Bersaksi, Bersekutu dan Melayani” akan bisa terhambat. Oleh karena itu gereja harus berpolitik dan mau mengembangkan politik nilai itu khususnya di negara kita Indonesia. Negara dan gereja ibarat keping mata uang yang harus seiring sejalan dalam berkehidupan.
Jika gereja anti politik maka gereja tidak bisa hidup bertumbuh dan berkembang khususnya di Indonesia. Mendirikan gereja butuh ijin, mengadakan aktifitas keagamaan natal, paskah dan yang lainya juga harus ijin. Pernikahan yang dilakukan jemaat harus mendapat pengesahan oleh negara atau pemerintah. Mengapa gereja ditutup, dibakar dan distop kegiatannya karena gereja tidak mau berpolitik dan mengembangkan politik nilai dalam kehidupannya. Bagaimana sesorang mau menjadi saksi KRISTUS dan mau mempengaruhi orang lain jika ia tidak berpolitik atau melakukan tindakan politik.
Baca Sebelumnya http://ebahana.com/serba-serbi/vitamin/gereja-dan-politik/
Demikian juga dengan gereja-gereja yang ada di Indonesia, harus mau melakukan misi dan budaya (mission and culture) sesuai dengan karakteristik NKRI yang terdiri dari banyak suku bangsa, bahasa dan agama. Mau tidak mau suka tidak suka gereja harus menkulturasikan dirinya supaya keberadaannya bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat diberbagai lapisan masyarakat di semua daerah di Indonesia. Sebab sampai saat ini gereja masih menghadapi stigma sebagai agama penjajah, untuk menghilangkan hal itu maka harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati dengan banyak melakukan tindakan kasih dan membuktikan bahwa kekristenan itu bukan agama penjajajah, hanya faktor kebetulan saja karena yang membawanya ke Indonesia adalah bangsa yang dari Eropa khususnya Belanda (bangsa imperalis).
Selama kita belum bisa membuktikan bahwa secara prinsip dan hakiki tentang sejatinya iman Kristen maka stigma itu tidak dapat hilang dari pikiran dan cara pandang sebagian dari rakyat indonesia sampai dengan saat ini. Itulah salah satu alasan mengapa harus berpolitik nilai, dan bagaimana cara agar bisa menghilangkan bahwa kekristenan itu bukan agama penjajah, ya dengan berperilaku yang baik seperti yang YESUS ajarkan seperti yang tertulis dalam Alkitab. Jangan berperilaku sebaliknya terjerat narkoba apa lagi menjadi pengedar, para pengikut DIA tidak boleh melakukan segala bentuk KKN dan tindakan-tindakan yang membuat masyarakat kurang atau bahkan tidak simpatik sama sekali kepada kita, bahasa Alkitabnya menjadi sama dengan dunia. Pada tingkat implementasi banyak para pengikut-Nya yang larut dengan perilaku-perilaku dunia, menjadi politisi busuk dengan melakukan korupsi, melakukan suap dan sogok-menyogok bagi mereka yang menjadi pengusaha demi bisa memenangkan tender. Di mana pun keberadaannya harus bisa menjadi terang dan garam niscaya masa depan dan cita-cita akan berhasil dengan gilang gemilang. Markus Sulagi
Baca Selanjutnya http://ebahana.com/serba-serbi/vitamin/politik-para-pengikut-kristus/