Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kasih yang Adaptif




eBahana.com – Kasih hari–hari ini menjadi sesuatu yang mahal, banyak orang dari berbagai kalangan menjadi frustasi dan putus asa karena tidak mendapatkan dan menikmati kasih. Kisah kehidupan yang kita lihat melalui media atau secara langsung menceritakan semua ini, bagaimana orang–orang yang karena merasa didiskriminasi dalam hal ini berani mengakhiri hidupnya bahkan orang–orang yang dia cintai. Manusia semakin haus dan lapar akan hal ini.

Kebutuhan ini akhirnya menjadi sebuah peluang bisnis dimana orang–orang dengan kebutuhan yang aku takan hal ini dimanfaatkan begitu rupa menjadi market yang menguntungkan. Industry hari – hari ini memproduksi entertain dengan tema kasih yang tentu saja ‘kawe’ bukan sesuatu yang real menjawab ‘need’ mereka. Dunia menduplikasi ‘produk surga’ dengan kemasan dan value yang mirip dan sama tapi tanpa otoritas dan kuasa. Produk & property seperti ini akhirnya semakin membuat manusia addicted dengan segala hal yang menipu. Generasi muda menjadi keranjingan dengan segala hal bertemakan ‘love’ mulai dari accessories, property & entertain. Drama – drama percintaan penuh kasih dan pengorbanan menjadi bahan bakar imajinasi buat mereka yang haus dan lapar, yang termarjinalkan oleh situasi sehingga kehilangan kasih. Banyak kaum yang ‘paria kasih’ menjadi energy buat dunia untuk terus memproduksi & menduplikasi kebutuhan dasar manusia ini. Dunia sedang membangun sebuah persimpangan jalan yang mengundang semakin banyak kaum dan golongan untuk mengambil tikungan tersebut dan menjadi pecandu kasih yang ‘kawe’ ini. Kasih yang dunia dan industry tawarkan memaksa semua orang mengikuti kemasan dan isinya. Anda dan saya menjadi follower, korban dan object dari semua produk duplikasi ini. Kasih yang dunia berikan tidak adaptif dan memaksa kita untuk menerima seperti apapun bentuknya, kita tidak pernah menjadi subject dari kasih itu sendiri, sehingga waktu anda dan saya menikmatinya kita hanya menikmati untuk diri sendiri, kita tidak bias membagikannya untuk orang lain karena kasih yang ada adalah semu, ‘bersyarat’. Golongan yang merasa dipuaskan dengan jenis kasih seperti ini akhirnya akan terbentuk menjadi ‘person’ yang egois, selfish dan arogan.

Sebagai orang yang pernah mengalami proses hidup yang luar biasa, saya dengan percaya diri mau mengatakan bahwa saya bisa membedakan mana yang ‘kawe’ dan mana yang real. Ijinkan saya menceritakan bagaimana KASIH YANG ADAPTIF bisa mengubah hidup saya, menjadikan saya subject dalam Kasih Sejati ini (hal ini pernah ditayangkan dalam Program Televisi Obat Malam di SCTV tahun 2009).

Saya lahir sebagai anak nomor tiga dari empat bersaudara, dua laki–laki dan dua perempuan, adik saya wanita, berarti dua orang kakak saya adalah pria dan wanita. Kami hidup dalam situasi keluarga menengah yang berkecukupan walaupun tidak bisa dibilang kaya. Ayah dan Ibu saya adalah pekerja keras, Ibu saya setelah mengalami mujizat dan pengalaman pribadi dengan Tuhan Yesus menjadi orang pertama dalam keluarga kami yang Percaya dan menjadi Pengikut Kristus. Mereka adalah orang tua yang bertanggungjawab memelihara dan memenuhi kebutuhan keluarga dan anak–anaknya, tapi mereka menjadi orangtua yang gampangan.

Saya terutama mengalami pertumbuhan yang liar dan tidak terkontrol, hal ini menjadikan saya melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan, berkelahi, ikut geng motor di Bandung (Gazibu jd tempat saya berkumpul dengan teman–teman setiap sore) mengalami kecelakaan yang sangat parah (yang membuat saya sempat mati suri, hal ini TIDAK MEMBUAT SAYA BERTOBAT, justru semakin menjadi-jadi), setelah itu tidak tamat SMA, overdosis dua kali, jadi Bandar ‘gele’, di kurung dalam sel penjara dua kali karena kenakalan dan kejahatan saya yang meresahkan masyarakat (kata polisi dalam proses BAP saya yang terakhir karena saya sering memalak toko–toko yang ada di daerah saya hanya untuk sekedar membeli minuman, ganja dan obat-obatan).

Dengan kondisi psikologis yang penuh dendam dan kekecewaan sulit bagi saya menemukan kasih yang saya butuhkan, pelarian saya selalu hal–hal yang duniawi, pergaulan bebas dengan wanita–wanita yang juga haus dan lapar akan kasih menjadi gaya hidup saat itu. Sampai suatu saat Roh Kudus menjamah saya dalam sebuah Ibadah Kecil dimana untuk pertama kali saya merasakan lelah & letih yang luar biasa, pertama kali saya bias menangis dan menyadari saya butuh Tuhan. Saat itu Tuhan seperti memutar film kehidupan saya yang penuh dosa dan kejahatan, ‘flash back’ itu meremukkan saya.

Sejak saat itu, saya ceritakan secara singkat saya mengalami perubahan–perubahan dalam sikap, perkataan dan mengalami pertobatan dalam seluruh hidup saya. Dosa–dosa lama saya tinggalkan sampai akhirnya saya diajak seorang Hamba Tuhan masuk sebuah Sekolah Alkitab di Majalengka, melakukan praktek pelayanan di Sragen dan Surabaya dan sampai saat ini melayani dan menggembalakan di Bandar Lampung. Saya merenungkan bahwa Tuhan Yesus saat itu lewat karya Roh Kudus begitu kreatif dalam menjamah kehidupan saya, kecelakaan bahkan kematian mungkin mentobatkan seseorang tapi tidak buat saya, ‘pertahanan’ saya begitu kuat. Karena setelah mengalami kecelakaan parah yang membuat saya mati suri saya justru tidak bertobat tapi semakin menjadi dalam kejahatan dan dosa, sampai akhirnya mungkin…(saya katakana mungkin) Tuhan Yesus menyadari bahwa cara mentobatkan saya harus berbeda dengan pribadi–pribadi yang lain, bukan dengan peristiwa yang keras tapi dengan cara yang lembut, DIA tidak menakut–nakuti saya, DIA hanya membuat saya lelah dan letih dan itu cukup buat saya. Saya bersyukur mengalami KASIH YANG ADAPTIF dari-Nya,

Tuhan Yesus tidak memukul saya lagi dengan kecelakaan kedua, DIA begitu kreatif, KASIHNYA menyesuaikan diri dengan situasi saya. Saya ‘tidak dipaksa’ bertobat tapi saya dengan kesadaran meraih pertobatan itu, bahkan saat ini saya menjadi subject, saya selalu rindu membagi kesaksian ini dan menjangkau generasi–generasi sekarang untuk mengalami KASIH YANG ADAPTIF ini, KASIH YANG MENGERTI KITA.

 

Ditulis di Lieps,

Paulus Iwan–orang yang dikasihi-NYA



Leave a Reply