Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hati yang Terpanggil Melayani Anak Papua dengan Sukacita




eBahana.com – Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh yang penduduknya mayoritas muslim dan merupakan zona ekonomi bebas Indonesia. Bahkan kota ini juga memiliki beberapa tempat wisata yang menarik untuk dapat di kunjungi. Namun di balik indahnya kota Sabang juga menyimpan kisah cerita satu keluarga muslim yang menerima mukjizat Tuhan, sehingga mereka membuka hati untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang hidup.

Titik Purwanti Sari seorang wanita yang lahir pada tanggal 13 Agustus 1968. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang dibesarkan dalam keluarga muslim. Titik menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri Labuhan Deli Medan (1975-1981), SMP Negeri Labuhan Deli Medan (1981-1984), SMA Negeri Labuhan Deli Medan (1984-1987), Institut Pertanian Bogor (1987-1992), dan Sekolah Tinggi Teologi AGAPES Jakarta (2013-2015).

Titik menjadi salah satu saksi ketika melihat Tuhan menyatakan mujizat pada Ayahnya yang saat itu mengalami sebuah penyakit dan tidak diketahui penyebabnya, bahkan tidak dapat diagnosa oleh dokter di Rumah Sakit. Titik dan keluarga membawa Ayahnya pulang ke rumah, mereka ditemui seorang tetangga yang merupakan nasrani dan saat itu mereka diminta izin berdoa bersama dalam agama Kristen. Titik dan keluarga mengalami jamahan tangan Tuhan, bahkan Ayahnya juga dipulihkan dari penyakit. Kasih Tuhan yang besar atas keluarga ini menjadi awal untuk mereka memberi hati mengakui Yesus sebagai Tuhan dan hidup untuk melayani-Nya.

Awal yang sulit untuk Titik dan keluarga ketika pertama menjadi orang Kristen, mereka di benci oleh kaum mayoritas. Tidak hanya itu, mereka juga mengalami teror sehingga keputusan terakhir yang di ambil oleh orangtua Titik adalah keluar dari kota tempat mereka tinggal. Meskipun masalah yang menimpa keluarganya besar tidak menyulutkan iman percaya mereka kepada Yesus.

Suatu hari Titik mendatangi sebuah tempat pendidikan yang di dirikan oleh Profesor Yohanes Surya di daerah Gading Serpong, Banten. Ia diperkenalkan oleh seorang pendeta bernama Ishak Suria kepada anak-anak Papua yang datang dari beberapa daerah di Provinsi Papua. Istri dari Bambang Soedjarnako ini tersentuh melihat kepolosan dan keinginan yang besar di mata anak-anak Papua akan kebenaran firman Tuhan melalui pujian yang dipersembahkan dan kesaksian hidup, seperti keterbukaan anak-anak Papua tentang kehidupan masa lalu mereka yang di mulai dari kemiskinan, kekurangan kasih sayang orangtua, kekurangan pengetahuan akademik, kekurangan pengetahuan seksualitas, dan kesulitan beradaptasi ketika di perantauan. Hal ini mengingatkan Titik pada pengajaran Yesus tentang hidup sebagai seorang hamba yang harus melayani. Sehingga dirinya mengambil keputusan untuk bergabung dalam bagian Kerohanian Kristen STKIP Surya dan Universitas Surya. Titik berharap dengan melayani anak-anak Papua akan menolong mereka menjadi pioner-pioner yang kembali ke Papua dan menjadi berkat untuk orang lain serta memiliki integritas yang berkontribusi dalam pelayanan di keluarga, gereja, bangsa, dan negara.

Ibu dari Jeremiah Riyan Wijaya ini telah melayani anak-anak Papua selama 9 tahun dan merasakan bahwa melayani anak-anak Papua adalah panggilan yang memberinya sukacita. Ia juga berpendapat melayani anak-anak Papua membutuhkan hati yang tulus, sabar, dan ketekunan dalam berdoa. Sebab membentuk karakter anak-anak Papua tidak dalam satu malam, tetapi membutuhkan proses, karena harus mengenal setiap pribadi anak-anak Papua yang datang dengan adat istiadat yang berbeda dari daerah asal mereka. Apalagi beberapa kasus yang pernah ia tangani yakni ketika ada beberapa anak yang melakukan keributan di asrama karena dipengaruhi oleh minuman keras. Tetapi Titik dan para pembina lain sabar dalam menyelesaikan persoalan tersebut karena ia tahu bahwa anak-anak ini butuh di bimbingan dengan kasih bukan dengan tindakan yang kasar atau melukai fisik mereka.

Titik juga menyampaikan bahwa anak-anak Papua itu ibarat harta karun yang terpendam oleh sebab itu mereka harus selalu di bentuk untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Sehingga ketika mereka kembali ke daerahnya menjadi seorang pemimpin iman mereka akan Kristus tidak akan goyah. Titik menambahkan bahwa semua pelayanannya untuk anak-anak Papua itu adalah berkat tuntunan Roh Kudus, karena kalau bukan Tuhan yang memberinya hati pelayanan dengan tulus pasti ia tidak dapat bertahan sampai hari ini.

Titik sangat bersyukur sebab dirinya sangat di dukung dengan doa dan izin dari suami dan anak tunggalnya. Bahkan ketika memiliki sedikit waktu untuk berkumpul bersama di rumah. Mereka tahu bahwa yang dilakukan Titik itu baik dan semua untuk kemuliaan Tuhan. Ini juga membuatnya semangat dalam melakukan pelayanan setiap hari.

Oleh Yoice Micibaroe.



Leave a Reply