Menjadi Ayah yang Lebih Baik
Yogyakarta, eBahana.com
Memang tidak mudah mendidik anak-anak di #JamanNOW. Karena kita tidak dapat terus-nenerus bersama dengan mereka. Banyak hal yang dapat mempengaruhi mereka, baik teman-teman, lingkungan, televisi, ataupun internet, yang belum tentu berdampak baik bagi pertumbuhan mereka.
Anak-anak tidak memerlukan Anda sebagai ayah yang sempurna, namun Anda bisa menjadi ayah yang lebih baik. Berikut ini beberapa saran agar anak-anak lebih mempercayai Anda sebagai ayah, sehingga mereka lebih mau mendengarkan nasehat dan arahan.
- Jujur
Seorang ayah harus jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian pula kepada orang lain. Buatlah suasana akrab di dalam keluarga, agar masing-masing mau mengakui perbuatannya yang salah dan meminta maaf, sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Orangtua yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya, memberikan teladan buruk kepada anak-anaknya, dan kelak juga akan menanggung akibatnya.
- Konsisten
Kata dan perbuatan kita harus sama. Orangtua juga harus menghindari tindakan menganak-emaskan anak yang satu, dan memojokkan anak yang lain, sehingga timbul persaingan tidak sehat di antara anak-anak itu. Anak yang dikalahkan akan merasa iri, dendam atau rendah diri, sedangkan anak yang dimenangkan akan bersikap sombong dan tidak mau mengalah.
- Keluarga sebagai prioritas.
Kepentingan keluarga dan kepentingan bersama harus didahulukan, ketimbang kepentingan diri sendiri. Tuhan Yesus memberikan teladan yang luar biasa akan hal ini, ketika Ia berdoa di taman Getsemani untuk menyerahkan diri sebagai penebusan dosa manusia: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42). Ketika Anda sebagai ayah lebih mengutamakan kepentingan keluarga ketimbang keinginan/kesukaan ego Anda sendiri, Anda sedang menyatakan bahwa Anda mencintai keluarga Anda. Ingat: setiap waktu yang Anda berikan bagi keluarga adalah sebuah investasi yang sangat berharga.
- Komunikasi
Komunikasi sangat penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Anak-anak yang sejak kecil dididik untuk membina komunikasi yang baik dengan orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.
Untuk bisa berkomunikasi dengan baik, ayah yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup diri. Buatlah suasana yang terbuka dan bersahabat, dan hindarilah penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri. Sedapat mungkin, berbicaralah kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Ada pepatah yang mengatakan, “Masuklah kandang ayam dengan berkotek-kotek, dan masuklah kandang kambing dengan mengembik.”
Keempat pokok di atas sangat membantu seorang ayah di dalam mendidik anak-anaknya, karena mereka memercayainya dengan sepenuh hati. Kita juga harus selalu melibatkan Tuhan di dalam mendidik anak-anak kita, karena anak-anak merupakan anugerah indah yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dipelihara dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun kita harus berpikir positif dan melakukan tugas yang menjadi bagian kita. Tuhan akan menolong kita.
(Himawan Hadirahardja; Direktur Eksekutif Family First Indonesia; Penulis Buku “Orang tua – Gembala yang Baik dalam Keluarga” Yayasan ANDI)