Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Atien Sudarmo: “Tanpa uang pun, kami bisa melayani”




eBahana.com – Tak 1 sen pun masuk kantong pribadi. Mereka hanya menyediakan diri. Jumlah mereka sedikit. Namun, persoalan yang ditangani jauh di luar kemampuan manusia biasa.

Sudah belasan tahun, Atien Sudarmo bercokol di Woman’s Christian Temperance Union (WCTU) of Indonesia atau WCTU-I yang berpusat di Salatiga dan terbentuk tahun 1997. WCTU-I adalah lembaga nirlaba yang berfokus pada pembentukan keluarga yang sehat dan bebas Narkoba yang menjadi bagian dari World’s Woman’s Christian Temperance Union yang bermarkas di Ontario, Kanada.

Tadinya, ini hanya kegiatan 7 ibu-ibu yang terbeban mendoakan orang-orang pemakai Narkoba. Lama-lama mereka berpikir, mengapa hanya berdoa? Mulailah mereka mendatangi SMP, SMA, dan beberapa institusi yang mengundang mengadakan penyuluhan anti Narkoba.

Waktu berjalan dan masalah makin kompleks. Sekarang, pemakai narkoba tidak bisa dipisahkan dari HIV/AIDS, seks bebas, dan alkohol. Pada merekalah, ibu-ibu muda, pemakai sekaligus korban 4 lingkaran setan itu, datang minta perlindungan dan pendampingan agar dapat kembali ke masyarakat.

Biaya Sendiri
Berkeliling dari sekolah ke sekolah tak cukup. Area harus diperluas. Selain Salatiga, mereka berkunjung ke Semarang, Boja, Solo, Purwokerto, Yogyakarta, dan Ambarawa. “Kami pernah menjajaki Bali. Hanya komunikasi dengan kami agak terhambat. Padahal kami rindu sekali karena Bali ‘kan benar-benar sarangnya,” lanjut Ketua Umum WCTU-I ini. Lalu, siapa yang membiayai perjalanan panjang ini?

“Kami tidak punya sumber dana dari tempat lain. WCTU internasional juga tidak memberi sama sekali. Masing-masing negara mandiri soal keuangan. Kadang-kadang jika ada pertemuan di luar negeri, ada orang menyumbang. Kalau diuangkan ke rupiah cuma 10 juta-an yang hanya cukup untuk bikin brosur, poster, dan sebagainya. Hebatnya, dari dulu sampai sekarang, tabungan kami tidak lebih dari 10 juta, tapi ya, tetap hidup terus! Kami bisa melakukan berbagai aksi dan kegiatan ke luar kota dengan biaya sendiri.”

Jangan berpikir anggota WCTU-I adalah sekumpulan ibu-ibu istri pejabat yang minim kegiatan dan malah kelebihan fasilitas atau dana. Anggota mereka datang dari berbagai latar belakang. Ada yang kerja kantoran dan kariernya bagus, tapi ada juga pembantu rumah tangga. Iuran mereka sama rata, Rp2000 per bulan. Jika ada honor dari hasil penyuluhan, uang tetap masuk kas. Tak sesen pun masuk kantong pribadi. Mereka hanya menyediakan diri.

Pendekatan Keibuan
Apa untungnya susah payah seperti itu? “Yang saya rasakan begini. Kami membuat brosur sangat sederhana
tentang HIV/AIDS tapi saya pesimis. Brosur jelek kayak gini apa dibaca? Paling-paling dibuang atau jadi bungkus kacang! Tapi ya, coba buat sajalah,” ujarnya. Suatu ketika Atien ditelepon seorang pengidap HIV/AIDS. Minta ketemu untuk konsultasi. Ternyata, brosur jelek itu berguna juga!

Lain waktu, ada anak baru keluar penjara. Setelah menikah dan banyak masalah, si anak ingin kembali
memakai Narkoba. Dalam kekalutan, teringatlah ia pada Atien dan langsung menelepon. Saat seperti itu
pertolongan pertama yang bisa diberikan adalah memberi waktu dan pendampingan. “Kami tidak mendampingi dengan teori macam-macam. Hanya pendekatan keibuan. Mendengar keluhan-keluhan mereka, ngobrol ke orangtuanya. Kami menjembatani orangtua yang menolak kondisi anak pemakai narkoba.”

Tidak Berharap Banyak
Pekerjaan seperti ini jelas membutuhkan keluwesan hati yang luar biasa. Atien tidak berharap terlalu banyak. Namun ajakan untuk terus memperjuangkan hal ini tetap bergaung. Pemerintah tidak bisa diharapkan. Seringkali, kerja keras WCTU-I diklaim sebagai hasil jerih payah Badan Narkotika kota. “Mereka dapat dana dari BNN. Mereka yang dapat duit, tapi yang kerja kami.”

Atien dan kru tak mencari nama. Mereka melakukan sedikit yang mereka bisa. “Masalah begini terlalu besar. Kami tak mampu mengatasi semua itu. Setidaknya kami memberi sesuatu yang kami tahu, membagi dan mencegah sesuatu yang sedapat mungkin bisa dicegah. Itu yang bisa kami lakukan,” tandasnya. Jaclyn Litaay



Leave a Reply