Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Terjerat oleh Adat




eBahana.com – Kadangkala aturan adat terasa  lebih tinggi dari aturan Kebenaran Firman. Bahkan seringkali adat dibuat bukan berdasarkan kebenaran Firman Tuhan namun dari hasil perenungan luhur para nenek moyang. Dalam hal ini Yesus terlihat sengaja melanggar adat kebiasaan orang Yahudi.

Mari Kita renungkan nats berikut ini, Lukas 11:37-38.

Mengapa Yesus tidak cuci tangan?

Apa ruginya seandainya mencuci tangan? Bukankah hal ini diperintahkan dengan ketat oleh hukum agama Yahudi?

Bukankah, di tempat meja makan pasti ada tempat untuk cuci tangan, sebelum makan, dan orang tamu yang lainnya pasti juga sudah cuci tangan, namun mengapa Yesus tidak mencuci tangannya sebelum makan.

Memang benar demikian, dan justru karena itulah Kristus tidak mau melakukannya, sebab Dia ingin bersaksi melawan anggapan mereka bahwa mereka berkuasa menetapkan pencucian tangan ini sebagai suatu ketetapan agama, yang tidak pernah diperintahkan oleh Allah kepada mereka.

Dalam hukum Taurat ada berbagai macam upacara pembasuhan, tetapi mencuci tangan bukanlah salah satu Hukum di hukum Taurat. Oleh karena itu, Kristus tidak mau melakukan kebiasaan itu, sekalipun untuk menyenangkan hati orang orang farisi yang telah mengundang-Nya, dan walaupun Dia tahu bahwa dengan tidak mencuci tangan Dia akan dituduh telah menghapuskan adat yang baik itu.

Ada beberapa alasan, Yesus tidak mau cuci tangan.

Pertama, walaupun di meja makan ada sendok piring, pisau dan garpu, memang aturan tradisinya kalau mau makan harus cuci tangan Walaupun makannya tidak pakai tangan langsung. Mengapa harus demikian, jawabnya karena sudah menjadi aturan adat walau tak tertulis. Dari situlah titik konfliknya. Yesus mau mengunakan hal itu sebagai alat titik perenungan. Yesus mau menekankan bahwa yang terpenting adalah sikap atau perilaku dari dalam itu yang terpenting. Namanya integritas apa yang terlihat diluar seharusnya cerminan dari dalam.  Yesus lagi mengajarkan kepada mereka. Sering kali kita hanya memperhatikan sisi luar saja tapi mengabaikan sisi dalam kita, atau lebih lugasnya, kita hidup dalam kemunafikan. Itulah yang Yesus mau katakan dari pelajaran. Yesus tidak mau cuci tangan-Nya, Lukas 11:39-41.

Kedua, mereka hanya ingin menjebak Yesus, Lukas 11:54. Sebelum kita membaca ayat 54, pada ayat 37, Yesus lagi mengajar banyak orang, pas jam makan orang orang farisi menghentikan Yesus mengajar dengan menyela, dengan kata lain orang farisi mau berkata Yesus berhenti dulu ngajarnya ya, sekarang waktunya makan siang, begitulah kira kiranya. Dalam terjemahan bebasnya. Ketika Yesus masih mengajar (terjemahan KJV — pen.), bahkan sewaktu Ia masih mengajar, seorang farisi memotong pembicaraan-Nya, dan meminta-Nya untuk datang dan makan bersama di rumahnya pada saat itu juga, sebab memang sudah tiba waktu makan.

Kita mungkin mengira bahwa orang farisi itu begitu senang dengan ajaran-Nya sehingga dia ingin menunjukkan rasa hormatnya dan mau menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama-Nya, dan karena itu mengundang-Nya ke rumahnya. Akan tetapi, tampaknya kita mempunyai alasan untuk curiga bahwa ia sebenarnya punya maksud jahat, yaitu untuk memotong pembicaraan-Nya dengan orang banyak itu, supaya bisa punya kesempatan untuk menjebak dan memancing-Nya agar mengatakan sesuatu yang dapat dipakainya untuk menuduh atau mencela Dia (ay. 53, 54). Maka dari situlah kita bisa menarik kesimpulan, bahwa adat istiadat kadangkala bisa menjebak kita untuk melakukan hal hal formalitas namun mengabaikan sisi kemanusiaan dan sisi karakter. Orang menjadi jahat karena mempertahankan adat.

Ketiga, bahkan muncul kata kata demikian, kalau kita tak menghormati adat berarti dam beradab. Bukankah yang benar kalau kita melanggar Firman berarti kita tak beradab. Dalam Lukas 11:42-52, Yesus menekankan betapa pentingnya menerapkan Firman Tuhan bukan menerapkan kebiasaan. Sering kali, orang-orang merasakan beratnya menjalankan adat istiadat namun mereka tetap jalankan karena terjebak oleh keadaan.  Namun Yesus ajarkan bahwa adat bukanlah kebenaran yang harus dipertahankan. Karena adat kebanyakan bukan dari Firman Tuhan, namun dari pemikiran nenek moyang yang hatinya belum mendapatkan Terang Tuhan. YrSurya

 

Dalam rangka menyongsong bulan cinta kasih, maka kami kembali berbagi cinta kasih buat para pembaca setia renungan eBahana.com. Yang akan kami bagikan pada 12 Februari 2020, untuk setiap pembaca yang memiliki komentar tentang renungan ini yang berhubungan dengan cinta kasih.

Akan mendapatkan ekspresi kasih dari kami berupa uang tunai,

Ekspresi kasih 1. Rp 505.000,- untuk 1 orang

Ekspresi kasih 2. Rp 303.000,- untuk 1 orang

Ekspresi kasih 3. Rp 202.000,- untuk 1 orang

Ekspresi kasih 4. Rp 101.000,- untuk 5 orang

Segera kirim komentar anda via WA 085256706188. Semakin sering mengirimkan komentar, semakin tinggi mendapat kesempatan untuk mendapatkan ekspresi kasih kami.



Leave a Reply