Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Berani Keluar dari Zona Nyaman (2)




eBahana.com

Di dunia ini tidak ada perjalanan hidup yang mudah dilalui, perjalanan hidup manusia satu dengan lainnya tidak ada yang sama. Demikian pula Zakheus, seorang yang dilahirkan dengan tubuh pendek. Oleh karena itu hanya sedikit orang yang mau menerima eksistensi (keberadaanya) pada berbagai bidang kehidupan, kususnya dalam bidang sosial ekonomi. Keterbatasan fisik itu yang membuat dia mau tidak mau dan suka tidak suka harus mengambil pekerjaan sebagai pemimpin pemungut cukai, walaupun risikonya cukup besar bagi kehidupanya.

Apakah Zakheus dalam memimpin para penarik pajak kepada masyarakat juga menggunakan cara-cara kasar (dengan kekerasan fisik maupun psikologis) atau tidak manusiawi? Kalau melihat fisiknya, Zakheus yang pendek lebih banyak mempergunakan akal sehatnya dibandingkan kekuatan fisiknya. Artinya, dia adalah orang yang  berpengetahuan dibanding dengan yang lainya sehingga ia diangkat menjadi pemimpin para pemungut cukai. Sebagai pemimpin, ia tidak menarik pajak kepada masyarakat sendirian tetapi dibantu anak buahnya. Namun ada kemungkinan jika anak buahnya menggunakan cara-cara yang kasar seperti yang dilakukan pemungut cukai pada umumnya. Sekalipun dengan cara halus (manusiawi) namun mereka telanjur terimbas stigma negatif dari masyarakat Israel.

Risiko yang dihadapi Zakheus selanjutnya adalah ketika naik pohon ara. Sebagai orang yang bertubuh pendek tentu memanjat batang pohon potensi untuk jatuh sangat besar. Hal yang perlu dicermati dan ditelaah di sini adalah seberapa tinggi pohon ara itu sehingga Zakheus bisa memanjat pohon tersebut?

Pohon ara adalah jenis buah-buahan yang banyak tumbuh di wilayah Timur Tengah, termasuk di kota Yeriko. Kemungkinan pohon ara yang dipanjat Zakheus belum terlalu besar dan tinggi, serta cabang pohon yang terbawah kira-kira tingginya 50-100 cm sehingga dengan mudah ia bisa memanjat pohon itu. Karena keinginan untuk bertemu Yesus yang sangat besar, Zakheus mengabaikan atau tidak mempedulikan risiko apabila sampai jatuh dari pohon. Dan pada dasarnya Yesus sudah berpengalaman dalam menangani permasalahan pemungut cukai. Sebab Dia mempunyai murid yang berlatarbelakang sama seperti Zakheus, yaitu Matius. Ia adalah anak dari Alfeus, dan ia adalah pemungut cukai di Kapernaum. Seperti yang tertulis dalam ayat di bawah ini:

“Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata: “ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan mengikuti Dia.”

Apa yang dialami Yesus dengan Zakheus di Yeriko adalah pengalaman kedua kalinya. Yesus mengerti dan memahami betapa beratnya beban yang dipikul Zakheus di tengah kota Yeriko. Tak menutup kemungkinan antara Matius dan Zakheus saling mengenal karena sama-sama pemungut cukai. Walaupun keduanya tinggal di kota yang berbeda, tetapi mereka berdua dipertemukan pada saat menyetor uang pajak. Pengalaman inilah yang digunakan Yesus untuk membantu menyelesaikan permasalahan Zakheus di kota Yeriko. Itu alasan Yesus ingin menginap di rumahnya. Berdasarkan pengalaman Dia ketika di rumah Matius, orang Farisi dan pemimpin agama Yahudi protes kepada Yesus demikian:

“la dengan Dia dan murid murid-Nya, sebab banyak orang yang mengutuk mengikut Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dan golongan Farisi melihat bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “mengapa Ia makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa”

Cara yang dipakai oleh pemimpin agama Yahudi dan golongan Farisi dan yang lainya menggunakan modus dan cara-cara dan yang sama, sebab ayat firman Tuhan yang ditulis oleh Matius dan Lukas berkenaan dengan pemungut cukai yang ada di atas dan di bawah berikut senada (selaras).

“Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

Di sini Yesus sudah tahu risiko ketika menyapa Zakheus dan menyuruhnya turun dari pohon ara serta berkata: “Aku akan menginap di rumahmu.” Banyak orang pasti tidak senang kepada Dia, tetapi Dia tetap melakukan apa yang Ia mau karena baik dan benar. Apa yang dilakukan oleh Yesus dan Zakheus itu yang disebut berani keluar dari kenyamanan. Apa tujuanya? Supaya ada perubahan dan tranformasi bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Zakheus berani keluar dari kenyamanannya sebagai pemungut cukai, dengan ingin bertemu Yesus dan memanjat pohon ara, supaya terjadi perubahan dan tranformasi bagi dirinya sendiri maupun banyak orang, khususnya mereka yang masih menjadi pemungut cukai. Demikian pula dengan Yesus, yang mau mendatangi Zakheus supaya terjadi perubahan dan tranformasi bagi banyak orang yang berdosa. Sekarang bagaimana dengan kita saat ini, beranikah kita keluar dari kenyamanan hidup yang telah lalui untuk mengubah dan mentranformasi diri sendiri dan banyak orang. Yang bisa menjawab hanya kita masing-masing. Kuasa Firman dan kuasa Roh Kudus yang akan menyertai kita semua.

(Markus Sulag)



Leave a Reply