Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Meninjau Kembali Hubungan Terkini Gereja dan Kaum Muda




Jakarta, eBahana

Penelitian terbaru yang dilakukan lembaga riset internasional Barna Group menemukan fakta mencengangkan. Kaum muda (usia 18-35 tahun) ternyata sangat peduli terhadap berbagai isu global seperti korupsi, perubahan iklim, polusi, rasisme, dan kemiskinan. Namun mereka menilai gereja justru kurang mendukung kepedulian tersebut. Menyikapi hal ini, Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama para mitra mengadakan Church Leader Gartering dengan tema “Bringing Shalom Across Generations.” Acara diadakan di Hotel Millenium, Kebon Sirih, Jakarta, pada 10 Februari 2020.

Para pembicara dalam acara ini adalah Doseba T. Sinay (CEO Wahana Visi Indonesia), Bambang Budijanto, Ph.D (Bilangan Research Center), Daniel Copeland (BARNA Group), Ps. Sidney Mohede (Jakarta Praise Center Community), Pdt. Jacklevyn Manuputty (Sekretaris Umum PGI), Rm. Carolus Putranto, TH (Keuskupan Agung Jakarta), Ps. Elisheba Soetopo (Alfa Omega Church), dan Pdt. Aditya Christo Saputro, S.Si (GKI Manyar, Surabaya), dan Trihadi Saptohadi (CEO Tahija Foundation). Selain pemaparan dari para narasumber, ada juga special performance dari Teater 27 STFT Jakarta.

Secara global, gereja masih dianggap sebagai suatu institusi yang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden penelitian BARNA yang mengaku mendapat hal-hal positif melalui keberadaan atau aktivitasnya di gereja. Oleh karenanya keberadaan gereja dianggap penting bagi komunitas maupun individu. Sekalipun demikian, ternyata gereja dinilai kurang peka menyikapi berbagai isu yang berkembang. Bahkan banyak kaum muda yang mencoba mengambil inisiatif mengaku tidak mendapat dukungan sebagaimana mestinya.

Daniel Copeland meminta gereja agar membuka pintu seluas-luasnya untuk mendukung kaum muda. Hal ini sangat penting karena dua alasan. Yang pertama, kaum muda memiliki banyak konsep-konsep baru dan kemampuan untuk bekerja. Selanjutnya, yang kedua karena kaum muda memerlukan sarana mengekspresikan diri guna memaksimalkan potensinya.

Secara khusus, dalam konteks Indonesia, Bilangan Research Center mendapati hanya 20-33% kaum muda yang merasa gereja menolong mereka memahami kemiskinan dan keadilan sosial. Hanya 15% kaum muda yang terinspirasi menjadi pemimpin karena keteladanan seseorang di gereja. Yang terakhir, hanya 9% kaum muda yang merasa mendapat pelatihan kepemimpinan dari gerejanya. Angka ini tentu sangat ironis. Terlebih merekalah para pemimpin gereja di masa depan.

Bambang Budijanto, Ph.D mengingatkan bahwa meski gereja dianggap institusi yang baik, banyak kaum muda mulai kurang tertarik datang ke gereja. Penyebabnya karena program yang tidak menarik (52,7%), tidak berkembang (19,8%), tidak menemukan figur pemimpin yang baik (14,3%), melihat yang diajarkan dengan yang ditunjukkan dalam hidup sehari-hari tidak sama (5,6%).

Bertolak dari hasil tersebut, gereja memiliki banyak pekerjaan rumah yang mendesak untuk dituntaskan. Kesadaran dan peran aktif para pemimpin gereja sangat diharapkan. Demikianlah kesimpulan Ps. Elisheba Soetopo dalam refleksi akhir yang sekaligus menutup acara. Robby Go



Leave a Reply