Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kasus Perceraian dalam Umat Kristiani




Jakarta, eBahana

Dalam beberapa tahun ini marak kasus perceraian yang dialami oleh umat Kristiani. Dimulai dari penyanyi lagu rohani Franky Sihombing dengan sang istri Luciana Nova Putong, Angel Karamoy dan Steven Rumantang, berlanjut kepada Bapak Basuki Tjahaja Purnama atau yang disebut Ahok dengan Veronica Tan, dan kasus perceraian artis papan atas yaitu Gading Marten dan Gisella Anastasia.

Sebagai pasangan suami istri yang sudah menikah, tentu tidak ada yang mengharapkan bahwa rumah tangga yang telah dibangun beberapa tahun lamanya harus kandas dan berakhir dengan bercerai. Penulis percaya bahwa setiap pasangan kekasih yang hendak menuju pernikahan, akan berharap bahwa rumah tangga yang akan dibangunnya kelak berakhir dengan bahagia, selayaknya kisah-kisah bahagia dalam drama televisi.

Pernikahan sendiri adalah lambang persatuan. Dua orang orang yang berbeda latar belakang, sifat, pendidikan, dan karakter dipersatukan dalam pemberkatan nikah yang kudus. Dalam artikel Kompasiana yang ditulis oleh Suyadi Tjhin ia mengutip arti pernikahan dari beberapa tokoh : Julius A. Fritze, pendeta dan konselor pernikahan dalam bukunya ‘The Essence of Marriage’, “Pernikahan adalah perpaduan emosi dua pribadi…”  Wayne Oates, professor di Southern Baptist Theological Seminary, “Pernikahan adalah perjanjian dari cinta yang bertanggung jawab, suatu persekutuan yang membawa pertobatan dan pengampunan.”

Dalam alkitab sendiri, pernikahan adalah sesuatu yang dikehendaki Allah. Ketika Tuhan membentuk manusia untuk pertama kali, Tuhan mengatakan bahwa tidak baik manusia itu seorang diri, Karena itulah Adam dibuat tertidur dan diambil tulang rusuknya, sehingga terciptalah Hawa, yang diambil dari laki-laki.

22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

23 Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”

24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Gen 2:22-24 ITB)

Pernikahan juga dilukiskan Kristus sebagai lambing persatuan Kristus dengan jemaat (Ef 5:23-24) yang dipersatukan menjadi satu tubuh Kristus melalui Kematian-Nya di kayu salib, sehingga jemaat adalah milik Kristus, bukan milik dirinya sendiri. Sepasang suami istri dimana mereka bukan lagi dua orang yang berbeda dalam segala hal, melainkan mereka menjadi satu pemikiran, satu visi, dan satu tujuan bersama-sama membangun bahtera rumah tangga dengan Kristus sebagai pemimpinnya.

7sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,

8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.

9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mar 10:7-9)

Penulis yakin bahwa setiap orang percaya mengetahui dan memahami dengan baik bahwa pernikahan adalah hal yang kudus, dimana Allah yang telah mempersatukan, sehingga apa yang dipersatukan oleh Allah tidak dapat dipisahkan oleh manusia, sehingga ketika sepasang kekasih menuju dalam pemberkatan pernikahan yang kudus, tidak ada lagi yang dapat memisahkan mereka, kecuali maut. Namun dalam kehidupan sehari-hari, perceraian masih terjadi di kalangan anak-anak Tuhan, banyak faktor yang menyebabkan sepasang suami istri dapat bercerai, faktor tersebut adalah :

Pertama tidak ada kepercayaan dalam pasangan. Perselingkuhan menjadi alasan utama bagi pasangan suami- istri untuk memutuskan bercerai, ketidak setiaan menodai pernikahan suci, dan karena ketidak setiaan salah satu pasangan, maka rasa percaya kepada pasangan akan memudar kemudian hilang. Karena sudah tidak memiliki rasa percaya lagi kepada pasangan, maka jalan keluar dari masalah tersebut adalah bercerai.

Kedua adalah kurangnya komunikasi. Seperti yang dilansir oleh liputan 6. Com. Sebelum bercerai Gading dan Giselle mencari jalan keluar dengan pelarian, Giselle kepada pekerjaan dan Gading kepada hobi. Kurangnya komunikasi dalam pasangan, menyebabkan suami- istri tidak dapat memahami pikiran dari pasangan mereka. Keegoisan dan tidak mau bersama-sama membangun hubungan kepada Tuhan menyebabkan masalah yang awalnya sederhana menjadi besar, dan setelah masalah menjadi besar maka jalan keluar yang dianggap terbaik adalah perceraian.

Lantas bagaimanakah dalam menghadapi bahtera rumah tangga sehingga perceraian tidak terjadi?

Seperti yang diucapkan dalam Firman Tuhan, bahwa mereka bukan lagi dua melainkan satu adalah hal yang harus diterapkan. Hal pertama yang perlu dilakukan sebagai suami istri adalah ingat bahwa mereka bukan lagi dua orang yang memiliki tujuan berbeda, karena sekarang mereka adalah satu di dalam Tuhan, karena itu kerendahan hati, dimana suami menghormati istri sebagai tulang rusuk yang harus dilindungi dan istri menghormati suami sebagai kepala rumah tangga perlu diterapkan. Saling menghargai satu sama lain, tidak berlaku kasar, dan bersama- sama menyelesaikan masalah sebagai pasangan bukan sebagai individu yang berbeda.

Kedua adalah menjadikan Kristus sebagai kepala dari rumah tangga yang dibangun. Karena Kristus adalah kepala, maka perlu sebagai suami istri untuk bersama-sama membangun saat teduh, sehingga mereka sehati,dan sepiikiran di dalam Kristus. Segala keputusan yang diambil adalah atas dasar Firman Tuhan, bukan kehendak pribadi masing-masing.

Ketiga adalah membangun cinta. Jatuh cinta itu mudah, namun bangun cinta butuh perjuangan bertahun-tahun. Kita bukan mencintai pasangan karena fisik dan sifatnya lagi, karena fisik akan berubah seiring usia dan sifat juga bisa berubah seiring kondisi. Sebagai suami dan istri yang adalah satu daging, bersama-sama membangun cinta, dimana dalam keadaan pasangan kita saat ini bagaimana kita mencintai pasangan kita, tanpa menuntut hal yang tidak bisa pasangan kita lakukan. Membangun cinta yang indah di dalam Kristus, itulah tugas dan kewajiban yang perlu dilakukan  sebagai suami – istri. Agnes Riana



Leave a Reply