GPIB Sion, Gereja Tertua, Anti-Gempa, dan Letusan Gunung Krakatau
Jakarta, eBahana.com – Di Jakarta, ada banyak bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda bernuansa Eropa. Salah satunya Gereja Sion yang didirikan pada 1693 oleh seorang arsitek bernama Ewout Verhagen. Gereja ini memiliki ciri khas langgam romanesque, yang terlihat pada pilar-pilar dengan busur melengkung di pintu masuk bangunan ini. Pada masa pemerintahan VOC, tempat peribadatan ini juga dikenal dengan nama Gereja Portugis. Dibangun untuk mengenang para mantan budak Portugis yang dibebaskan VOC dari Kesultanan Malaka. Karakteristik arsitektur Portugis adalah bentuk denah bangunan yang dirancang sederhana, persegi panjang layaknya aula atau bangsal.
Ciri khas lain dari gereja ini adalah ornamen mimbar dan orgel pipa bergaya Baroque yang dikenal memiliki bentuk-bentuk dramatis. Tak hanya itu, interior juga dihiasi ukiran secara intensif termasuk mimbar berbentuk cawan dan lantai gereja tersusun dari ubin granit berwarna keabuan. Terdapat jendela lengkung antik dengan tinggi lebih kurang tiga meter dan pintu-pintu gerbang gereja dengan tiang antik, yang menopang segitiga (fronton) bergaya Yunani. Bentuk bangunan yang segiempat memiliki ruang tambahan yang juga berbentuk segi empat tempat dewan gereja berkumpul (konsistori).
Di bagian pintu barat gereja terdapat 11 makam yang nisannya dipasang horizontal. Di atas bangunan, terdapat kanopi berukuran besar dengan bentuk atap menyerupai mahkota yang berasal dari bongkaran Gereja Kubah, Jakarta. Sementara di bawah kanopi ada mimbar bergaya Barok yang hampir serupa dengan mimbar Gereja Katedral. Ada enam tiang besar menopang langit-langit yang berbentuk lengkungan dan empat kandelar kuningan. Kandil yang dulunya dipasang untuk lilin, kini digantikan lampu bohlam.
Konon, semua kandelar langsung dipesan dari India dengan lambang singa, perisai, dan pedang sebagai lambang Kota Batavia. Ada satu fakta yang membuatnya layak dikagumi, adalah kekokohan strukturnya yang ditopang 10.000 kayu dolken bulat sebagai fondasi bangunan. Puluhan ribu kayu ini berfungsi sebagai pasak bumi untuk konstruksi zaman modern. Berkat fondasi dari kayu dolken, gereja tua itu tahan terhadap gempa bumi dan letusan besar gunung Krakatau pada Agustus 1883 yang menjalar sampai ke Australia Selatan, Sri Lanka, dan Filipina. Alih-alih roboh, Gereja Sion tak sedikit pun mengalami retakan.
(Audrey)