Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Virus Corona Alat untuk Mengevaluasi Diri




eBahana.com – Semakin bertambah hari, virus Corona bukan semakin tenggelam keberadaannya tetapi semakin mendunia. Kehadirannya bukan mendatangkan sukacita atau damai sejahtera tetapi menciptakan ketakutan dan teror di mana-mana. Bukan hanya satu Benua Asia dan Eropa tetapi sampai juga ke Benua Amerika, Afrika dan Australia. Corona benar-benar melumpuhkan semua sendi kehidupan manusia di seluruh dunia, mulai dari ekonomi, sosial, politik pendidikan sampai menyentuh wilayah religius.

Apabila yang lumpuh itu hanya yang ada kaitannya dengan manusia jasmani saja itu manusiawi tetapi Corona juga menyentuh wilayah religiusitas karena semua yang ada kaitannya dengan kegiatan keagamaan termasuk kegiatan gerejawi juga ikut dihentikan sementara.

Tetapi kalau kita menyadari mau menyadari dan mau mengenal Firman Tuhan dengan baik maka kejadian yang luar biasa ini bisa membuka mata rohani dan menguatkan rohani serta memantapkan iman kita kepada Kristus.

Ada tiga hal yang harus kita cermati dan pahami beberapa hal bahwa iman kita kepada Tuhan tidak bisa dihentikan (di-stop) oleh siapapun dan kuasa mana pun, karena semakin dihambat akan semakin merambat, mengapa bisa demikian? Berikut ini beberapa jawabannya.

  1. Gereja yang sejati itu bukan gedungnya atau fisiknya tetapi gereja (bait Allah) adalah tubuh, jiwa dan roh yang berkenan kepada Allah. Oleh karena itu sekalipun ada kejadian luar biasa yang melanda dunia yang ditimbulkan oleh wabah virus korona tidak berdampak apapun pada iman kita kepada Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Tetapi harus sebaliknya peristiwa luar biasa ini menjadikan kita semakin menyerah total kepada iman dan pengharapan kepada Allah. Hal itu sudah diungkapkan  oleh alkitab: “ Roh itu kuat tubuh itu lemah.” Dengan munculnya virus Corona  justru sebagai alat untuk introspeksi diri dan semakin sungguh sungguh mempersembahkan tubuh jiwa dan roh kita kepada Kristus sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Dia.
  2. Ibadah itu bukan hanya sebuah liturgi semata seperti yang diterapkan di gereja gereja. Ibadah yang sejati itu lebih dari hal diatas yang hanya menekankan seremonial semata. Ibadah yang sejati itu menyeimbangkan antara mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Apabila kita sudah mampu melakukan yang demikian kita tidak akan kehilangan pengharapan atau merasa putus asa walaupun virus Corona menerpa kita semua. Sebab kasih Yesus tidak pernah ingkar janji, karena semua yang telah dalam firman-Nya pasti akan digenapi.
  3. Corona juga harus menyadarkan kita bahwa ibadah kepada Allah itu bisa dimana saja dan tidak ditentukan oleh jumlah orang yang hadir seperti firman Tuhan: “Di mana satu dua orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku akan hadir” Kata kunci berkumpul dalam nama-Ku, bukan berapa jumlah orangnya, berapa persembahannya, siapa yang melayani dan yang lainnya.

Kejadian yang luar biasa dengan Corona itu harus juga disyukuri dan yang terpenting selalu berpikir positif dan selalu menaburkan  sesuatu yang menyejukkan hati, saling menguatkan iman satu dengan yang lain. Dan yang tidak kalah pentingnya melakukan kerja kerja sosial untuk membantu mengatasi persoalan negara dan bangsa Indonesia dan dunia karena virus Corona. Markus S



Leave a Reply