Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

TATARAN SUPERNATURAL




eBahana.com – Kita akan mempelajari hasil-hasil baptisan dalam Roh Kudus yang diinginkan Allah dalam kehidupan setiap orang percaya.

Hasil ketiga pengalaman di baptis dalam Roh Kudus tertulis dalam kata-kata Ibrani 6:4-5, yang berbicara mengenai orang-orang percaya: “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang.”

Kata-kata ini mengindikasikan bahwa mereka itu yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia (kuasa-kuasa) dunia yang akan datang. Baptisan dalam Roh Kudus memberi orang percaya kesempatan mengecap kuasa – kuasa supernatural yang dimiliki, sepenuhnya, dunia yang akan datang.

Untuk alasan ini Paulus menggambarkan meterai Roh Kudus sebagai jaminan warisan kita. “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya.

Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Efesus 1:13-14).

Terjemahan alternatif untuk jaminan adalah “uang panjar.” Bahasa Yunani, yang diambil dari bahasa Ibrani “arrabon.” Ini kata yang menarik – dengan sedikit variasi – dalam empat bahasa yang berbeda: Ibrani, Yunani, Arab, dan Swahili.

Tuhan memberi kita – melaui Roh Kudus – “uang panjar” kuasa dan kemuliaan surgawi – mengecap dunia yang akan datang. Uang panjar ini memisahkan kita sebagai milik tebusan-Nya, tidak untuk diberikan kepada pembeli lain. Jaminan-Nya, juga, bahwa pada waktu yang sudah ditentukan Ia akan kembali dengan sisa pembayarannya dan membawa kita ke rumah-Nya, untuk bersama- Nya selama-lamanya. Itu kenapa Paulus menyebutnya “Roh Kudus itu adalah jaminan bagian warisan kita sampai memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah.”

Ilustrasi indah lainnya apa yang kita terima melalui baptisan dalam Roh Kudus ada dalam cerita kesembuhan Naaman, orang Syria penderita kusta, dicatat dalam 2 Raja-Raja 5. Akibat mujizat kesembuhannya, Naaman datang untuk mengakui bahwa Tuhan Jehovah, Allah Israel adalah satu-satunya Allah yang benar. Ia tahu, bahwa ia akan segera kembali ke negeri kafir yang tidak suci dan bergabung dalam upacara-upacara pemujaan berhala di kuil kafir.
Dengan pikiran ini, Naaman memiliki satu permintaan khusus sebelum meninggalkan negeri Israel. “Akhirnya berkatalah Naaman: “Jikalau demikian, biarkanlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN” (2 Raja-Raja 5:17).

Kenapa Namaan ingin membawa pulang tanah dari negeri Israel? Ia menyadari kekudusan Tuhan dan, kontras dengan, kenajisan negeri dan bangsanya. Ia bertekad, karenanya, tidak akan pernah lagi mempersembahkan dari tanah najis.

Kekudusan Tuhan menuntut Naaman berdiri dan menyembah-Nya hanya dengan tanah dari negeri Tuhan sendiri. Karena Naaman tidak bisa tetap tinggal di Israel secara permanen, Ia bertekad membawa pulang dengannya tanah sebanyak muatan sepasang bagal dari Israel dan membuat disana dari tanah itu tempat penyembahan khususnya.

Demikian pula dengan orang percaya yang dibaptis Roh. Ia mendapat pengertian baru dari kata-kata Yesus: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24).

Orang percaya seperti itu tidak bisa lagi dipuaskan dengan hanya bentuk-bentuk dan upacara-upacara penyembahan buatan manusia. Ia sudah pernah di tanah surgawi; ia sudah mengecap kemuliaan dan kekudusan Allah. Ia sudah membawa sebagian dari tanah suci dengannya. Tidak masalah dimana ia berada, ia sekarang menyembah bukan di tanah yang najis, tetapi di tanah suci. Ia menyembah dalam Roh – Roh Kudus – dan dalam kebenaran.

Apa yang benar dalam penyembahan orang percaya yang dipenuhi Roh sama dengan setiap aspek lain dari pengalamannya. Melalui baptisan dalam Roh ia telah masuk kedalam kehidupan supernatural baru. Yang supernatural sudah menjadi natural.

Jika kita mempelajari Perjanjian Baru dengan pikiran terbuka, kita terdorong mengkaui bahwa seluruh kehidupan dan pengalaman orang-orang Kristen mula-mula dipenuhi dengan supernatural.
Pengalaman-pengalaman supernatural bukan sesuatu kebetulan; melainkan bagian integral kehidupan Kristen mereka. Berdoa mereka supernatural; kotbah mereka supernatural; mereka secara supernatural dipimpin, secara supernatural mendapat kuasa, secara supernatural dilindungi.

Jika supernatural dihilangkan dari Kitab Kisah Para Rasul, maka sisanya tinggal tulisan yang tidak ada arti. Sejak turunnya Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul 2, mustahil menemukan satu pasal dimana supernatural tidak memiliki peran esensial.

Dalam catatan pelayanan Paulus di Efesus kita menemukan ekspresi yang paling memprovokasi pikiran. “Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa” (Kisah Para Rasul 19:11).

Pikirkan implikasi frasa “mujizat-mujizat yang luar biasa.” Dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan, “mujizat-mujizat yang tidak terjadi setiap hari.” Mujizat-mujizat kejadian setiap hari dalam gereja mula-mula. Biasanya tidak mengakibatkan kejutan khusus. Namun mujizat-mujizat yang terjadi di Efesus melalui pelayanan Paulus sedemikian rupa bahkan gereja mula-mula menganggapnya berharga untuk khusus dicatat.

Dalam berapa banyak gereja hari ini kita menemukan kejadian agar bisa menggunakan frasa “mujizat-mujizat yang terjadi setiap hari”? Dalam berapa banyak gereja hari ini mujizat-mujizat terjadi sama sekali – apalagi setiap hari?

Sebenarnya, dimana kita tidak melihat dan mengalami supernatural, kita tidak memiliki hak untuk berbicara mengenai Kekristenan Perjanjian Baru. Dua hal ini – supernatural dan Kekristenan Perjanjian Baru – terjalin tak terpisahkan.

Tanpa supernatural kita kemungkinan memiliki doktrin Perjanjian Baru, namun doktrin kosong, bukan pengalaman. Doktrin seperti itu, dipisah dari pengalaman supernatural, mirip yang digambarkan oleh Paulus. “hukum tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Korintus 3:6).

Hanya Roh Kudus yang bisa memberi hidup kepada hukum tertulis doktrin Perjanjian Baru dan membuat doktrin itu menjadi cara hidup supernatural pribadi yang hidup bagi setiap orang percaya. Satu tujuan utama baptisan dalam Roh Kudus adalah untuk melakukan hanya ini.

Tujuan keempat baptisan dalam Roh Kudus mengenai kehidupan doa orang percaya. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang- orang kudus” (Roma 8:26-27).

Paulus menyebut satu kelemahan umum semua orang percaya dalam kondisi alamiah mereka diluar Roh Kudus. Didefinisikan oleh Paulus dengan kata-kata “sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa.”

Kelemahan ini tidak mengetahui bagaimana harus berdoa sesuai kehendak Allah.

Satu-satunya kita bisa datang untuk minta pertolongan dalam kelemahan ini adalah Roh Kudus, karena Paulus berkata: “Roh membantu kita dalam kelemahan kita…Roh Sendiri berdoa untuk kita…Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:26-27).

Paulus disini berbicara mengenai Roh sebagai satu Pribadi yang mendiami orang percaya dan yang menjadikan orang percaya bejana atau saluran, yang melaluinya Ia berdoa sebagai perantara atau memanjatkan permohonan mewakili orang percaya tersebut.

Ini jenis doa yang jauh lebih tinggi diatas tingkat pengertian dan kemampuan alamiah orang percaya. Dengan doa seperti ini orang percaya tidak bergantung pada perasaan atau pengertiannya. Ia menyerahkan tubuhnya kepada Roh Kudus sebagai bait dimana Roh Sendiri yang melakukan doa, dan ia menyerahkan anggota-anggota tubuhnya sebagai instrumen yang dikendalikan Roh untuk tujuan perantara supernatural.

Mengenai doa, Perjanjian Baru membuat standar yang orang percaya tidak pernah bisa capai dengan kekuatan atau pengertian alamiahnya sendiri. Dengan cara ini Allah dengan sengaja menutup orang percaya dalam satu tempat dimana ia harus berada dibawah standar ilahi atau bergantung pada asistensi supernatural Roh didalam dirinya.

Sebagai contoh, Paulus berkata: “…dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Efesus 6:18).

Dan lagi: “Tetaplah berdoa…Janganlah padamkan Roh” (1 Tesalonika 5:17,19).

Tidak ada orang dengan kekuatan atau pengertiannya sendiri tanpa bantuan bisa memenuhi perintah-perintah ini. Tidak ada orang bisa “berdoa setiap waktu” atau “tetap berdoa.” Namun yang mustahil dalam alam natural dimungkinkan oleh hadirat supernatural Roh Kudus yang mendiami seseorang. Untuk alasan ini, Paulus berhati- hati menekankan ketergantungan orang percaya pada Roh Kudus. Ia berkata, “Berdoalah setiap waktu….didalam Roh,” dan lagi, “Tetaplah berdoa…Jangan padamkan Roh.”

Roh Kudus yang mendiami orang percaya dalam Perjanjian Baru dapat disamakan dengan api yang secara supernatural dinyalakan di mezbah tabernakel dalam Perjanjian Lama. Mengenai api ini, Tuhan mentahbiskan: “Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam” (Imamat 6:13).

Ketetapan atau ordonansi Perjanjian Baru terkandung dalam kata- kata Paulus: “Tetaplah berdoa…Jangan padamkan Roh.” Dimana orang yang dibaptis Roh menyerahkan sepenuhnya kendali kepada Roh didalamnya dan tidak ceroboh atau dengan kedagingan memadamkan api Roh, didalam bait tubuh orang percaya tersebut agar terbakar api doa dan penyembahan supernatural yang tidak pernah padam, siang dan malam. Sedikit orang menyadari potensi tak terbatas doa Roh Kudus didalam bait seorang percaya yang menyerahkan tubuhnya.

Dipenuhi dan berserah kepada Roh Kudus. Ketika kita sampai pada akhir kekuatan dan pengertian alamiah kita, Roh Kudus mengambil alih pancaindera kita dan memimpin doa dan penyembahan-Nya sendiri melalui kita.

Ini gambaran yang diberikan mengenai mempelai Kristus dalam Kidung Agung. “Aku tidur, tetapi hatiku bangun” (Kidung Agung 5:2).

Mempelai mungkin tertidur; ia mungkin lelah secara fisikal dan mental. Namun didalam dirinya yang paling terdalam disana tinggal Satu yang tidak pernah tidur – Roh Kudus Sendiri. Walaupun mengalami jam-jam kegelapan, hatinya terbakar di atas mezbah api yang tidak pernah padam – api penyembahan dan kehidupan doa Roh Kudus didalam dirinya.

Tujuan kelima baptisan dalam Roh Kudus adalah Roh bisa menjadi penuntun kita dan penasihat sehubungan dengan Kitab Suci. Kristus menjanjikan ini kepada murid-murid-Nya dalam dua nas dalam Injil Yohanes. “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26).

Selama pelayanan-Nya di bumi Yesus mengajar banyak murid- murid-Nya, mengenai kematian dan kebangkitan-Nya, yang mereka tidak mengerti atau ingat.

Namun, Yesus meyakinkan mereka setelah Roh Kudus datang mendiami mereka, Ia akan menjadi penasihat atau pengajar pribadi mereka dan memampukan mereka mengingat dan mengerti dengan benar semua yang Yesus ajarkan selama pelayanan-Nya di bumi.
Bukan saja Roh Kudus membatasi diri-Nya hanya pada

menginterpretasi pengajaran-pengajaran Yesus ketika di bumi; Ia akan memimpin murid-murid kedalam pengertian penuh seluruh pewahyuan Allah kepada manusia. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang di dengar-Nya itulah yang akan dikatakannya” (Yohanes 16:13).

Disini frasa “seluruh kebenaran” bisa diinterpretasi dengan referensi kepada kata-kata Yesus: “firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).

Yesus menjanjikan murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan memimpin mereka kedalam pengertian yang benar seluruh pewahyuan Allah kepada manusia melalui Kitab Suci. Ini termasuk Kitab Suci Perjanjian Lama, pengajaran Yesus selama pelayanan-Nya di bumi, dan juga pewahyuan kebenaran yang diberikan kepada gereja setelah Pentakosta melalui Paulus dan rasul-rasul lainnya.

Roh Kudus diberikan kepada gereja untuk menjadi pemberi wahyu, penterjemah, dan pengajar seluruh pedoman pewahyuan ilahi dalam Kitab Suci.

Penggenapan janji Kristus yang Roh Kudus akan interpretasikan bagi murid-murid secara dramatis diilustrasikan dalam peristiwa Hari Pentakosta. Begitu Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid, mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, Petrus menjelaskan: “tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel:

Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi” (Kisah Para Rasul 2:16-17).

Tanpa keraguan, Petrus mengutip dan menginterpretasi nubuat mengenai hari-hari terakhir dalam pasal dua kitab Yoel. Dalam kotbah selanjutnya, hampir setengah dari apa yang Petrus katakan dikutip langsung dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Pengajaran Kitab Suci ini diaplikasikan dengan cara jelas dan tegas pada peristiwa kematian dan kebangkitan dan pencurahan Roh Kudus.

Sulit membayangkan kontras lebih besar antara eksposisi Kitab Suci Perjanjian Baru yang diberikan disini oleh Petrus dan kekurang pengertian mengenai Kitab Suci yang sama ditunjukkan oleh Petrus dan semua murid-murid yang lain selama pelayanan Yesus di bumi sampai Hari Pentakosta.

Tampaknya perubahan total dalam pengertian murid-murid mengenai Kitab Suci bukan proses lambat bertahap, melainkan terjadi secara instan dengan datangnya Roh Kudus. Begitu Roh Kudus datang mendiami mereka, pengertian mereka mengenai Kitab Suci secara supernatural dicerahkan dan diiluminasi. Keraguan dan kebingungan mereka sebelumnya langsung digantikan dengan pengertian dan aplikasi tegas yang jelas.

Transformasi dramatis yang sama ini berlanjut menjadi perbedaan tanda orang-orang yang di penuhi Roh sejak Hari Pentakosta hingga sekarang.

Sebagai contoh, Saulus dari Tarsus dilatih dalam pengetahuan Kitab Suci Perjanjian Lama oleh Gamaliel, guru paling terkenal pada zamannya. Namun dalam tahun-tahun awalnya ia tidak memiliki terang atau pengertian mengenai aplikasinya. Hanya setelah Ananias di Damaskus meletakkan kedua tangannya atas Saulus dan berdoa ia dipenuhi dengan Roh Kudus sehingga selaput gugur dari matanya dan ia bisa mengerti dan mengaplikasikan Kitab Suci. “Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah” (Kisah Para Rasul 9:20).

Perhatikan kata “langsung.” Tidak ada pergulatan, lambat, bertahap untuk memperoleh pengertian melainkan pencerahan instan. Saat Roh Kudus masuk, Ia menyoroti sinar baru pada Kitab Suci yang Saulus sudah tahu bertahun-tahun sebelumnya tapi tidak pernah tahu bagaimana mengaplikasikannya atau menginterpretasikannya.

Apa yang Roh Kudus lakukan pada Petrus dan Saulus, dan pada orang-orang Kristen Perjanjian Baru, masih ingin dan bisa Ia lakukan bagi semua orang Kristen hari ini. Namun setiap orang percaya harus menerima secara pribadi penuntun, pengajar, dan ekspositor yang akan tinggal didalam dirinya melalui baptisan dalam Roh Kudus.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply