Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Perintah-Perintah Kristus – Tanda Kedatangan Kristus & Menerima Janji-Janji & Pertolongan Ajaib




eBahana.com – Perintah-perintah Yesus Kristus secara umum dikenal sebagai “Amanat Agung.” Kata amanat sesungguhnya tidak memiliki cukup untuk menunjukkan pengertian otoritatif. Karenanya, kita akan mengggunakan kata “Perintah-Perintah Kristus.” Ini pengarahan- pengarahan yang Yesus syaratkan untuk kita lakukan.

Sebagai fondasi pembelajaran kita, kita akan mempelajari tiga nas dalam Perjanjian Baru. Nas-nas ini akan memberi kita pengertian jelas apa perintah-perintah terakhir Yesus. Pertama, dengan otoritas apa Kristus mengeluarkan pengarahan-pengarahan ini.

Penyebutan otoritas diungkapkan dalam nas-nas pertama yang kita akan bahas dalam Matius 28:18-20: “Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa (otoritas) di sorga dan di bumi.

“Karena itu pergilah… ”

Kata “Karena itu” sangat penting. Pernyataan Yesus dihubungkan dengan kata “karena itu” sesuai urutan yang Ia berikan. Untuk mem- parafrasa, Ia berkata, “Semua otoritas sudah diberikankan pada-Ku di surga dan di bumi. Dalam terang fakta itu, kita perlu pergi dan menjalankan otoritas itu dengan men-demonstrasikannya.”

Kita melihat, otoritas sama sekali tidak efektif kecuali dijalankankan. Orang-orang mungkin memiliki otoritas, dan tidak pernah menggunakannya kapan pun dalam hidup mereka. Bagi mereka, seolah-olah mereka tidak pernah memiliki otoritas sejak awalnya.

Ini apa yang Yesus katakan dalam ayat ini: “Jika dunia tahu bahwa otoritas sudah diserahkan pada-Ku, kamu harus mendemonstrasi otoritas-Ku mewakili Aku kepada semua bangsa.” Itu bagaimana bangsa-bangsa akan tahu bahwa Yesus memiliki otoritas tertinggi di dunia.

Mengikuti pernyataan pengantar ini, Yesus memberi kita perintah- perintah kita: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:19-20).

Apa yang Tuhan kita perintahkan kita dalam urutan itu pernyataan sangat inklusif. Yesus berkata untuk pergi kepada semua bangsa.

Tidak satu bangsa di bumi dikecualikan.

Lalu Ia berkata, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Kata-kata harfiah dari pernyataan-Nya adalah, “Aku bersamamu setiap hari.” Setiap hari. Itu penting untuk kita ingat. Bukan hanya suatu jangka waktu ketika Yesus akan bersama kita. Ia akan bersama kita setiap hari mulai sekarang sampai penutupan zaman.

Kita harus hati-hati untuk tidak mengambil jalan pintas memotong syarat yang harus kita penuhi untuk menerima janji itu: “ketaatan.” Jika kita pergi, Ia berjanji bersama dengan kita. Kita “tidak” melihat Ia mengkomit diri-Nya akan bersama dengan kita jika kita tidak pergi. Ketaatan kita untuk pergi adalah syarat bagi-Nya bersama dengan kita.

Kita melihat kata-kata serupa dalam Matius sementara kita beralih ke Markus, injil selanjutnya. Dalam pasal 16, kita melihat perintah- perintah ini di catat dalam ayat 14-19.

“Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.”

Dalam catatan dalam Markus kita melihat, Tuhan sudah melakukan bagian-Nya. Dimana dalam Matius, Yesus berkata semua otoritas sudah diberikan pada-Nya, dan mengatakan pada kita untuk pergi, “Markus berkata Yesus terangkat ke surga, lalu duduk.

Apa arti frasa “Ia duduk”? Dalam kitab Ibrani, kita juga menemukan “Ia duduk,”(lihat Ibrani 10:11-13). Tidak seperti pendeta-pendeta liturgis yang tetap berdiri, dengan jelas dinyatakan Mesias duduk.

Kenapa Yesus duduk? Karena tugas-Nya sudah selesai. Pendeta- pendeta tetap berdiri karena tugas mereka belum selesai. Jadi, menyatakan bahwa Yesus duduk adalah cara mengatakan karya-Nya sudah diselesaikan dengan sempurna. Selanjutnya, tanggung jawab murid-murid.

Yesus duduk, namun murid-murid pergi dan berkotbah dimana- mana. Lagi, kita perhatikan perintah yang Yesus beri dalam Markus, semua perintah inklusif: “Pergi keseluruh dunia.” Itu total. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Bagaimana bisa lebih inklusif dari pada itu?

Dimana dikatakan “beritakanlah” disini dalam catatan Markus. Kita mungkin bisa mendapatkan pengertian lebih jelas jika kita terjemahkan “beritakanlah” sebagai “proklamasi.” Proklamasi kepada seluruh dunia.

Kadang-kadang kita merasa kita harus menjelaskan seluruh injil. Sebenarnya, kita tidak yakin injil bisa dijelaskan secara lengkap pada pengertian manusia. Sebaliknya dari pada menjelaskannya, kita sudah di perintahkan untuk mem-proklamasikannya. Sekali kita mentaati perintah ini, kita bisa mem-percayakan Roh Kudus untuk melakukan apa yang Ia akan lakukan melalui proklamasi.

Ada waktu-waktu ketika lebih efektif tidak mencoba dan menjelaskan semuanya. Tergantung pada Roh Kudus. Ketika kita memproklamasikan kebenaran. Kita percayakan pada Roh Kudus untuk melakukan apa yang kita “tidak” bisa lakukan. Ia Satu yang akan menolong melalui penjelasan dan aplikasi.

Kita sudah mempelajari kata-kata terakhir Yesus dalam injil Matius dan Markus. Kita akan mempelajari nas ketiga dalam Kisah Para Rasul. Ayat-ayat ini serupa, meskipun perintahnya di ekspresikan agak berbeda. Catatan yang kita akan pelajari ditemukan dalam Kisah Para Rasul 1:6-8. Insiden ini terjadi setelah kebangkitan Yesus dan sebelum Ia naik ke surga.

“Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”

Dalam pertanyaan yang murid-murid tanya, mereka masih yakin saatnya akan datang kapan kerajaan akan di pulihkan bagi Israel. Dalam jawabannya, Yesus tidak berkata itu tidak akan terjadi. Ia mengatakan kepada mereka bukan urusan mereka untuk tahu kapan itu akan terjadi.

Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Kita membaca dalam ayat berikutnya apa yang terjadi selanjutnya: “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka…”

Kata-kata yang Yesus ucapkan kepada mereka dalam Kisah Para Rasul 1:7-8 rupanya kata-kata terakhir yang keluar dari bibir-Nya. Sangat signifikan.

Poin terakhir yang Ia ingin mereka paling ingat dalam hubungan Yesus dengan murid-murid-Nya. Kata-kata terakhir yang Ia ucapkan satu-satunya yang Ia ingin mereka paling ingat.

Apa kata-kata itu? “Sampai ke ujung bumi.” Mereka turun dari Bukit Zaitun dengan frasa berbunyi dalam pikiran mereka: “Sampai ke ujung bumi, ke ujung bumi.” Ini apa yang Yesus katakan kepada mereka: “Tugasmu belum selesai sampai kamu sudah mencapai batas-batas bumi paling jauh.”

Jika kita gabung tiga nas yang kita sudah pelajari, kita mendapat akumulasi kata-kata dan frasa-frasa sangat empatis.

Dalam Matius 28 – “seluruh bangsa-bangsa” dan “sampai akhir zaman.”

Dalam Markus 16 – “seluruh dunia” dan “segala makhluk.” Dalam Kisah Para Rasul 1 – “sampai ke ujung bumi.”

Dalam waktu dan geografi, setiap ujung dan akhir terliputi. Tidak ada yang dihilangkan atau tak tersentuh. Mustahil menyusun kata- kata lebih jelas dan lebih empatis dari pada ini.

Jika kita tidak mengerti dan mengaplikasikan kata-kata terakhir ini dari Yesus Kristus, alasannya karena kita tidak jelas. Padahal mustahil mengatakan lebih jelas atau lebih empatis dari pada apa yang Yesus sudah katakan dalam nas-nas ini.

Kita sudah melihat dengan jelas perintah-perintah yang dikeluarkan kepada kita oleh Yesus Kristus. Merepresentasi perintah-perintah terakhir-Nya kepada kita yang mana Ia harap kita taati. Bagaimana kita bisa memenuhi perintah yang diberikan kepada kita oleh Yesus. Selaras dengan perintah-perintah Yesus, ada tiga jenis aktifitas yang diimplikasi dengan kata-kata yang digunakan untuk mengkomunikasikan injil.

Dalam Matius, Yesus berkata “jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Itu proses melatih orang-orang.

Dalam Markus Ia berkata “beritakanlah (proklamasikan) kepada segala makhluk.” Kita bisa memberitakan injil kepada jutaan orang yang tidak akan pernah menjadi murid-murid. Namun bahkan jika mereka tidak menjadi murid, kita tetap berkewajiban untuk mem- proklamasikan.

Dalam Kisah Para Rasul, Yesus berkata, “kamu akan menjadi saksi- Ku.” Bersaksi bukan berkotbah. Berkotbah adalah memproklamasikan kebenaran Injil Allah. Meski demikian, menjadi saksi adalah mendemonstrasikan kebenaran dengan cara kita hidup dan dengan kata-kata yang kita ucapkan.

Banyak orang yang tidak terpanggil untuk berkotbah bisa menjadi saksi-saksi yang sangat efektif. Begitu penting kita mengerti perbedaan antara berkotbah – tugas yang tidak ditugaskan kepada seluruh tubuh – dan bersaksi – tanggung jawab setiap orang Kristen.

Secara umum kita menggunakan kata bersaksi. Meski demikian, itu bukan kata yang terbaik, karena memberi kesan sesuatu yang agak agamawi dan hampir teknikal. Mari simpan di pikiran apa yang Yesus katakan, “kamu akan menjadi saksi-Ku.” Pernyataan-Nya memberi implikasi bahwa sebenarnya tidak perlu mengatakan banyak. Kita merusak saksi kita dengan terlalu banyak bicara.

Menjadi saksi berarti kita hidup dengan cara begitu rupa di hadapan orang-orang sehingga tidak ada penjelasan lain untuk hidup kita kecuali Yesus hidup.

Berapa banyak berbicara tergantung pada pimpinan Roh Kudus dalam setiap keadaan. Pimpinan Roh Kudus, bukan teknik. Mungkin baik mengetahui hukum-hukum spiritual.

Namun kita tidak bisa memiliki formula yang sama. Menjadi saksi mensyaratkan ketergantungan pada Roh Kudus.

Sementara kita mempelajari perintah-perintah terakhir Yesus untuk kita dan bagaimana memenuhinya, kita juga perlu memiliki pengertian mengenai waktu dimana kita hidup. Kita perlu sadar berapa lama kita harus mentaati perintah ini.

Dalam hal itu, mari lihat nas lain dalam Matius 24. Bagian dari Kitab Suci ini adalah diskursus nubuatan besar dimana Yesus meringkas urutan peristiwa dari waktu-Nya dibumi sampai waktu kedatangan- Nya dalam kemuliaan.

Diskursus dalam Matius 24 dipicu oleh pertanyaan yang ditanya oleh beberapa murid-murid Kristus. Pertama kita akan baca pertanyaannya, dan kemudian kita akan mempelajari jawaban Yesus. Pertanyaannya ditemukan dalam Matius 24:3: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid- Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?.”

Sebetulnya pertanyaan mereka kepada Yesus pertanyaan rangkap tiga: Pertama, “Bilamanakah itu akan terjadi?” Hal-hal ini sehubungan dengan penghancuran bait. Kedua, “Apakah tanda kedatangan-Mu.” ketiga, “Apa tanda kesudahan dunia?”

Mari tangani hanya pertanyaan-pertanyaan bagian akhir yang murid-murid tanya: “Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?.”

Dalam ayat-ayat sesudah pertanyaan-pertanyaan ini, Yesus memberi mereka daftar tanda-tanda. Ia menyebut peperangan- peperangan internasional, gempa bumi, wabah penyakit, kelaparan, nabi-nabi palsu, persekusi orang-orang Kristen, pelanggaran hukum dan berbagai petunjuk nubuatan itu.

Semua itu sudah pasti tanda-tanda. Meski demikian, itu semua bukan tanda utama. Sampai titik itu, Yesus belum secara spesifik menjawab pertanyaan, “Apakah tanda kedatangan-Mu?”

Setelah sampai ayat 14 Yesus baru memberi jawaban pada pertanyaan murid-murid. Pertanyaan spesifik – dan Ia memberi jawaban spesifik. Penting untuk kita lihat ini. Yesus berkata: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”

Itu jawabannya. Apakah tanda kedatangan-Mu?” Tandanya adalah pemberitaan injil kerajaan. Bukan simplifikasi, namun injil Yesus yang sama dan yang gereja mula-mula beritakan.

Apa tanda spesifik kesudahan dunia? Pemberitaan injil kerajaan di seluruh dunia kepada semua bangsa-bangsa.

Kita bisa katakan Yesus memiliki pikiran satu jalur. Ia memiliki satu obyektif tertinggi dengan jelas dihadapan-Nya: pemberitaan injil di seluruh dunia kepada semua bangsa-bangsa. Kadang-kadang banyak dari kita perlu memiliki pikiran satu jalur.

Kita cenderung terdistraksi dengan banyak kebenaran yang lebih rendah atau masalah-masalah yang lebih rumit. Sebagai akibat, dampak riil kebenaran lolos dari kita. Kita perlu memiliki pikiran satu jalur seperti Yesus.

Mari ulangi pertanyaan-nya sekali lagi: “Apakah tanda kedatangan- Nya?” Sederhana namun jawaban spesifik: pemberitaan injil kerajaan ke seluruh bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Apa tanggung jawab kita sehubungan dengan kembalinya Tuhan? Bagian apa yang kita harus lakukan agar itu terjadi? Ini jawabannya: memberitakan injil kerajaan di seluruh dunia kepada semua bangsa- bangsa.

Kita “tidak” mengatakan kedatangan Yesus tergantung semata-mata pada apa yang kita lakukan. Namun apa yang kita lakukan sudah pasti faktor yang harus diperhitungkan.

Dimungkinkan bagi gereja memperlambat kembalinya Tuhan dengan gagal melaksanakan tanggung jawab ini. Kita mengerti bahwa dalam pra-pengetahuan Allah, ada hari dan jam spesifik yang ditetapkan untuk kembalinya Kristus. Meski demikian, kembalinya itu bisa terjadi lebih awal jika Gereja taat. Dengan kata lain, pra- pengetahuan Allah memperhitungkan ketidak taatan Gereja. Namun tidak membebaskan Gereja untuk tidak taat.

Kita perlu menyampaikan dengan jelas dan sederhana: jika kita tidak mengikuti instruksi-instruksi yang dengan jelas diringkas untuk kita dari Kitab Suci, kita tidak taat. Tidak ada kata akurat lain untuk menggambarkan sikap kita dan tingkah laku kita kecuali “tidak taat.”

Kita perlu lebih jauh mengkoreksi sikap kita mengenai mentaati perintah-perintah Kristus.

Tidakkah aneh? Ketika sampai pada janji-janji Yesus, Gereja tidak memiliki masalah menerimanya sepenuhnya. Namun ketika sampai pada perintah-perintah-Nya, kita berpikir boleh memilih atau itu berlaku untuk orang lain!

Kita akan melihat sedikit contoh-contoh sederhana mengenai janji- janji Yesus. Mari mulai dalam Matius 21:22: “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

Merespons pada janji itu, kita dengan siap berkata, “Puji Tuhan” dan “Amin” – dan itu benar. Sudah pasti praktik yang bagus untuk kita menerima janji-janji itu dan merespons secara positif.

Sekarang, mari lihat Markus 11:24: “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

Sekali lagi, kita semua mengatakan, “Amin.” Kita senang menerima janji luar biasa ini.

Selanjutnya, kita kembali ke janji lain dalam Yohanes 14:12-14: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.

Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

Tidak masalah dengan pernyataan-pernyataan ini. Kita bisa klaim, “Puji Allah. Itu janji untuk kita hari ini!” Belum dibatalkan. Belum kadaluarsa. Masih berlaku. Kita mengucap syukur pada Allah bahwa masih berlaku bagi kita hari ini.

Mari pelajari satu lagi ayat dalam garis yang sama – Yohanes 15:7-8.

“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Kita memuji Tuhan bahwa ini janji luar biasa lain yang masih valid hari ini.

Di titik ini, namun demikian, mari kita tanya satu pertanyaan. Apakah ada dasar logis apapun untuk berpikir bahwa janji-janji Tuhan masih berlaku, namun perintah-perintahnya sudah dibatalkan?” Mudah-mudahan, tidak ada dari kita yang akan berkata, “Itu apa yang kita lihat.” Seperti janji-janji, perintah- perintah Yesus masih berlaku.

Pada dasarnya, meskipun, sikap Gereja perlu beberapa penyesuaian. Sebagian besar dari kita dengan senang hati menerima janji-janji.

Namun kadang-kadang, kita tidak seprihatin kita seharusnya sehubungan dengan melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Itu tidak konsisten. Kita akan membicarakan itu dan menerima desakan untuk melaksanakan tugas dihadapan kita.

Dari apa yang sudah kita pelajari sampai poin ini, kita tahu bahwa perintah terakhir Kristus untuk kita adalah mempresentasi injil ke seluruh dunia. Kita cenderung menganggap ini sebagai tugas besar sekali. Dalam hal itu, mari kita ilustrasikan tugas yang Yesus sudah tetapkan dihadapan kita dari rangkaian spesifik mujizat-mujizat yang terjadi dalam pelayanan-Nya.

Mari mulai dengan mengakui bahwa pikiran menjangkau seluruh dunia agak mengecilkan hati dan mematahkan semangat dan menahan kita dari ketaatan. Ketika kita pelajari membutuhkan apa pemberitaan injil ke dunia yang memiliki populasi delapan milyar orang. Tugas itu tampak begitu besar. Dari mana kita mulai? Siapa yang bisa menghadapi tantangan seperti itu?

Dimungkinkan bagi kita untuk merasa tugas itu begitu besar sehingga kita tidak akan bisa melaksanakannya. Dimungkinkan bagi kita mengijinkan diri kita kecil hati dan patah semangat dari awal – yang tidak logis dan tidak dapat dibenarkan. Sesungguhnya ini mungkin sikap psikologis dari banyak orang Kristen.

Benar, dunia besar. Ada begitu banyak bangsa-bangsa yang berbeda dan begitu banyak bahasa dan begitu banyak kultur yang berbeda.

Bagaimana kita benar-benar bisa melakukan apa yang Yesus perintahkan kita lakukan?

Ketika kita melihat tugas dihadapan kita dari sudut pandang itu, kita mengenali fakta lain yang meresahkan. Tugasnya tidak tambah mudah – karena populasi dunia bertambah. Selain itu, kompleksitas kebudayaan-kebudayaan dan bahasa-bahasa bertambah pada tingkat yang sama dengan pertambahan populasi.

Dalam menghadapi kenyataan pahit ini, kita mungkin perlu mempelajari pola bagaimana Yesus menginginkan kita melakukan tugas ini. Kita perlu mendekatinya dari sudut pandang mujizat memberi makan lima ribu orang.

Segaris dengan insiden itu. Kita perlu memasukan mujizat memberi makan empat ribu orang. Untuk menolong kita melihat aplikasinya.

Kita akan kemudian menambah pelajaran yang Yesus Sendiri tunjukkan pada dua mujizat ini.

Mujizat memberi makan lima ribu orang mujizat yang sangat unik. Satu-satunya insiden supernatural yang dicatat dalam semua empat injil. Tidak ada mujizat lain yang Yesus lakukan selama pelayanan- Nya yang dicatat dalam semua empat injil. Selain itu, satu-satunya mujizat yang Yesus Sendiri tanggapi. Ia memiliki aplikasi spesifik untuknya.

Mari pelajari catatan memberi makan lima ribu orang seperti dicatat dalam Matius 14:13-21.

“Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.”

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”

Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.”

Yesus berkata: “Bawalah kemari kepada-Ku.”

Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.

Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.”

Mari lihat contoh selanjutnya dimana terjadi mujizat serupa. Dalam kasus ini, meski demikian, angkanya berbeda.

Empat ribu orang dicatat dalam Matius 15:32-39.

“Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.

Kata murid-murid-Ny kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?”

Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.”

Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah.

Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak.

Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.

Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Laku Yesus menyuruh orang banyak itu pulang. Ia naik perahu dan bertolak ke daerah Magadan.”

Selanjutnya, murid-murid menyeberangi danau dengan Yesus. Dalam perjalanan, mereka menyadari mereka lupa membawa rotinya dengan mereka. Dalam konteks ini Yesus berkomentar atas dua mujizat lima ribu dan empat ribu orang.

Dalam ayat berikutnya, perhatikan Yesus sangat spesifik mengenai semua angka-angka itu. Ia berharap murid-murid-Nya untuk mengingat dan belajar dari angka-angka dua mujizat. Kita lihat dalam Matius 16:5-11: “Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti.

Yesus berkata kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.”

Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti.”

Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!

Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian?

Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?

Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi (pengajaran) orang Farisi dan Saduki.”

Tolong catat Yesus merekapitulasi untuk mereka semua angka- angka yang esensial dari setiap mujizat-mujizat itu – lima ribu dan empat ribu.

Apa implikasi diskursus Yesus dengan mereka mengenai jumlah orang yang sudah diberi makan? Ini fokus kita selanjutnya.

Kita sudah melihat catatan memberi makan lima ribu orang dan empat ribu orang.

Esensinya, sebuah contoh untuk kita mengenai tantangan merepresentasi injil ke dunia dengan populasi delapan milyar orang.

Dengan jelas, kita harus akui apa yang Yesus minta murid-murid lakukan sama sekali “mustahil.” Mereka tidak memiliki kemampuan natural atau cara-cara untuk melakukan apa yang Ia syaratkan dari mereka. Namun, Ia mensyaratkan mereka untuk melakukannya.

Dalam ukuran matematikal, jika kita membandingkan ketidakmungkinan memberi makan lima ribu orang dengan lima potong roti dan dua ikan dengan ketidakmungkinan mempresentasi injil ke seluruh dunia hari ini, yang pertama lebih besar dari dua ketidakmungkinan. Sama sekali mustahil.

Sedangkan, dalam terang situasi dunia hari ini dengan fasilitas- fasilitas komunikasi modern dan travel, serta sumberdaya- sumberdaya yang tersedia untuk Gereja, tidak mustahil mempresentasi injil keseluruh dunia. Namun sudah pasti tugas yang besar.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply