Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kerajaan Imam-Imam – Bagian 3




eBahana.com – “Dia (Yesus) …yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya” (Wahyu 1:6).

Ketika kita datang kepada Allah dalam doa, kita perlu mengerti bahwa Ia menginginkan kita berdoa.

Lukas 15:20 perumpamaan tentang seorang bapa yang menantikan anaknya yang hilang, menunjukkan gambaran indah bagaimana Allah menerima kita. Ia tidak menghardik kita; Ia tidak menuduh kita; Ia tidak jauh. Ia mengasihi, hangat dan ramah.

Yakobus 1:5, berkata “Allah memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit (mencari kesalahan).” Camkan itu dipikiran, Allah memberi dengan murah hati. Ia tidak mencari kesalahan. Ketika kita memiliki gambaran Allah seperti itu dalam
pikiran kita, akan merubah cara kita berdoa.

Yesus datang untuk merepresentasi Bapa kepada umat manusia, dan ajaran Yesus tentang doa sama positifnya dengan bidang lain dari ajaran-Nya. Ini yang Ia katakan dalam Khotbah di Bukit: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7-8).

Perhatikan 3 pernyataan positif itu. Siapa saja yang minta menerima; siapa saja yang mencari mendapatkan; siapa saja yang mengetok pintu dibukakan. Dalam Matius 21:22, Yesus berkata: “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

Lagi, dalam Markus 11:24, Yesus berkata: “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

Apakah ada yang mencakup semua lebih daripada kata-kata itu? (Apa saja).

Dalam penutupan pembahasan-Nya dengan murid-murid-Nya dalam injil Yohanes, Yesus menjamin kita – tiga kali – bahwa Allah akan menjawab doa-doa kita. Lihat kata-kata ini: “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (Yohanes 14:13-14). (Jika kamu minta apa saja Aku akan melakukannya). Betapa komprehensif! “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7). (Minta apa saja yang kamu kehendaki). Bagaimana Ia bisa mengatakan lebih dari itu? “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yohanes 16:24). (Mintalah maka kamu akan menerima). Ada sukacita khusus ketika doa-doa kita dijawab. Yesus ingin kita memiliki sukacita itu, maka Ia berkata, “Minta.”

Untuk mengetahui Allah Mahabesar, Pencipta surga dan bumi, Penguasa seluruh alam semesta, mendengarkan doa individual, pribadi, bahwa Ia akan melakukan apa yang kita minta pada-Nya, secara individual, satu dari pengalaman paling bergairah yang seseorang bisa alami. Itu yang Yesus ajarkan bukan hanya dengan kata-kata namun juga dengan tindakkan, dan tindakkan-Nya berlanjut bagi kita sampai hari ini. Mari lihat bagaimana kita bisa mengikuti Yesus ke dalam alam doa ini.

Yesaya 53 memberi deskripsi terkenal dan mulia mengenai kerja penebusan Yesus. Ayat penutupnya berbunyi seperti berikut: “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak” (Yesaya 53:12).

Kita melihat empat tindakkan Yesus dicatat di sini. (Ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut). Imamat 17:11, berkata bahwa “Karena nyawa (jiwa) makhluk ada di dalam darahnya.” Yesus menyerahkan nyawa-Nya kedalam maut ketika Ia menyerahkan setiap titik darah-Nya. (Ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak). Ia disalibkan bersama dua orang pencuri. (Ia menanggung dosa banyak orang). Ia menjadi korban penghapus dosa bagi kita semua. (Ia menjadi pengantara bagi pemberontak-pemberontak). Yesus
menjadi pengantara di salib. Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Ia juga berkata, “biarlah penghakiman mereka ditanggungkan ke atas-Ku.”

Namun kehidupan doa Yesus tidak berhenti dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam Ibrani kita membaca: “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk jadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:24-25).

Ayat-ayat ini memberi perspektif menarik pada lini waktu kehidupan Yesus. Ia hidup tiga puluh tahun – tak dikenal – dalam kehidupan keluarga sempurna. Ia hidup tiga setengah tahun dalam pelayanan dramatik penuh kuasa. Hari ini Ia sudah hidup hampir dua ribu tahun sebagai pengantara doa syafaat di surga mewakili orang
percaya. Penulis Ibrani memberi kita pengetahuan lebih jauh mengenai pelayanan Yesus yang terus berlangsung ini: “…dibelakang tabir (kedua)…di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya. Sebab Melkisedek adalah raja
Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi” (Ibrani 6:19-20; 7:1).

Pikirkan ayat-ayat ini dalam ketetapan-ketetapan Tabernakel Musa, di mana tergantung dua tabir besar. Korelasi melewati tabir pertama berarti dipersatukan dengan Kristus dalam kebangkitan-Nya. Di sini kita memiliki lima pelayanan: rasul, nabi, evangelis, pendeta dan pengajar. Korelasi melewati tabir kedua kedalam “Ruang Maha Kudus” berarti melewati kebangkitan sampai kenaikan. Disini orang-orang percaya diidentifikasi dengan Yesus dalam kenaikan-Nya – duduk dengan-Nya di atas takhta-Nya (Efesus 2:6). Dibelakang tabir kedua kita menemukan dua pelayanan besar terakhir.

Ketika penulis Ibrani berkata Yesus telah masuk kedalam tabir kedua menurut peraturan Melkisedek sebagai Imam Besar, ia berkata menurut peraturan surgawi raja dan imam. Di bumi bergairah menjadi rasul jika kita rasul atau bahkan nabi. Ini karunia-karunia luar biasa. Namun Kitab Suci menjanjikan pelayanan lebih bergairah lagi. Dibelakang tabir kedua Yesus adalah Imam dan Raja. Kita memiliki kesempatan berbagi dalam pelayanan itu juga.

Sebagian besar orang mengerti fungsi seorang raja. Untuk memerintah. Partisipasi kita dalam peran imam tidak begitu dimengerti.

Mari kita mulai dengan satu kata yang menggambarkan pelayanan unik imam: “korban.” Dalam kitab Ibrani kita menemukan banyak tempat dimana hubungan ini disebut. Ibrani 5:1, sebagai contoh, berkata, “Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.” Ibrani 8:3 berkata, “Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan.” Imam
mempersembahkan korban. Satu-satunya orang-orang dalam Alkitab yang Allah beri otoritas untuk mempersembahkan korban kepada-Nya adalah imam-imam. (Dua raja, Saul dan Uzia, mempersembahkan korban, dan keduanya dihakimi dengan keras oleh Tuhan karena mereka bukan imam).

Kita mengerti dari ayat-ayat Perjanjian Baru, maka, tidak seorang pun bisa menghampiri Allah dengan korban atau persembahan kecuali orang itu seorang imam. Orang-orang pada umumnya tidak berhak datang kepada Allah dan memberi persembahan, bahkan jika persembahan itu perpuluhan. Mereka harus datang melalui
seorang imam.

Berdasarkan itu, kata-kata yang ditulis oleh Petrus mungkin tampak kontradiksi. Ia mengatakan orang-orang Kristen mula-mula harus menghampiri Allah dengan persembahan korban: “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (1 Petrus 2:5). Kata kerjanya sudah jelas (persembahan); kata bendanya sudah jelas (korban) – dua kata yang berhubungan ini tidak bisa dipisahkan dari imam. Sebagian besar orang Kristen mula-mula bukan imam; demikian pula kita – dan sudah pasti bukan imam-imam Lewi. Apa arti ayat ini? Jawabannya ditemukan dalam teladan yang ditetapkan oleh Yesus.

Selama hidup-Nya di bumi, Yesus bukan imam Lewi. Penulis Ibrani menyatakan ini cukup jelas: “Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat” (Ibrani 8:4). Yesus tidak berasal dari suku Lewi. Ia, karenanya, tidak memiliki hak mempersembahkan korban imam Lewi.

Yesus memiliki keimamatan berbeda, dan keimamatan itu digambarkan dalam Ibrani 6-7. Lihat pada ayat-ayat dari Ibrani: ” “…dibelakang tabir (kedua)…di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya. Sebab Melkisedek adalah raja
Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi” (Ibrani 6:19-20; 7:1). Nama (Melkisedek) dalam Ibrani berarti “raja kebenaran.” Nama mengungkapkannya sebagai raja, dan posisinya imam dari Salem, memiliki arti “damai.” Ia memiliki keimamatan pertama yang disebut dalam Alkitab dalam Kejadian 14:18.

Keimamatan Lewi dibawah Hukum Musa, keimamatan sekunder, inferior. Keimamatan permanen, kekal adalah Melkisedek, menurut peraturan keimamatan Yesus.

Menarik untuk dicatat bahwa Abraham mempersembahkan perpuluhannya kepada Melkisedek. Sebagai balasan, Melkisedek memberi Abraham dua hal: roti dan anggur. Pada Makan Malam Terakhir, ketika Yesus mengambil roti dan anggur dan memberinya kepada murid-murid-Nya, Ia berkata, “Dalam elemen-elemen ini
kamu melihat keimamatan Melkisedek dikembalikan seperti semula dalam-Ku.” Dua praktik ini dalam Gereja – perpuluhan dan Perjamuan Kudus – ketetapan paling kuno dalam pelayanan keimamatan dari Tuhan.

Karena Yesus adalah imam, meski bukan imam Lewi, Ia mempersembahkan korban bahkan ketika di bumi. Ketika kita kembali ke Ibrani, kita menemukan korban yang Ia persembahkan dan bagaimana ini berlaku bagi kita. Disini penulis mengutip Mazmur 110: “sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibrani 5:6-7).

Kata-kata itu (Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek) diaplikasikan pada Yesus. Maka, kita memiliki tiga pengorbanan Yesus berturut-turut dalam peran keimamatan-Nya: Pertama, di bumi, Ia mempersembahkan doa dan permohonan- berteriak kepada Allah; kedua, di salib, Ia mempersembahkan diri-Nya; dan, ketiga, di surga, Ia mempersembahkan pelayanan keimamatan berkelanjutan sebagai pengantara dalam doa syafaat mewakili orang percaya.

Teladan yang ditetapkan oleh Yesus menunjukkan apa yang Allah ingin kita lakukan. Kata-kata ini ditemukan dalam kitab Wahyu: “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.

Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya, Amin” (Wahyu 1:5-6). Melalui pengampunan dosa kita dan penyucian darah Yesus, kita menjadi suatu kerajaan dan imam-imam. Terjemahan lain berkata “raja-raja dan imam-imam” atau “kerajaan imam-imam.” Kita bisa meraih dua fungsi tertinggi yang pernah disediakan bagi manusia. Tujuan dan maksud Allah untuk umat-Nya adalah menjadi (suatu kerajaan imam-imam.)

Apa artinya bagi kita menjadi raja.dan imam? Sebagai raja kita dimaksudkan untuk memerintah dalam Kerajaan-Nya; sebagai imam kita dimaksudkan untuk mempersembahkan korban. Namun perhatikan hubungan spesifik: suatu kerajaan “dan” imam-imam atau suatu kerajaan “dari” imam-imam. Umat Allah bukan satu atau yang lain. Sebagai umat dari suatu kerajaan tanggung jawab kita untuk memerintah dunia bagi Allah. Hanya ketika kita belajar melayani sebagai imam kita bisa melakukan ini.

Korban spiritual apa yang Allah harapkan kita persembahkan? Seperti Yesus mempersembahkan doa dan petisi selama hidup-Nya di bumi, demikian pula kita harus melakukannya. Ketika kita belajar berdoa, maka kita memiliki kualifikasi untuk memerintah.

Memilih untuk mengerti kuasa doa dan mengambil tempat kita sebagai seorang pendoa dalam Kerajaan Allah sangat penting. Coba pikirkan. Apakah kita bersedia mengatakan: “Allah Bapa, jika Engkau bisa menjadikan saya seorang imam untuk Kerajaan-Mu, saya bersedia membayar harganya”? Tidak ada panggilan lebih tinggi.
Ketika berdoa, kita menjangkau takhta. Orang lain mungkin tidak melihat kita karena kita tidak bisa dilihat setelah melewati tabir, namun hidup kita akan diperhitungkan untuk Allah untuk waktu dan kekekalan.

Kita mungkin tidak menganggap diri kita seorang pendoa terlatih sekarang, namun jika kita menyerahkan diri kita, Allah akan membentuk kita. Kemungkinan berarti merubah beberapa cara kita biasanya melakukan hal-hal. Tidak sulit; sangat praktikal. Kita harus belajar bagaimana menghampiri Allah, memenuhi syarat-syarat
dasar untuk mendapatkan jawaban doa.

Kita harus belajar mengenai banyak jenis doa, seperti petisi dan perintah. Kita harus mengerti dimana tempat peperangan spiritual. Kita harus mengerti bagaimana mengetahui kehendak Allah dan berdoa balik pada-Nya. Dimungkin berdoa dengan keyakinan. Ingat (Allah ingin kita berdoa dan mendapatkan apa yang kita doakan).

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply