JANJI ROH
eBahana.com – Kita sudah dengan hati-hati menganalisa pengajaran Perjanjian Baru mengenai baptisan dalam Roh Kudus. Analisa kita termasuk topik- topik: pengalaman; bukti visible; bagaimana membedakan karunia “beragam jenis bahasa lidah”; reaksi emosional dan fisikal.
Ini mengarah kepada pertanyaan praktis: Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sebelum seseorang bisa dibaptis dalam Roh Kudus? Ada dua jalan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama dari sudut pandang Allah, pemberi karunia; kedua dari sudut pandang manusia, penerima karunia. Kita akan membahas pertanyaan ini dari sudut pandang pertama-Allah Sendiri.
Pertanyaan yang kita hadapi memiliki implikasi besar. Berdasarkan apa yang Allah mahakuasa dan kudus bisa tawarkan kepada umat manusia berdosa dan terkutuk-karunia Roh-Nya sendiri untuk mendiami tubuh fisikal mereka? Jalan apa yang Allah bisa buat untuk menjembatani jurang pemisah tak terukur yang memisahkan manusia dengan diri-Nya.
Jawaban atas pertanyaan diatas diberikan melalui rencana penebusan yang dikandung dalam Allah Bapa sebelum permulaan zaman. Pusat kerja seluruh rencana ini adalah pengorbanan kematian Kristus di kayu salib, kebangkitan kemenangan-Nya dan setelah itu kemenangan kenaikkan-Nya ke surga.
Dan sepuluh hari kemudian Ia mencurahkan Roh Kudus ke atas murid-murid-Nya yang menunggu di Yerusalem. Dipandang dari terang ini, “salib” adalah pintu yang membuka jalan kepada “Pentakosta.”
Hubungan antara kenaikkan Yesus dan pencurahan Roh Kudus pada Hari Pentakosta diungkap dalam Yohanes 7:37-39. “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”
Dua ayat pertama dari nas ini mengandung janji Yesus Sendiri, barangsiapa haus baiklah ia datang kepada-Nya dengan iman maka akan dipenuhi dan menjadi saluran aliran-aliran air hidup. Ayat terakhir dari nas menjelaskan dua ayat sebelumnya.
Dalam penjelasan ini penulis menunjukkan dua hal: pertama, janji aliran-aliran air hidup mengacu kepada karunia-karunia Roh Kudus. Kedua, karunia ini tidak bisa diberikan ketika Yesus masih di bumi dalam tubuh jamani-Nya. Karunia ini hanya bisa diberikan kepada orang-orang percaya setelah Yesus kembali ke surga dan masuk kedalam kemuliaan-Nya disebelah kanan Bapa.
Apa arti Roh Kudus tidak bisa diberikan pada waktu itu? Sudah pasti ini tidak berarti bahwa Roh Kudus tidak bisa hadir dalam cara apapun, atau bergerak dan bekerja di bumi, sampai sesudah kenaikkan Kristus ke surga. Sebaliknya, dalam ayat awal kedua Alkitab kita membaca Roh Kudus bekerja di dunia.
“Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kejadian 1:2).
Sejak itu dan seterusnya, melalui seluruh Perjanjian Lama sampai hari-hari pelayanan Kristus di bumi, kita membaca Roh Kudus bergerak dan bekerja di dunia dan diantara umat percaya Allah. Apa perbedaan antara cara Roh Kudus bekerja sampai waktu kenaikkan Kristus dan karunia Roh Kudus, yang disediakan bagi orang-orang percaya Kristen setelah kenaikkan Kristus dan pertama kali diterima oleh murid-murid di Yerusalem pada Hari Pentakosta?
Tiga kata deskriptif yang menyimpulkan ciri-ciri berbeda karunia Roh Kudus ini dan membedakannya dari semua kerja Roh Kudus sebelumnya dalam dunia. Tiga kata ini adalah pribadi, mendiami, dan permanen. Mari kita dengan singkat membahas signifikansi setiap dari tiga ciri ini.
Pertama, karunia Roh Kudus adalah satu pribadi. Dalam percakapan perpisahan-Nya dengan murid-murid-Nya, Yesus mengindikasikan akan ada pertukaran Pribadi-Pribadi ilahi. “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yohanes 16:7).
Sebetulnya, Yesus mengatakan: “Kehadiran-Ku-secara pribadi-Aku akan meninggalkan kamu dan kembali ke surga. Namun, di tempat- Ku-sebagai gantinya-Aku akan mengutus kepadamu Pribadi lain-Roh Kudus. Ini akan lebih berguna bagi kamu.”
Janji kedatangan Roh Kudus sebagai satu Pribadi digenapi pada Hari Pentakosta. Sejak itu, Roh Kudus datang kepada setiap orang percaya secara individu, sebagai satu Pribadi. Kita tidak lagi berbicara hanya pengaruh atau kerja atau manifestasi atau kuasa yang tidak bersifat pribadi. Roh Kudus sama layaknya satu Pribadi seperti Allah Bapa atau Allah Anak, secara individual dan pribadi pada masa kini (dispensasi sekarang) mencari orang percaya.
Dalam pengalaman keselamatan, atau kelahiran baru, orang berdosa menerima Kristus, Anak Allah, Pribadi kedua dari Trinitas. Dalam baptisan dalam Roh Kudus, orang percaya menerima Pribadi ketiga dari Trinitas, Roh Kudus. Dalam setiap pengalaman serupa ada hubungan langsung dan riil dengan satu Pribadi.
Kedua, Roh Kudus pada masa kini (dispensasi sekarang) datang untuk mendiami orang percaya. Dalam Perjanjian Lama gerakan Roh Kudus diantara umat Allah digambarkan dengan frasa seperti: “Roh Allah datang ke atas mereka”; “Roh Allah menggerakkan mereka”; “Roh Allah berbicara melalui mereka.” Semua frasa ini mengindikasikan beberapa bagian kepribadian orang percaya berada dibawah kontrol Roh Kudus. Namun kita tidak pernah membaca dalam Perjanjian Lama bahwa Roh Kudus datang tinggal didalam bait tubuh fisikal orang percaya, mengambil kendali seluruh kepribadiannya dari dalam.
Ketiga, Roh Kudus tinggal dalam orang Kristen secara permanen. Dibawah perjanjian lama, orang-orang percaya mengalami lawatan Roh Kudus dalam banyak cara pada waktu yang berbeda. Namun dalam semua kasus ini Roh Kudus selalu menjadi pengunjung (tamu), tidak pernah menjadi penghuni permanen. Sebaliknya, Yesus menjanjikan kepada murid-murid-Nya ketika Roh Kudus datang kepada mereka, Ia akan tinggal dengan mereka selama- lamanya. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16).
Jadi kita bisa mencirikan karunia Roh Kudus, sesuai yang dijanjikan dalam Perjanjian Baru, dengan tiga ciri berbeda: Pribadi. Selalu ada dalam jiwa. Permanen. Atau, dalam satu frasa pendek, satu pribadi permanen yang tinggal dalam jiwa.
Tiga ciri berbeda karunia ini memberi dua alasan kenapa Roh Kudus tidak bisa diberikan selama Kristus masih tinggal dalam tubuh jasmani-Nya di bumi.
Pertama, sementara Kristus hadir di bumi, Ia adalah perwakilan otoritatif pribadi Allah Bapa. Tidak perlu, dan tidak ada tempat, bagi Roh Kudus untuk juga hadir secara pribadi di bumi pada waktu yang sama. Namun setelah kenaikkan Yesus ke surga, jalan terbuka bagi Roh Kudus, sebagai gantinya, untuk datang ke bumi sebagai satu Pribadi. Sekarang Ia, Roh Kudus, pada masa kini (dispensasi sekarang) adalah perwakilan otoritatif pribadi Allah Bapa di bumi.
Kedua, karunia Roh Kudus tidak bisa diberikan sampai setelah kenaikkan Kristus ke surga karena klaim setiap orang percaya untuk menerimanya bukan berdasarkan kebaikannya sendiri,
namun secara sederhana dan hanya karena kebaikan pengorbanan kematian dan kebangkitan Kristus. Tidak seorangpun bisa menerima karunia, karenanya, sampai kerja penebusan Kristus selesai.
Paulus menghubungkan janji Roh dengan penebusan Kristus. “Kristus telah menebus kita dari hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”
Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima ‘Roh’ yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:13-14).
Paulus disini membangun dua fakta penting mengenai karunia Roh Kudus bagi orang percaya Kristen.
Pertama, hanya melalui kerja penebusan Kristus di kayu salib orang percaya bisa menerima janji Roh. Ini tujuan utama Kristus menderita di kayu salib. Ia mati dan mencurahkan darah-Nya agar Ia dimungkinkan membeli dengan jalan itu dua kali ganda hak legal: hak-Nya sendiri untuk menganugerahi dan hak orang percaya untuk menerima, karunia berharga Roh Kudus ini.
Jadi, bisa menerima karunia Roh tidak bergantung pada kebaikan apapun orang percaya, melainkan hanya pada penebusan Kristus. Melalui iman, bukan perbuatan.
Kedua, kita melihat Paulus menggunakan frasa “janji Roh,” karena ia berkata, “sehingga oleh iman kita menerima ‘Roh’ yang telah dijanjikan itu.” Ini sepakat dengan janji terakhir Yesus kepada murid- murid-Nya sebelum kenaikkan-Nya ke surga.
“Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang ‘dijanjikan Bapa-Ku.’ Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49).
Yesus disini berbicara kepada murid-murid-Nya mengenai baptisan Roh Kudus yang mereka akan terima di Yerusalem pada Hari Pentakosta. Ia menggunakan dua frasa untuk menggambarkan pengalaman ini. Ia mengacu kepadanya dengan “diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” dan juga “apa yang dijanjikan Bapa-Ku.”
Frasa kedua, “apa yang dijanjikan Bapa-Ku,” memberi kita pengertian kedalam pikiran dan tujuan Allah Bapa mengenai karunia Roh Kudus. Seseorang secara konservatif memperkirakan Alkitab mengandung tujuh ribu janji yang berbeda diberikan oleh Allah kepada umat percaya-Nya. Namun diantara semua tujuh ribu janji itu, Yesus mengkhususkan satu dari semua sebagai janji khusus Bapa untuk setiap anak-anak percaya-Nya. Apa janji unik dan khusus itu?
Paulus menyebutnya “janji Roh.”
Pada hari Pentakosta-pada hari dimana janji digenapi-Petrus menggunakan bentuk kotbah serupa. “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” (Kisah Para Rasul 2:38-39).
Petrus disini menggabung kata “karunia” dan “janji.” Ia mengacu pada karunia khusus apa yang dijanjikan? Sama seperti yang diucapkan oleh Yesus dan Paulus-janji Roh. Ini janji Bapa yang Ia rencanakan dan persiapkan sepanjang zaman yang jauh, yang Ia bisa berikan kepada anak-anak percaya-Nya melalui Yesus Kristus dalam zaman sekarang (dispensasi masa kini).
Paulus juga menyebut janji ini “berkat Abraham” (Kejadian 3:14). Jadi ia menghubungkannya dengan tujuan tertinggi Allah memilih Abraham bagi diri-Nya Sendiri. Ketika Allah pertama kali memanggil Abraham keluar dari Ur-Kasdim, Ia berkata: “Aku akan memberkati engkau…engkau akan menjadi berkat…olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12:2-3).
Dalam berurusan dengan Abraham seterusnya, Allah menegaskan kembali tujuan berkat-Nya berkali-kali. “Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah…..Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 22:17-18).
Untuk berkat spesifik apa semua janji-janji Allah ini dinantikan?
Kata-kata Paulus memberi jawabannya: “Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:14). Untuk membeli berkat ini, yang dijanjikan kepada keturunan Abraham, Yesus mencurahkan darah-Nya di kayu salib.
Namun, pelaksanaan kerja final penebusan Kristus tidak terjadi di bumi, melainkan di surga. “Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia,-artinya yang tidak termasuk ciptaan ini,-dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan
dan darah anak lembu, tetapi dengan ‘membawa darah-Nya sendiri.’ Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan kekal” (Ibrani 9:11-12).
Sebagai orang-orang percaya dalam perjanjian baru, kita telah sampai kepada:
“Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel” (Ibrani 12:24).
Nas-nas dalam Ibrani ini mengungkapkan bahwa kerja penebusan Kristus belum final dilaksanakan dengan mencurahkan darah-Nya di kayu salib di bumi, namun kemudian setelah Ia masuk membawa darah-Nya ke hadirat Bapa. Disana Ia mempersembahkan darah itu sebagai satu penebusan dosa final untuk semua dosa. Darah Kristus ini, sekarang dipercikan di surga, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Darah Kristus dikontras dengan darah Habel dalam dua hal. Pertama, darah Habel dipercik di atas bumi, sementara darah Kristus dipersembahkan dan dipercik di surga. Kedua, darah Habel memohon kepada Allah menuntut pembalasan atas pembunuhnya, sementara darah Kristus berbicara kepada Allah di surga untuk belas kasihan dan pengampunan.
Pewahyuan ini, yang diberikan dalam Ibrani, mengenai Kristus melengkapi penebusan dengan mempersembahkan darah-Nya sendiri dihadapan Bapa di surga memungkinkan kita mengerti kenapa karunia Roh Kudus tidak bisa diberikan sampai Kristus sudah “dimuliakan.” Roh Kudus diberikan tidak berdasarkan pada perbuatan orang-orang percaya melainkan berdasarkan pada penebusan Kristus.
Penebusan ini tidak lengkap sampai darah Kristus dipersembahkan di surga dan Allah Bapa mendeklarasikan kepuasan absolut-Nya dengan pengorbanan penebusan ini. Setelah itu diberinya Roh Kudus kepada mereka yang percaya dalam Kristus adalah kesaksian umum dari kerajaan tertinggi surga bahwa darah Kristus diterima selama-lamanya sebagai perdamaian bagi seluruh dosa manusia. “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran” (1 Yohanes 5:6).
Kita melihat Roh Kudus memberi kesaksian mengenai darah Yesus. Dengan kata lain, diberinya Roh Kudus kepada mereka yang percaya dalam Yesus merupakan kesaksian bersama Bapa dan Roh dalam kesatuan atas pemenuhan syarat darah Yesus untuk membersihkan orang percaya dari semua dosa.
Ini harmonis dengan pengajaran Petrus pada Hari Pentakosta mengenai pencurahan Roh Kudus. Setelah berbicara mengenai kematian dan kebangkitan Kristus, Petrus mengatakan: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:33).
Kristus pertama membeli penebusan manusia dengan pengorbanan kematian dan kebangkitan-Nya. Lalu Ia naik kepada Bapa-Nya di surga dan mempersembahkan darah-Nya sebagai bukti dan meterai dari penebusan dosa manusia. Setelah Bapa menerima darah-Nya, Kristus menerima dari Bapa karunia Roh Kudus untuk dicurahkan ke atas mereka yang percaya kepada-Nya.
Kita bisa simpulkan pewahyuan Kitab Suci mengenai rencana Allah untuk memberi kepada semua orang percaya karunia Roh Kudus.
Implisit dalam pilihan Allah atas Abraham adalah janji berkat Roh Kudus untuk semua bangsa-bangsa melalui Kristus. Dengan darah- Nya dicurahkan di kayu salib, Kristus membeli untuk semua orang percaya hak legal atas berkat ini. Setelah mempersembahkan darah- Nya di surga, Kristus menerima dari Bapa karunia Roh Kudus. Pada Hari Pentakosta, Roh Diri-Nya sendiri, yang adalah karunia, dicurahkan dari surga ke atas orang-orang percaya yang menunggu di bumi.
Jadi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus semua bertiga terlibat dalam perencanaan, membeli, dan menyediakan janji tertinggi dan terbesar dari semua karunia ini, untuk semua umat percaya Allah.
OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.