Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Gereja Sejati adalah Mempelai Kristus – Bagian 6




eBahana.com – Campuran kebenaran dan kepalsuan, kebaikan dan kejahatan, sudah mulai menginfiltrasi gereja. Kita kemungkinan menjadi bingung dan tertipu jika kita gagal membedakan antara dua gereja yang berlawanan di bumi hari ini: gereja sejati dan gereja palsu.

Dalam 2 Korintus 11:2, Paulus menjelaskan maksud Allah mengenai gereja sejati: “Sebab aku cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.”

Ini pernyataan yang luar biasa, mengingat jenis orang-orang dalam jemaat gereja di Korintus: pelacur, homoseks, lesbian, pemabuk, pezina, pemeras, dan lain-lainnya. Namun Paulus membayangkan gereja yang dibuat layak sebagai perawan suci untuk Tuhan Yesus Kristus melalui kuasa darah Yesus dan kerja pengudusan Allah.

Setelah mendirikan gereja di Korintus, Paulus mengklaim tanggung jawab mempertunangkan gereja kepada Kristus.

Jadi konsep pertunangan gereja dengan Yesus Kristus adalah analogi yang tepat. Siapa pun yang sudah membuat komitmen pada Kristus sudah dipertunangkan, namun belum dikawinkan dengan Yesus.

Wahyu 19:7 memberi gambaran indah perkawinan yang akan segera terjadi: “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”

Seluruh surga – seluruh alam semesta, sesungguhnya – dengan penuh semangat menunggu perkawinan Domba. Allah memperlakukan mempelai-Nya – gereja sejati – dengan kasih, berkat, dan persediaan melimpah. Ia akan berbagi takhta-Nya dengannya untuk kekekalan. Konsep pertunangan antara Kristus dengan gereja menolong kita mengerti hubungan benar kita dengan-Nya dan atribut benar gereja sebagai mempelai-Nya.

Pada zaman Paulus, pertunangan lebih mengikat daripada tukar cincin pada kebudayaan masa kini. Hari ini, satu pasangan boleh membatalkan tukar cincin mereka tanpa akibat. Dalam kebudayaan alkitabiah, meski demikian, pertunangan adalah komitmen sakral dan resmi, hampir mengikat seperti perkawinan.

Memutus sumpah pertunangan sama dengan memutus sumpah perkawinan. Ketika seorang perempuan bertunangan dengan seorang laki-laki, perayaan pernikahan segera dilakukan setelah itu, menyatukan mereka secara legal sebagai suami istri. Gereja sejati memiliki komitmen total kepada Yesus, dan Ia kepadanya.

Penyucikan dan pemurnian mempersiapkan gereja untuk dikawinkan dengan Mempelai-nya, Kristus. Wahyu 19:8 menggambarkan gereja mempersiapkan perkawinannya: “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus).” Ia akan dihiasi dengan perhiasan – karunia-karunia Roh Kudus.

Paulus menulis dalam suratnya pertama kepada orang-orang Korintus, “Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.

Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu.

Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.

Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Korintus 1:4-8).

Ketika seorang laki-laki melamar kawin seorang perempuan, ia biasanya memberinya cincin berlian indah. Apakah kita bisa membayangkan seorang perempuan setuju menerima lamaran perkawinan tetapi menolak cincinnya? Respons ini menggambarkan batalnya perkawinan.

Dengan cara yang sama, gereja yang menolak anugerah karunia- karunia spiritual Yesus kemungkinan tidak akan menjadi mempelai- Nya. Ia perlu menerima karunia-karunia-Nya, sepenuhnya dilengkapi dan dihiasi cantik untuk hari perkawinannya. Yesaya 61:10 memuji Allah untuk pekerjaan penghiasan-Nya ini: “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki- laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”

Meski beberapa orang Kristen sudah mengenakan pakaian keselamatan, mereka belum mengenakan jubah kebenaran. Ketika Yesus menyelamatkan kita, Ia menyelubungi kita dengan pakaian ini; jika prospek ini tidak menggairahkan kita sebagai cincin pertunangan, kemungkinan ada sesuatu yang salah.

Lagi, gereja mempersiapkan dirinya, “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus)” (Wahyu 19:8). Pakaian keselamatan dirajut dari banyak benang lenan yang merepresentasi perbuatan- perbuatan benar yang kita lakukan; jika demikian, banyak perbuatan-perbuatan benar diperlukan untuk membuat seluruh gaun.

Apakah beberapa dari kita memiliki cukup bahan untuk merajut gaun seperti itu. Beberapa dari kita mungkin berpakaian minim; mengantisipasi hari perkawinan membuat kita mempercepat pembuatan gaun perkawinan untuk menutupi kita seluruhnya.

Karakteristik lain gereja sebagai pengantin perempuan adalah antisipasi penuh hasrat kedatangan Mempelai-nya. Ibrani 9:28 berkata, “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan [keselamatan] kepada mereka, yang menantikan Dia.” Gereja sejati bergairah mengenai kedatangan Kristus. Ia akan menyatakan kepada mereka yang dengan bergairah menunggu-Nya. Apakah kita bisa membayangkan seorang pengantin perempuan bermalas-malasan atau bosan ketika ia mendengar bahwa mempelai laki-lakinya dalam perjalanan? Titus 2-12-13 mengatakan pada kita “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.”

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus memiliki komitmen penuh pada gereja sejati, berserah pada Kristus, Mempelai-nya. Hubungan ini dicontohkan oleh Paulus dalam Efesus 5:22-23: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.

Dialah yang menyelamatkan tubuh.”

Kristus adalah Kepala gereja, dan hubungan-Nya dengannya sama dengan suami pada istrinya. Seperti istri setia berhubungan dengan suaminya, begitupula gereja berhubungan dengan suaminya, Yesus Kristus. Hubungan ini di karakteristikan dengan kasih, kehormatan, penyerahan, kesetiaan, dan melayani dengan kasih. Seorang isteri berserah pada suaminya; gereja berserah pada Kristus.

Dalam Efesus 5:25-27, Paulus melanjutkan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman.”

Ketika gereja berserah pada Allah, mengalir kemuliaan-Nya dan menjadi indah. Allah akan membawa kekudusan pada gereja-Nya dengan permandian air Firman-Nya.

Bahasa Yunani mempunyai dua istilah untuk “kata”: “logos,” yang berarti kata yang tertulis, dan “rhema,” yang berarti kata yang diucapkan. Iman hasil dari mendengar “rhema,” dan maka pemberitaan dan pengajaran Firman Allah akan menyucikan gereja- Nya.

Dalam Efesus 4:15-16, Paulus menggunakan analogi anatomikal untuk menggambarkan hubungan kita dengan Kristus: “…tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih (kita) bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Dari pada-Nyalah seluruh tubuh,- yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”

Seluruh tubuh bergantung pada kepala, melaluinya mendapatkan instruksi untuk tumbuh, mendapatkan makanan, dan berfungsi dengan efektif. Begitu pula dengan tubuh Kristus, persekutuan yang terdiri dari semua orang percaya. Hubungan yang rusak dengan Kepala menghilangkan tubuh Kristus dari kehidupan rohani yang memberi makanan dan pengarahan. Penipuan merusak hubungan ini. Paulus memperingatkan orang-orang percaya mengenai ini dalam Kolose 2:18-19: “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada pengelihatan-pengelihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi- sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.”

Ketika kita memutus hubungan dengan Kepala, kita semua jatuh kedalam kesalahan, penipuan, atau pengajaran palsu yang mengkontradiksi kebenaran Allah. Orang-orang percaya bisa menghindari bahaya-bahaya ini dengan mempertahankan hubungan benar dengan Yesus Kristus, Kepala. Jangan biarkan siapapun ikut campur dalam hubungan pribadi kita dengan-Nya.

Yesus Kristus sebagai Kepala kita memiliki empat fungsi utama yang bisa dimengerti dalam terang fungsi-fungsi kepala sehubungan dengan tubuh.

Pertama, kepala menerima masukan, dari lingkungan luar melalui lima panca indera, dan dari sistim internal, seperti organ dan sel-sel yang berkomunikasi dengan saraf reseptor di otak. Allah mendengar kita – Ia tahu pikiran-pikiran kita, kebutuhan-kebutuhan kita, dan kerinduan-kerinduan kita.

Kedua, kepala membuat keputusan-keputusan, mengatakan pada tubuh apa yang harus dilakukan. Kepala memiliki satu-satunya kemampuan membuat keputusan. Dalam Yohanes 15:16, Yesus mengatakan pada rasul-rasul-Nya, “Kamu tidak memilih Aku, namun Aku memilih kamu.” Allah memilih untuk menyelamatkan kita; inisiatif untuk menebus orang-orang dunia dimulai bukan dari dunia atau penduduknya, namun dari Allah. Ia memilih mereka dari kita yang akan berbuah abadi, seperti Yesus menjelaskan terperinci dalam Yohanes 15:16: “Aku…telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”

Ketiga, kepala menginisiasi tindakkan. Pergerakkan intensional otot tubuh merespons pada rangsangan yang dikirim oleh otak. Kita bisa membuat program-program agamawi sebanyak mungkin di gereja, namun jika Allah tidak menginisiasinya, mereka tidak akan menghasilkan buah, apalagi buah abadi.

Keempat, kepala mengkoordinasi aktifitas bagian-bagian tubuh, yang melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuatnya.

Pilihan Allah penting untuk kehidupan kita sebagai orang Kristen, dan Allah terlibat dalam kehidupan kita sampai tingkat yang Ia sudah tahbiskan apa yang harus kita kejar. Ambil perkawinan, sebagai contoh. Jika kita mempertimbangkan untuk kawin, disarankan kita kawin dengan orang yang Allah pilih. Jangan putuskan sendiri.

Mari kita pertimbangkan contoh dimana murid-murid Yesus bertanya untuk tuntunan mengenai urusan penting pelayanan. Sebelum hari Pentakosta, sebelas rasul berkumpul di Yerusalem. Satu dari rasul mula-mula hilang,Yudas Iskariot – dan harus ada dua belas rasul, seperti harus ada dua belas fondasi dan dua belas gerbang di tembok Yerusalem Baru (lihat Wahyu 21:12, 14).

Petrus, sebagai pemimpin, tahu bahwa satu hilang, maka ia berkata, “Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya” (Kisah Para Rasul 1:21-22).

Petrus mensyaratkan kualifikasi-kualifikasi spesifik untuk rasul keduabelas: ia harus pernah hadir sepanjang pelayanan Yesus, dan ia harus pernah menyaksikan Yesus sejak kebangkitan sampai kenaikan-Nya.

Dua orang memenuhi kualifikasi-kualifikasi ini: “Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias” (Kisah Para Rasul 1:23). Di titik ini, rasul-rasul membuang undi; pengertian mereka sendiri tidak bisa lebih jauh. Menginginkan pilihan Allah, mereka tidak tahu apa-apa, selain melakukan undi, melempar koin secara acak, untuk mengijinkan pilihan Allah memanifestasi sendiri. Kisah Para Rasul 1:24-26 mengatakan, “Mereka semua berdoa dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.”

Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.”

Matias pilihan Allah sebagai rasul ke duabelas. Pilihan Allah mengekspresi inisiatif-Nya, dan inisiatif Allah mengekspresi kepemimpinan-Nya. Gereja harus bertobat dari tindakkan angkuh, gegabah dan lancang karena dengan memaksakan inisiatif mereka sendiri menyangkal kepemimpinan Yesus.

Orang-orang percaya melakukan yang sama dalam mencari pilihan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 13:1-2, “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.

Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.”

Sementara mereka menunggu keputusan Tuhan, nabi-nabi dan pengajar-pengajar berpuasa dan menyembah. Seberapa sering gereja menghampiri Allah dengan agenda nya, kebalikkan dari bertanya pada-Nya, “Apa agenda-Mu?” Allah tidak disana hanya untuk memberi cap stempel persetujuan pada ide-ide kita.

Orang-orang ini adalah rasul-rasul bukan karena keinginan mereka sendiri melainkan dari Allah, karena rasul “diutus.” Tindakkan mengutus mengimplikasi pengirim; dalam kasus ini, Allah mengamanatkan pelayanan mereka dan mengirim mereka keluar. Menarik untuk dicatat, meski demikian, walaupun inisiatifnya keluar dari Allah Bapa melalui Yesus Kristus Anak dan melalui Roh Kudus, orang-orang ini tidak disebut rasul sebelum gereja mengutus mereka keluar. Allah tidak melangkahi gereja dalam menetapkan pelayanan-pelayanan.

Dalam 1 Tesalonika 1:9-10, Paulus menulis kepada beberapa orang- orang Kristen mula-mula mengenai dampak injil di Tesalonika: “Sebab mereka sendiri bercerita tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.” Orang-orang Kristen bertanggung jawab melayani dan menunggu.

Dua fungsi ini mendefinisi totalitas kehidupan Kristen. Melayani bukan segalanya; melayani harus juga dibarengi dengan menunggu atau berdiam diri (lihat Mazmur 46:10).

Alkitab membuat lebih dari lima puluh referensi perlunya menunggu Allah. Alkitab New International Version memberi terjemahan jelas Yesaya 64:4: “Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian.” Allah bertindak mewakili mereka yang menanti-nantikan-Nya. Menunggu adalah tanda iman; menegaskan kepercayaan kita dalam pemeliharaan Allah. Menunggu juga mengakui ketergantungan kita pada Allah.

Gereja tidak akan progres melewati posisinya hari ini sampai mereka belajar menanti-nantikan Allah. Yesus akan kembali pada gereja yang menunggu-Nya, dan dalam pemeliharaan Allah, satu masa akan datang ketika kita akan berhenti melayani dan hanya akan menunggu. Pelayanan akan selesai; tinggal menunggu.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply