Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Gaya Hidup Khusus dan Anak-Anak Laki-Laki dan Perempuan Allah – Bagian 3




eBahana.com – Kita sudah membahas hasil spesifik mendengarkan suara Allah – tidak ternilai tingginya. Apa hasilnya? Iman. Ini hasil yang jika kita ikuti, sangat berharga mendengar suara Allah.

Kita juga berbicara tentang dua istilah Yunani yang diterjemahkan sebagai “firman” dalam Perjanjian Baru. Pertama “logos” – nasihat tidak berubah, kekal, ilahi Allah di surga selama-lamanya. Kita menyadari pikiran terbatas manusia tidak bisa sepenuhnya mengerti “logos.” Kata kedua, “rhema,” solusi untuk mengatasi keterbatasan pengertian kita akan pikiran dan nasihat Allah. “Rhema” firman yang Allah ucapkan pada kita secara individual – yang dihidupkan oleh Roh Kudus. “Rhema” membawa kepada kita nasihat Allah yang kita butuhkan saat tertentu. Ketika Tuhan mengirim kita firman “rhema”, Ia membuatnya jelas dan bersifat pribadi pada kita.

Iman datang pada kita melalui mendengarkan firman pribadi Allah yang diucapkan ini. Bisa datang pada kita melalui Kitab Suci atau bahkan melalui yang orang lain katakan pada kita. Namun selalu datang dengan pimpinan Roh Kudus.

Kita akan mempelajari gaya hidup khusus yang dihasilkan dari mendengarkan suara Allah. Orang-orang yang belajar mendengar suara Allah memiliki hidup berbeda dari orang-orang lain. Mereka “tidak bisa” sama setelah mendengarkan nasihat dan pikiran Tuhan.

Kita kembali ke jawaban Yesus pada Satan (Iblis) selama konfrontasi mereka di belantara ketika setan mencobai-Nya untuk merubah batu menjadi roti: “Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4).

Istilah Yunani yang menggambarkan “firman” diatas adalah “rhema” – “setiap rhema” yang keluar dari mulut Allah. Kata kerja “keluar” sedang berlangsung pada masa sekarang; yang berarti mendengarkan suara Allah adalah hubungan pribadi langsung dengan Tuhan.

Karakteristik “keluar” firman “rhema” berarti, datang secara instan – selaras dengan Allah – langsung disana. “Rhema” bukan dimasa lalu, dan bukan dimasa depan, melainkan disini dan sekarang. Firman yang kita terima berkelanjutan – keluar dari Allah untuk saat itu, untuk waktu itu, untuk situasi itu. Ini jenis firman yang hidup terus menerus.

Dalam Matius 4:4, Yesus mengutip Ulangan 8:3, yang mengacu pada Allah memelihara orang-orang Israel makan manna di belantara.

Dengan analogi ini, Yesus membandingkan “rhema” dengan roti natural. Seperti roti natural memberi makan tubuh fisikal kita, firman pribadi Allah yang keluar memberi makan roh kita. Memberi makan batin kita. Kita harus mengakui untuk menjaga tubuh kita hidup dan sehat, kita butuh roti natural. Untuk menjaga roh kita hidup dan sehat, kita butuh roti spiritual – firman yang keluar, firman pribadi dari Allah. Kita perlu mendengar suara Tuhan yang datang pada kita.

Firman ini yang kita perlu untuk memberi makan roh kita datang “hanya” melalui Roh Kudus – dan kita harus mendengarnya. Jika kita hanya membaca Alkitab di depan kita, semua yang kita dapatkan hanya lembaran kertas putih dengan huruf hitam. Kita tidak bisa mendengar huruf-huruf itu. Ini mustahil. Bagaimana itu bisa menjadi suara – komunikasi yang diucapkan yang kita bisa dengar? Hanya satu kuasa dalam alam semesta yang bisa merubah huruf-huruf hitam itu menjadi suara Allah – dan kuasa itu adalah Roh Kudus.

Sebagai tubuh-Nya penting kita terkoneksi dengan Kepala. Kita melihat Roh Kudus yang melalui Yesus berkomunikasi, mengarahkan, mengendalikan, dan melestarikan tubuh-Nya.

Bisakah kita melihat bagaimana pewahyuan “rhema” ini berhubungan dengan kebenaran-kebenaran itu?

“Secara total” kita bergantung pada Roh Kudus. Roh Satu yang membawa firman “rhema” pada kita dalam situasi apa pun. Ia membawa kita firman dari Allah yang kita butuhkan sekarang. Roh Kudus menghidupkan fiman itu, mengimpartasi kehidupan padanya, membuat suaranya hidup untuk kita dengar. Melalui mendengarkan firman Allah, kita terkoneksi kuat dengan Kepala tubuh, Tuhan Yesus, melalui Roh Kudus. Roh memimpin dan mengarahkan kita semua hidup melalui proses itu – setiap momen setiap hari – dengan “rhema” yang Ia berikan pada kita.

Memiliki kehidupan yang ditandai dengan mendengarkan suara Allah membuat kita berbeda dari sebagian besar orang lain disekitar kita. Mengembangkan gaya hidup ini adalah proses bertumbuh dalam kehidupan kita. Tolong catat apa yang Paulus katakan tentang proses ini dalam Roma 8:14: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”

Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “anak laki-laki” dalam ayat ini tidak mengacu pada anak kecil namun pada orang dewasa.

Bagaimana kita hidup sebagai anak-anak dewasa Allah? Hanya ada satu jalan: dengan dipimpin oleh Roh-Nya secara reguler. Seperti kita lihat dalam Matius 4:4 sehubungan dengan firman yang “keluar,” kata Yunani untuk “dipimpin” dalam Roma 8:14 berlangsung sekarang. Arti ayat ini dalam Roma jelas. Mengacu pada orang-orang yang “secara reguler” atau “secara terus menerus” dipimpin oleh Roh Allah. Individu-individu yang dikenal sebagai anak-anak laki-laki dan perempuan Allah.

Sedihnya, beberapa orang yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus tahu paling sedikit tentang dipimpin oleh-Nya. Orang- orang yang menjadi bagian dari denominasi Pentakosta selama berpuluh-puluh tahun dan mendapat keselamatan disana. Berkata, “Saya dibaptis dalam Roh Kudus beberapa tahun yang lalu, dan saya berdoa dengan bahasa lidah, dan itu saja yang saya butuhkan.” Beberapa orang ini sebenarnya jauh dari sentuhan Roh Kudus hari ini. Bertemu Roh Kudus bukan pengalaman satu kali. Melainkan hubungan terus menerus.

Efesus 2:18-22 banyak berkata mengenai hubungan kita dengan Roh. Kita lihat dua ayat dari nas ini, dimulai dengan ayat 18: “Karena oleh Dia (Yesus) kita kedua pihak (Yahudi dan non-Yahudi) dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”

Ayat ini menyebut semua tiga pribadi Trinitas? “Melalui” Yesus, “dalam” satu Roh, “kepada” Bapa. Itu pola yang sehat untuk interaksi kita dengan Tuhan.

Selanjutnya, ayat 22 memberi kita deskripsi orang-orang percaya ini: “Di dalam Dia (Yesus) kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman (tempat tinggal) Allah, di dalam Roh.”

Melalui Roh, Allah tinggal dalam mereka dalam Yesus. Dalam dua aspek dan arah interaksi itu – keatas dan kebawah – penghubungnya adalah Roh Kudus. Jika kita tidak melibatkan Roh Kudus, tidak ada koneksi. Kita bisa memiliki semua macam doktrin bagus dan aktifitas agamawi, namun jika Roh Kudus tidak disana, kita tidak memiliki kontak dengan Bapa. Roh “satu-satunya” jalan melaluinya kita bisa memilki akses pada Bapa.

Jadi, apa yang membuat kita anak-anak laki-laki dan perempuan Allah? Dipimpin oleh Roh Kudus.

Ada banyak cara berbeda dimana Roh Kudus bekerja dalam hidup kita. Mari kita pelajari dua dari cara itu. Pertama, kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, menjadi anak-anak baru lahir – bayi-bayi – dalam Kristus. Dalam surat pertamanya, Petrus berkata, “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani” (1 Petrus 2:2). Kita mulai sebagai bayi baru lahir, yang menginginkan air susu Firman Allah. Namun, menginginkan Firman saja, tidak membuat kita menjadi anak-anak laki-laki dan perempuan dewasa Allah. Kita menjadi dewasa hanya dengan “dipimpin oleh Roh Kudus.”

Semua yang dipimpin Roh Allah adalah anak-anak laki-laki dan perempuan Allah. Mereka bukan bayi, bukan anak-anak, melainkan dewasa. Tolong catat lagi bahwa dipimpin oleh Roh ini realita terus menerus saat ini – semua yang “terus menerus” dipimpin oleh Roh Allah. Ini bukan sesuatu yang hanya terjadi sekali. Bukan juga sesuatu yang kita alami sekali seminggu di kebaktian gereja. Namun, terus menerus setiap waktu dalam kehidupan kita sehari-hari. “Roti tiap hari” kita. Kita dipimpin sementara kita mendengar suara Tuhan melalui Roh Kudus. Sementara kita mendengar suara-Nya, kita menerima pengarahan untuk hidup kita.

Gaya hidup yang digambarkan diatas – menerima firman Allah sebagai roti tiap hari kita, memiliki Roh Kudus berbicara pada kita secara pribadi adalah gaya hidup Yesus Sendiri. Kristus bukan hanya mengkotbahkan cara hidup ini, namun Ia juga mempraktikkannya.

Dalam Yesays 50:4-7, ada gambaran nubuatan indah kehidupan Tuhan kita di bumi. Digambarkan pelayanan-Nya dan hubungan tiap hari terus menerus dengan Allah Bapa. Yesus pembicara dalam nas ini, dimulai, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu” (Yesaya 50:4).

Kita tahu Yesus bisa mengatakan firman yang menopang orang yang letih lesu. Bagaimana itu dibuat mungkin?

“Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (ayat 4).

Itu rahasia Yesus. Allah mempertajam kuping-Nya setiap pagi. Ia mendengar suara Bapa-Nya berbicara pada-Nya, menuntun-Nya, dan memberi-Nya instruksi dan kekuatan untuk hari itu. Kita membaca lebih tentang proses ini dalam Yesaya 4:5: “Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.”

Dalam ayat selanjutnya, kita memiliki gambaran nubuatan sangat jelas Yesus dalam penderitaan-Nya: “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku” (Yesaya 50:6).

Kenapa Yesus bersedia memikul semua itu? Bagaimana Ia menerima kekuatan untuk itu? Ini jawabannya: dengan mendengarkan suara Bapa. Setiap pagi, Yesus mendengar dari Bapa-Nya sebelum Ia mengkomunikasikan pada umat manusia.

Yesaya 50:7 melanjutkan berbicara tentang hasil dari hubungan dewasa ini dengan Bapa: “Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.”

Dari nas dalam Yesaya ini, mari kita ringkas apa yang Yesus alami sebagai hasil mendengarkan Bapa setiap hari: Pertama, Ia memiliki (perkataan untuk memberi semangat baru) kepada orang yang letih lesu. Kedua, Ia mempertajam pendengaran untuk mendengar (pengarahan pribadi dari-Nya Sendiri). Ketiga, (memperoleh ketaatan). Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Kita perlu melihat mendengarkan dan melakukan suara Allah menghasilkan ketaatan. Keempat, Ia menerima kekuatan melalui semua yang Ia harus pikul. Ia memerlukan lebih dari kekuatan manusia; Ia butuh pemberdayaan supernatural. Bagaimana Ia menerimanya? Melalui mendengarkan suara Bapa. Kelima, Ia “menerima kebulatan tekad.” Dalam ketaatan-Nya, Yesus berkata, “Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.”

Yesus mendapatkan semua hasil-hasil ini dengan mendengarkan suara Bapa. Bahkan lebih luar biasa bagi kita kebenaran ini: dengan mendengarkan suara Roh Kudus, kita akan menerima hasil-hasil yang sama seperti yang Yesus terima. Ketika kita mengkultivasi kebiasaan membiarkan Tuhan membangkitkan kuping kita setiap pagi, kita akan mengalami apa yang Yesus alami. Ketika kita mulai mendengarkan suara Bapa setiap hari, kita akan hidup seperti anak- anak laki-laki dan perempuan Allah yang dipimpin oleh Roh-Nya.

Mari kita berdoa minta keinginan kita pada Tuhan: “Tuhan, saya ingin hidup mendengarkan suara-Mu setiap langkah. Tolong Engkau “buka kuping saya” setiap pagi. Biarkan saya mendengar suara-Mu dan tolong saya mentaati apa yang Engkau katakan pada saya. Ini doa saya, Tuhan. Tolong penuhi permohonan saya dengan kuasa Roh Kudus. Dalam nama Yesus. Amin.”

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply