Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Yesus dan Politik (Part VII)




eBahana.com – POLITIK ITU BAYAR HARGA

Setelah Yesus melakukan pelayanan seperti mengajar, menyembuhkan orang lumpuh, kusta dan penyakit yang lainya Ia datang ke rumah cukai dan berkata, “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Dia tidak menutup kemungkinan sama dengan para murid sebelumya yang telah mengenal, mengetahui atau mendengar sebelum ia menjadi murid-Nya. Sehingga ketika diajak untuk mengikut Dia, tidak melakukan bantahan apapun.

Setelah dia mendengar perkataan-Nya lalu berdiri dan mengikuti Dia tanpa berpikir dua kali meninggalkan pekerjaannya. Apakah pekerjaan yang dilakukan Matius sehingga banyak masyarakat Yahudi yang sangat benci kepadanya. Profesi yang dimilikinya adalah pemungut cukai atau penarik pajak untuk kekaizaran Romawi. Yang menjadi pertanyaan di mana yang salah dengan pekerjaan pemungut cukai? Mereka menarik pajak dengan kejam tidak manusiawi dan memaksakan kehendak sendiri. Di samping itu para pemungut pajak menarik pajaknya melebihi ketentuan yang telah ditetapkan oleh kekaizaran Romawi. Para pemungut cukai sering juga disebut pengkianatnegara karena mereka bekerja untuk bangsa penjajah. Oleh karena hal di atas maka wajar jika masyarakat Israel mengucilkan mereka dalam pergaulan sosial masyarakat.

Keputusan Matius untuk mengikut Yesus (menjadi murid-Nya) itu bukannya tanpa menanggung resiko, walalupun di dalam Alkitab tidak dijelaskan apakah setelah mengikut Dia Matius meninggalkan pekerjaannya atau tetap memungut cukai dengan perilaku yang sesuai dengan norma kemanusiaan, agama dan norma-norma yang lainya. Atau dia menarik pajak sesuai semua ketentuan yang sudah ditetapkan kekaizaran Romawi. Dengan meninggalkan pekerjaan atau tetap menjadi pemungut cukai dengan berperilaku jujur juga tetap menanggung resiko yang cukup besar karena pendapatannya berkurang atau hilang sama sekali. Jika meninggalkan pekerjaan bagaimana ia berekonomi untuk menghidupi keluarganya. Tetapi Matius berani menanggung resiko atas pilihan untuk mengikuti Dia dan menjadi murid-Nya. Memang secara akal sehat manusia ia dan keluarganya akan rugi secara finansial atau keuangan

Mengapa di Indonesia mempunyai banyak kekayaan sumber daya alam baik di laut maupun di darat tetapi rakyatnya miskin dan masih menjadi negara berkembang. Sebab para pemimpin baik yang ada di eksekutif, legislatif dan yudikatif selalu mencari keuntungan pribadi dan golongan. Banyak politikus di bangsa ini yang mencari keutungan dari dunia politik, pada hal dunia politik adalah alat untuk perjuangan bangsa dan negara supaya cita-cita negara ini yaitu melindungi, mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat. Politik itu memberi kepada nusa dan bangsa bukan menerima keuntungan dari kegiatan politik. Dengan kata lain berpolitik itu berani bayar harga karena politik itu berani berkomitmen, seperti yang dilakukan oleh Matius untuk mengikut Yesus. Politik itu fungsinya untuk membangun sistem, kalau sistemnya baik walaupun diisi politikus yang tidak baik akan bisa berubah menjadi baik tetapi sebaliknya walaupun diisi oleh politisi-politisi baik jikalau sistemnya buruk maka politisi yang baik akan berubah menjadi buruk. Seperti Matius yang berbackground kurang baik tetapi masuk dalam aturan dan sistem yang baik akan berubah menjadi buruk.

Ketika sistem yang dibangun itu buruk akan menghasilkan politikus dan pemimpin yang busuk seperti orang orang farisi ketika Yesus ada bersama sama menghadiri pesta yang diadakan oleh Matius d irumahnya yang dihadiri oleh rekan-rekan sejawat Matius sebagai pemungut cukai dan orang berdosa yang lainnya yang makan dengan Dia dan murid-Nya.

Pada saat orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid Yesus, “Mengapa Gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?”

Orang Farisi sebagian besar adalah para pebisnis kelas menengah sehingga wajar jika selalu berinteraksi dengan masyarakat kalangan bawah. Sehingga lebih menghargai. Farisi pada dasarnya kelompok minoritas di struktural keimaman di Israel namun sangat dominan pada saat membuat keputusan-keputusan penting karena mereka mendapatkan dukungan dari rakyat.

Di samping itu secara religius mereka kalau firman memang ditulis memang diwahyukan oleh Allah dan percaya kepada tradisi tradisi yang telah ada sejak nenek moyang. Kesalahan mereka dihadapan Yesus adalah soal mereka menyetarakan tradisi dengan kitab Taurat dan kitab para nabi. Apa yang terjadi di rumah Matius saat dia mengadakan acara makan bersama rekan kerja dan Yesus mereka menegur murid muridNya, “ Mengapa Gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?” Hal yang disampaikan orang Farisi itu memang sesuai dengan adat istiadat bangsa Yahudi sehingga pemungut cukai telah terstigma negatif. Masyarakat menengah ke bawah bangsa Yahudi tidak sadar jika mereka telah diperalat oleh orang-orang Farisi untuk kesejahteraanya sendiri. Orang farisi yang menjadi imam tidak memperjuangkan mereka supaya kehidupan mereka bisa lebih baik dari yang sebelumnya khususnya dalam bidang ekonomi dan sosial budaya serta politik. Orang farisi selalu menjadikan rakyat miskin sebagai obyek saja. Orang farisi adalah para pemimpin yg munafik karena lebih mengutamakan pencitraan dibanding bekerja tulus untuk rakyat yang teraniaya dan tertindas.

Seringkali orang farisi berprilaku sebagai hakim, bagi rakyat yang pada dasarnya mereka tidak tau apa yang menjadi kesalahan yang mereka perbuat. Pada hal yang berhak menjadi hakim memutuskan mereka bersalah atau tidak itu adalah Tuhan.

Apabila seorang pemimpin memutuskan seseorang bersalah atau tidak hanya berdasarkan obyektifitas atau akal sehat pribadi maka jelas hal itu tidak akan bisa memenuhi rasa keadilan masyarakat. Seorang pemimpin itu memutuskan benar salah itu berdasarkan fakta-fakta yang obyektif yang disertai alat bukti dan saksi-saksi yang benar sehingga mereka yang bersalah yang dihukum dan yang benar yang bebas dari hukuman dan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Perilaku semena-mena terhadap sesama itu menjadikan Yesus sangat benci kepada mereka.

Apa yang disampaikan orang farisi kepada muridNya itu ternyata didengar Yesus sehingga Ia berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit.” Orang farisi tidak pernah mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat tetapi cenderung menyalahkan dan langsung memberi hukuman. Apa yang dikatakan Yesus diatas, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabit tetapi orang yang sakit.” Disini Dia hanya ingin menegaskan tentang bagaimana kesalahan yang diperbuat oleh masyarakat itu tidak selalu berakhir di meja hijau atau pengadilan tapi harus diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Sekarang bagaimana jika yang melakukan pelanggaran itu orang farisi apakah mereka juga diadili di persidangan atau tidak. Jika tidak ungkapan bahwa hukum itu tumpul ke atas tajam ke bawah. Siapa yang akan melakukan kontrol terhadap kinerja mereka? Hal ini harus menjadi bahan diskusi dan evaluasi bagi gereja dan para pengikut Kristus bahwa kita harus bisa menjadi kontrol bagi kinerja ASN dan para pemimpin supaya bisa memenuhi amanat dan panggilan Allah. Markus Sulag

 



Leave a Reply