Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mabuk Agama Lupa Tuhan




eBahana.com – Di tengah situasi bangsa yang sedang berjuang menghadapi ganasnya virus Corona, kita diperhadapkan dengan sebuah fenomena “Balonku ada lima“ dan “Naik-naik ke puncak gunung“ sebuah lagu anak-anak yang dianggap mengandung ajaran untuk membenci suatu agama tertentu. Ya sejak beberapa tahun terakhir ini, dimulai dari tahun-tahun politik beberapa tahun yang lalu, sekelompok agama tertentu sedang gencar-gencarnya melemparkan peluru-peluru kebencian, kafir mengkafirkan agama lain. Beberapa media bahkan memberi judul berita dengan sebutan Indonesia sedang mabuk agama.

Ambisi yang berlebihan menjadikan orang menjadi gila. Ada gila jabatan, gila harta, gila wanita dan lainnya. Proses menuju kegilaan disebut “mabuk“. Mabuk takhta, mabuk harta, mabuk wanita dan mabuk lainnya dan belakangan ada mabuk agama. Mabuk dalam pengertian umum adalah keadaan-keracunan karena konsumsi alkohol atau sesuatu yang menyebabkan penurunan kesadaran, kemampuan mental dan fisik. Gejala umumnya adalah bicara menjadi tidak jelas, keseimbangan kacau, koordinasi buruk, muka semburat, mata merah dan kelakuan-kelakuan aneh lainnya.

Mabuk agama adalah perilaku seseorang dalam mengamalkan ajaran agama secara berlebihan sehingga mengabaikan akal sehat. Mereka seperti overdosis dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Hal itu disebabkan karena pemahaman mereka terhadap agama sangat dangkal, mabuk agama yang sedang terjadi di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran individu atau kelompok dalam memahami ‘makna’ agama semakin menurun hingga menyebabkan degradasi terhadap agama itu sendiri.

Banyak orang menjadi keblinger ketika sedang berbicara tentang agama, berbicara tentang kuasa Ilahi, berbicara tentang eksistensi dari sebuah agama. Mereka lupa, bahwasanya agama diciptakan agar kita senantiasa berperilaku baik, tolong menolong, saling menjaga. Bukannya malah membuat kekacauan, membuat ketakutan, membuat “ngeri” dengan dalil agama yang mereka bawa ketika sedang membahas sesuatu. Fenomena mabuk agama yang sedang terjadi semakin membuat banyak orang berstigma negatif terhadap agama tertentu. Mereka membuat agama mereka terdegradasi esensinya.

Agama merupakan bentuk relasi kita dengan Tuhan, ya itu memang benar. Ketika kita sedang beribadah kepada Tuhan, apakah kita perlu untuk mengumbarnya? Apakah kita perlu mengosongkan jidat kita (umat Islam), menggantung Salib di Leher atau telinga, memakai simbol-simbol agama pada tubuh atau pakaian kita agar terlihat seperti orang yang rajin beribadah? Jika kaum agnostik tidak mempunyai agama, bagaimana cara mereka beribadah kepada Tuhan? Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, Konghucu, dll, hingga bangsa primitif pun juga memiliki caranya sendiri dalam beribadah kepada Tuhan, dalam mengakui eksistensi Tuhan. Walau cara dan doa mereka berbeda, intinya tetap satu yaitu mengakui objek tunggal yang bernama Tuhan. Dalam beberapa waktu ini kita di sajikan contoh-contoh, betapa agama memabukkan bagi mereka yang rendah penalarannya.

Ketika seseorang sudah terkontaminasi oleh virus yang berasal dari luar sana, yang sengaja disebarkan guna mencapai tujuan mereka. Orang tersebut gampang sekali panik, paranoid, hingga gelisah tidak menentu. Akun media sosial tersebut menghubungkan film kartun dengan agama, simbol ambulans dengan agama, lagu anak-anak dengan agama, dll. Bukankah itu hanya sebuah film kartun, sebuah lagu yang mengandung edukatif bagi anak-anak, bila dibandingkan dengan lagu-lagu zaman now ini dengan lirik yang mengumbar sensualitas dan seksualitas bukankah itu yang lebih pantas untuk diharamkan. Dalam  lagu, film anak-anak tersebut, banyak sekali pesan moral yang terkandung. Mulai dari berperilaku baik kepada teman, menjalin pertemanan, membantu orang lain, menjaga makhluk hidup, komitmen saling menjaga, dll. Saya lebih memilih mendengar lagu anak-anak atau menonton film kartun daripada harus menonton sinetron yang merusak moral, Saya lebih memilih menonton film kartun daripada harus melihat dan mendengarkan ceramah yang provokatif dan radikal. Saya lebih memilih menonton film kartun dari pada harus menonton kajian keagamaan yang isinya menyudutkan agama lain. Bila menilik etimologi dari Para pakar tentang pengertian agama.

Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia menuju keteraturan dan ketertiban. Melihat perkembangan cara pandang dan esensi agama sekarang ini bukan tidak mungkin orang akan meninggalkan agama. Manusia akan sampai pada satu kesimpulan bahwa lebih baik tidak beragama tapi ber-Tuhan. Menurut saya fenomena mabuk agama ini akan bertambah banyak jika para pemuka agama (semua agama) berjualan ayat untuk politik, untuk kepentingan mereka, untuk nafsu mereka. Jika agama diciptakan untuk kemaslahatan umat manusia, untuk kebaikan umat manusia. Untuk apa para pemabuk agama menggunakan ayat-ayat agama untuk mengkafirkan, membunuh, memusuhi, melaknat orang lain. Bukankah agama menyuruh kita semua untuk saling menghormati, mengasihi, menjaga?

Dalam pandangan Alkitab Yesus Mencela Agama. Yesus Kristus hadir bukan menciptakan agama Kristen, bahkan tidak pernah sepatah kata pun diucapkan-Nya dalam rangka membentuk sebuah agama! Yesus mendobrak kehidupan keagamaan yang sudah karatan dan mengikisnya dengan pisau kebenaran, menjagalnya dengan tidak tanggung-tanggung! Yesus mengadakan konfrontasi secara langsung dengan ahli-ahli agama seperti Ia pernah berkonfrontasi langsung dengan iblis sesudah berpuasa! Kekristenan Bukan Agama. Yesus Kristus tampil tidak menciptakan sebuah agama, Ia menyatakan: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yoh. 18:36). Ini berarti bahwa sejak semula misi utama Yesus tidak mendirikan agama Kristen apalagi mengkristenkan manusia. Ungkapan Kristenisasi adalah ungkapan orang-orang yang sama sekali tidak tahu kebenaran dalam Alkitab. Itu hanya rekayasa mengadu domba umat manusia alias PKI (Pengacau Kerukunan Indonesia). Sudah barang tentu bahwa agama menyangkut cara seseorang mencari Allah! Setiap agama memiliki aturan main yang jelas, secara kasat mata agama memiliki prosesi atau aturan main dalam sembahyang!

Ada beberapa agama yang mengatur dirinya jika mau bersembahyang dan berpuasa atau yang lain terlebih dahulu diatur oleh terbitnya matahari, atau munculnya bulan. Dengan kata lain agama ini rapi menghadap Sang Pencipta diatur oleh ciptaan! Ada juga yang menghadap Tuhannya melalui waktu-waktu dan hari-hari khusus, dari sini munculnya hari baik dan hari tidak baik! Tidak menjadi masalah sebab mereka sedang melakukan cara-cara terbaik untuk menemukan Tuhan-nya. Sebagai kesimpulan fanatik terhadap agama itu wajar dan harus. Fanatik agama boleh tapi jangan sampai mabuk agama.

Mabuk agama itu akan merusak, sudah sepatutnya kita harus cerdas dan memang sepantasnya agama itu mencerdaskan. Jadikan agama untuk mencerdaskan. Agama yang mencerdaskan melalui pengajaran yang dilakukan para pemimpinnya, tokohnya harus mengutamakan spiritualitas dan etika-moral personal dan komunal-sosial yang membawa damai sejahtera, kesatuan dan kemakmuran dalam keberagaman. Maka tepatlah sesuai dengan pengertian agama itu sendiri bahwa orang yang beragama hidup dalam peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia menuju keteraturan dan ketertiban.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Gembala GPdI “Alhayat”.



Leave a Reply