Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

SIAPA YANG MERAWAT ANAK?




Saya dan istri sama-sama bekerja. Beberapa waktu terakhir, kami sering bertengkar karena urusan
anak. Ibu mertua yang semula tinggal bersama kami, kini sudah kembali ke rumahnya dan tidak bisa lagi membantu kami menjaga dua anak yang masih kecil. Otomatis kami kelimpungan. Solusi sementara kami tempatkan anak-anak di daycare, lalu kami jemput sepulang bekerja. Tetapi, karena masalah dana, solusi
tersebut tidak bisa bertahan lama. Apa yang harus kami lakukan? Apakah salah satu dari kami harus
berhenti bekerja untuk menjaga anak di rumah?

Saudara A di kota Y yang dikasihi Tuhan,
Persoalan yang Anda berdua alami itu merupakan masalah klasik yang biasa terjadi pada pasangan-pasangan muda. Ketika ada tekanan dalam hidup, reaksi yang wajar timbul adalah pertengkaran. Namun, firman Tuhan mengajarkan kita bahwa hasil atau buah dari tekanan hidup itu ditentukan oleh pilihan respon kita yang menghadapinya. “Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul” (Ams 30:33)

Anda berdua dapat memilih mengambil posisi sebagai susu, hidung, atau amarah. Bagi susu, tekanan malah akan mengubahnya jadi mentega yang jauh lebih berharga dan bermanfat. Sebaliknya bagi hidung, tekanan akan membuatnya berdarahdarah, kehabisan energi, lemah lunglai, dan lumpuh. Reaksi saudara A dan istri yang sering bertengkar karena masalah anak sesungguhnya merupakan akibat Anda memilih posisi ‘amarah’ dalam menghadapi tekanan.

Saya menganjurkan Anda berdua bersama-sama menghadap Tuhan, berdoa sepakat, dan berjanji tidak akan memilih amarah sebagai respon terhadap persoalan yang Anda hadapi. Minta anugerah- Nya supaya justru tekanan itu akan menjadi berkat yang akan membawa peningkatan dalam segala aspek dalam keluarga Anda.

Setelah itu, berdoalah dan mintalah hikmat Tuhan untuk memilih solusi teknis terbaik bagi masalah yang Anda hadapi.

Kalau memang solusi ‘daycare’ terlalu mahal, bagaimana dengan pengasuh/penjaga anak? Tentunya Anda harus memilih orang yang sayang anak dan berpengalaman.

Mengenai pertimbangan agar salah satu dari Anda berhenti bekerja, itupun bisa menjadi sebuah jalan keluar. Anda jangan terlalu cepat beranggapan bahwa kalau seseorang tinggal di rumah, dia akan kehilangan penghasilannya. Saya kenal seorang teman yang karena harus menjaga anak, terpaksa mundur dari pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta. Namun justru karena itu, sekarang dia punya usaha home industry makanan kecil dengan penghasilan puluhan kali lebih besar dari gajinya dulu ketika dia masih jadi karyawati
di kantor. Ada pula teman saya yang lainnya, seorang pria yang gara-gara di-PHK dari kantor tempat dia bekerja, sekarang malah sukses sebagai pengusaha stationary. Kiranya Bapa di Surga di dalam nama Tuhan Yesus mengaruniakan hikmat sehingga Anda berdua dapat segera mengatasi masalah tersebut.

“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Flp 4:19).

 

Pdt. Drs. Ec. Theofilus Hendra Santosa
Gembala Sidang Gereja Baitani Kahal Semarang



Leave a Reply