Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Etika Seksual




Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian seks sebagai kata benda adalah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Seks adalah salah satu perilaku manusia yang berurusan dengan etika. Seks melekat pada hidup manusia. Sebagai manusia, maka perilaku yang berurusan dengan seksualitas perlu disorot dari sudut pandang etika. Bagi  iman Kristen, pengetahuan etika mengenai seks bersumber dari Alkitab.

Perlu disadari tentang kuasa dosa dalam kehidupan manusia. Manusia berdosa berpotensi, berbakat dan bertabiat berbuat  jahat dan manipulatif, termasuk dalam seksualitasnya. Tetapi penilaian terhadap seks dan dorongan seksual sebaiknya dilihat dari perspektif tata penciptaan Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa manusia (Adam dan Hawa) diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk seksual. Setelah Tuhan menciptakan langit, bumi beserta isinya, Ia menciptakan manusia dalam gambar dan rupa-Nya. Seperti tertulis dalam Kitab Kejadian 1:27 sebagai berikut, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar  Allah diciptakan dia ; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”

Ayat tersebut sangat tegas menunjukkan bahwa manusia itu direncanakan dan diciptakan dengan seksnya atau jenis kelaminnya sebagai laki-laki dan perempuan sebagai makhluk seksual. Dengan demikian kebutuhan seksualitas merupakan kebutuhan yang secara langsung melekat pada kodrat manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk seksual. Oleh karena itu seks dan dorongan-dorongan seksualitas dalam diri manusia bukanlah suatu hal yang kotor dan najis.  Allah menilainya sungguh amat  baik  (Kejadian 1:31), ini berarti seksualitas tidak hanya sesuatu yang baik, tetapi sekaligus mencitrakan kesucian dan kekudusan Allah. Oleh karena itu sebagai insan normal tidak perlu merasa rendah diri, apabila mengalami dorongan-dorongan seksual dalam dirinya. Setiap orang harus memperhatikan dan meresapi serta merespek terhadap seks dan dorongan-dorongan seksual dalam dirinya dengan kesadaran imani. Sebab Tuhan menciptakan makhluk seksual dalam sebuah norma kemanusiaan, yaitu diciptakan dalam harkat dan martabat kemanusiaan sebagai gambar dan rupa Allah (imago Dei).

Seksualitas adalah sebagai kebutuhan dalam diri manusia sebagai makhluk seksual, haruslah dihayati dan dinikmati dengan menjunjung harkat dan  martabat manusia itu sendiri. Harkat dan martabat manusialah yang harus menjadi norma morailitas manusia. Jadi jelas bahwa Seks dan dorongan-doronan seksual dalam diri manusia adalah berada dibawah  kendali moral.  Jika terjadi penyimpangan seks, bukanlah karena seks itu kotor dan najis tetapi karena manusia yang melakukannya dikuasai dan dikendalikan oleh seksualnya. Hasrat seksual yang disebut  eros (cinta berahi) adalah sesuatu yang baik dan perlu, tetapi nafsu yang berapi-api dapat menjadi bahaya dan ancaman bagi manusia.  Sebagai bagian dari keluhuran harkat dan martabat, seksuaualitas manusia mempunyai beberapa fungsi. Malcolm Brownlee (ahli etika Kristen) berpendapat bahwa  seks dan dorongan-dorongan seksual dalam diri manusia sebagai makhluk seksual mempunyai fungsi penting :

  1. Fungsi Mempersatukan seorang laki-laki dan perempuan dalam satu ikatan cinta kasih yang melembaga dalam ikatan perkawinan yang sah. Dalam Alkitab disebut  menjadi satu daging yang diartikan secara harafiah dengan berhubungan seks. Tetapi kesatuan daging itu tidak semata mata berurusan dengan tubuh saja tetapi di semua Jadi hubungan seksualitas cermin dari dari hubungan total jiwa raga. (Kejadian 2 : 24, Matius 19 : 5, Markus 10 : 8, Efesus 5 : 31). Disini letak azas pernikahan Kristen berazas monogami. Sebagai suami istri yang sah, harus saling mengasihi, menghormati satu terhadap yang lain dalam penyatuan yang eksistensial dengan melebur ke dalam dorongan-dorongan seksual yang kudus. Dasar pernikahan adalah Kasih Kristus (agape) yaitu kasih yang menekankan pada aspek pengorbanan dan kesediaan untuk memberi. Hubungan seks tidak boleh ada egoisme. Dalam hubungan seks memang ada eros (saling tertarik), tetapi harus disempurnakan dengan cinta agape (memberi, berkorban untuk pasangan).
  2. Fungsi Prokreasi, disebut sebagai fungsi pembuahan dan kelahiran anak.

Pasangan suami istri mempunyai kewajiban memenuhi hasrat pasangannya dalam persatuan seksual. Cinta pasangan tersebut diwujudkan dalam anak, anak adalah buah cinta mereka. Dalam  kehidupan masyarakat kita, yang masih kuat pengaruh ideologi diskriminasi seks. Dimana ada anggapan bahwa perempuan yang tidak mampu melahirkan anak, dianggap tidak bermartabat. Dalam Alkitab dikatakan bahwa nilai martabat perempuan (manusia) bukan terletak pada mampu tidaknya untuk melahirkan. Nilai martabat perempuan yang paling hakiki justru terletak pada pengakuan bahwa  perempuanpun diciptakan oleh Allah setara dengan laki-laki dalam rupa dan gambar Allah sendiri.

  1. Fungsi Kenikmatan dan mengatasi kesepian

Perempuan diciptakan supaya laki-laki tidak kesepian dan karena laki-laki membutuhkan teman. Tuhan berkata : ”tidak baik kalau manusia seorang diri saja. Aku akan akan menjadikan seorang penolong baginya yang sepadan dengan dia”. (Kejadian 2 : 18). Fungsi Hubungan seksual yang dimaksudkan bukan sekedar menikmati hubungan seks secara badaniah. Tetapi tujuannya supaya terjadi komunitas manusia, yaitu hubungan personal seorang laki-laki dan seorang perempuan. Juga merupakan hubungan sosial secara wajar dalam pergaulan antar umat manusia.

Seksualitas merupakan kebutuhan yang secara langsung melekat pada kodrat manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk seksual. Seks bukanlah kotot atau najis, Allah menilainya sungguh amat baik, ini berarti seksualitas tidak hanya sesuatu yang baik, tetapi sekaligus mencitrakan kesucian dan kekudusan Allah. Harkat dan martabat manusia yang harus menjadi norma morailitas manusia. Artinya seks dan dorongan-dorongan seksual dalam diri manusia adalah berada dibawah kendali moral.  Jika terjadi penyimpangan seks, bukanlah karena seks itu kotor dan najis tetapi karena manusia yang melakukannya dikuasai dan dikendalikan oleh seksualnya.

Seksualitas tidak dapat dipahami secara sempit sekedar hubungan biologis, melainkan sebagai cerminan relasi personal seorang laki-laki dan seorang perempuan. Juga merupakan hubungan sosial secara wajar dalam pergaulan antar umat manusia. Dari sudut pandang etika Krsiten, seks adalah suatu yang baik, luhur dan suci. Namun seks sebagai bagian integral dari kehidupan manusia, seks tak luput dari bias dosa. Seks tidak kotor dan najis, tetapi bisa dinajiskan dan bisa berakibat buruk. Seksualitas dan dorongan-dorongan seksual mempunyai tiga  fungsi tersendiri dalam kehidupan manusia yaitu mempersatukan seorang laki-laki dan perempuan dalam sebuah ikatan cinta yang melembaga dalam perkawinan. Seks dan dorongan-dorongan seksual merupakan anugerah Allah, jadi harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Yudhi Widyo Armono



Leave a Reply