Doni Heryanto : Mengenal Kristus dan menjadi Serupa dengan DIA
Sebagai orang Kristen, apakah mimpi besar dalam hidup saudara??? Mimpi yang dimaksudkan bukanlah “bunga tidur” karena banyaknya pikiran sepanjang hari yang terbawa dalam mimpi, tetapi mimpi yang adalah visi/tujuan hidup yang saudara tetapkan dalam hati dan yang akan menggerakkan seluruh aktivitas hidup saudara guna mencapai visi/tujuan itu. Apakah visi/tujuan hidup saudara sebagai orang Kristen??? Bagaimana saudara dapat mencapai visi/tujuan itu??? Kehidupan seperti apa yang ingin saudara jalani dalam pengiringan saudara kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus???
Melalui Filipi 3:10-11, kita akan belajar bersama-sama dari rasul Paulus mengenai mimpi besarnya, yang seharusnya juga menjadi mimpi besar kita sebagai pengikut Kristus.i Mimpi besar Paulus adalah mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. Mengenal dan menjadi serupa dengan Kristus adalah mimpi besar, sebab keselamatan/kehidupan kekal adalah perihal mengenal Allah, Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. Tuhan Yesus dalam doanya mengatakan: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yohanes 17:3). Tanpa pengenalan akan Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus, kita tidak memiliki kehidupan kekal itu. Selanjutnya bahwa tujuan Allah bagi mereka yang diselamatkan adalah menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29).ii
Sebagai orang Kristen, apakah saudara benar-benar mengenal Tuhan Yesus Kristus??? Apakah saudara yakin telah benar-benar mengenal Dia??? Mengenal seseorang lebih dari sekedar mengetahui beberapa fakta tentang orang itu (nama, tempat tinggal, hari lahir, bentuk fisik, dll.). Sungguh-sungguh mengenal seseorang lebih kepada mengenal hatinya, yaitu keseluruhan hidupnya, seperti apa pilihan hidup yang akan mereka buat atau kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani? Apakah mereka adalah orang yang setia atau tidak? Bagaimana cara mereka dalam merespon situasai tertentu? Apakah saudara mengetahui itu dari kata orang atau melalui pengalaman hidup bersama mereka? Inilah kehendak Paulus untuk mengenal Yesus secara benar yang akan membawa perubahan dalam hidup. “Paul wanted to know Jesus in the truest biblical sense—personally and experientially. And he wanted this to affect his day-by-day living.”iii Mengenal bukan sekedar mengetahu fakta-fakta tentang Tuhan Yesus, tetapi mengenal hatinya, yaitu keseluruhan hidupnya melalui Firman dan pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan. Dalam komenarnya mengenai hal ini, Courson menuliskan: “In my legalistic, religious days, I knew about God theologically and intellectually,” said Paul. “But now I want to know Him intimately.”iv Persekutuan intim dengan Yesus adalah bentuk pengenalan pribadi dengan Yesus, bukan sekedar mengenal secara teologis maupun intelektual.
Mengenal Tuhan Yesus Kristus dan menjadi serupa dengan Dia haruslah menjadi tujuan utama kita, Sebab Dia adalah segala-galanya. Memiliki segala sesuatu tetapi tidak mengenal dan menjadi serupa dengan Kristus sama dengan tidak memiliki apa-apa. Apa artinya memiliki seluruh dunia tetapi jiwa kita binasa? Keselamatan adalah kebutuhan yang sangat mendesak bagi setiap orang. Sebaliknya, kehilangan segala sesuatu tetapi mengenal Tuhan Yesus Kristus dan menjadi serupa dengan Dia berarti kita memiliki segalanya, karena kita adalah ahli waris Kerajaan Sorga (Roma 8:17).v Itulah sebabnya rasul Paulus telah menyerahkan status, prestise, kesejahteraan, kenyamanan, bahkan keluarga untuk mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan Dia, sebab ia tahu bahwa mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan Dia lebih dari segala-galanya. Dengan mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan Dia, kita beroleh iman dan keselamatan.
Dalam Filipi 3:10-11 rasul Paulus berbicara tentang 4 hal yang sangat penting, berkenaan dengan pengenalan akan Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. Pertama, mengenal Kuasa kebangkitan-Nya. Mengenal kuasa kebangkitan-Nya sangatlah penting, karena dengan pengenalan akan kuasa kebangkitan-Nya, kita akan mengalami perubahan hidup ke arah Kristus. Perhatikan betapa besar kuasa-Nya, kuasa yang tidak terselami. Kuasa Firman yang menjadikan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Kuasa yang telah menjadikan alam semesta dengan keteraturan yang mengherankan. Kuasa yang telah menciptakan kita manusia menurut gambar dan rupa Allah sendiri (kejadian 1:26-27). Lebih dahsyat lagi adalah kuasa kebangkitan-Nya. Perhatikan pernyataan Paulus dalam Efesus 1:18-23: “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan- Nya:betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan- Nya bagi orang- orang kudus, dan betapa hebat kuasa- Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa- Nya, yang dikerjakan- Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan- Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap- tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan- Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan- Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh- Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” (TB) Kuasa kebangkitan yang hebat itu dikaruniakan kepada kita untuk menang atas dosa dan kematian. Kuasa yang memberikan hidup kekal, kuasa untuk menang atas Setan dan atas pencobaan. Kuasa yang menjadikan kita anak-anak Allah (Filipi 3:20-21). Itulah sebabnya rasul Paulus “bermimpi besar” untuk mengenal kuasa kebangkitan Kristus dan rela membayar harga yang sangat mahal.vi
Kedua, Persekutuan dengan penderitaan-Nya. Bersektu dengan Tuhan Yesus Kristus dalam penderitaan-Nya adalah penting dalam kehidupan Kristen. Rasul Paulus dalam ilham Roh menyatakan bahwa kita akan mewarisi Kerajaan Sorga dan akan dipermuliakan bersama Kristus, kalau kita “menderita bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:17). Penderitaan Tuhan Yesus Kristus adalah awal dari kemuliaan-Nya. Kita perlu tahu semangat rela menderita yang Yesus miliki. Dia dengan rela memikul salib dan taat sampai mati, sehingga Allah sangat meninggikan Dia mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Filipi 2:9). Tuhan Yesus Krisus telah merendahkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba yang siap menderita untuk menyelamatkan umat manusia, demikian juga seharusnya kita hidup sebagai hamba Tuhan dan siap menderita bersama dengan Kristus. “Jesus Christ was humble, willing to give up his rights in order to obey God and serve people. Like Christ, we should have a servant’s attitude, serving out of love for God and for others, not out of guilt or fear.”vii
Bagaimana kita mengenal dan rela menderita bersama dengan Tuhan Yesus Kristus??? Orang yang mengenal Tuhan Yesus Kristus memahami bahwa menderita adalah suatu kehormatan: para rasul menerima penderitaan yang mereka alami dengan sukacita, karena mereka dianggap layak menderita bersama Tuhan Yesus Kristus. Ditulis dalam Kisah Para Rasul 5:41: “Rasul- rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.” Dalam pertobatannya, Rasul Paulus ditetapkan mengalami banyak penderitaan dalam memenuhi tugas panggilannya sebagai pemberita Injil Yesus Kristus. Tetapi firman Tuhan kepadanya (Ananias)viii:”Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi- Ku untuk memberitakan nama- Ku kepada bangsa- bangsa lain serta raja- raja dan orang- orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama- Ku.” (KPR 9:15-16). Roma 5:3-4: Rasul Paulus yang memahami penderitaan yang harus dialaminya dalam tugas pelayanan menyatakan: “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (Roma 5:3-4). Itu sebabnya, kepada Timotius, rasul Paulus menasihatkan agar siap menderita dalam pelayanan kepada Kristus. “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil- Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia- Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman. (2 Timotius 1:8-9). Kepada Timotius juga rasul Paulus menyatakan penderitaannya dalam pelayanan: “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang- orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.” (2 Timotius 2:9-10).
Rasul Petrus juga menegaskan bahwa penderitaan adalah bagian dalam kehidupan Kristen: 1 Petrus 4:12-13: “Saudara- saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah- olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan- Nya.” (1 Petrus 4:12-13). Seberapa besar kerinduan saudara untuk bersekutu dalam penderitaan Tuhan Yesus Kristus? Apa yang memotivasi saudara untuk menderita bersama dengan Dia? Jika kita mengenal Dia, hati-Nya, dan kasih-Nya. Karena jika kita mengasihi seseorang, maka kita mau menderita untuknya. Seorang ibu ingin mengantikan posisi anaknya yang sakit. Untuk orang yang dikasihnya, seseorang mau mendonorkan organ tubuhnya. Jika kita mengenal dan mengasihi Tuhan, maka kita rela menderita bersama-sama dengan Dia.
Ketiga, Serupa dalam kematian-Nya. Menjadi serupa dalam kematian Kristus adalah pengalaman hidup Kristen yang sangat penting, sebagaimana dinyatakan oleh rasul Paulus: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” (Roma 6:3-5). Bagaimana sifat kematian Kristus itu? Tuhan Yesus Kristus mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Allah. Dalam pergumulan doa-Nya di taman Getsemani, Kristus menyatakan bahwa Ia telah mati bagi diri-Nya sendiri dan hidup bagi Allah:“Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata- Nya:”Ya Bapa- Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada- Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39). Sebagai orang Kristen, kita harus mati bagi diri kita sendiri dan hidup bagi Allah. Sebagai milik Kristus, kita harus menyalibkan daging dan segala keingingannya dan selalu tunduk taat pada pimpinan Roh Kudus (Galatia 5:24-25).
Mengenal Kristus, berarti kita hidup sama seperti Kristus hidup (1 Yohanes 2:6).ix Meliputi kerinduan agar dunia mengenal kasih Allah dalam Kristus: “Tidak banyak lagi Aku berkata- kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri- Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada- Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini.” (Yohanes 14:30-31). Mengenal Kristus berarti mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Ini adalah kematian yang dimotivasi oleh kasih. Dalam 2 Korintus 4:7-12 rasul Paulus menulis: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah- limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.”
Keempat, pengharapan dibangkitkan dari kematian. Kalau kita sungguh-sungguh percaya dan bersatu dengan Kristus dalam kematiannya, maka kita juga akan mengalami kuasa kebangkitan-Nya, yaitu dibangkitkan dari kematian. Inilah yang seharusnya menjadi mimpi besar bagi setiap orang Kristen.x Sebagai orang Kristen apakah pengharapan kita hanya sekedar ingin masuk Sorga atau hidup bersama dengan Dia? Keselamatan tidak sekedar hidup kekal, tetapi hidup bersama dengan Kristus, mengenal-Nya lebih dalam lagi. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13:12 menulis: “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar- samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Adalah kebahagiaan kalau kita dapat hidup bersama dengan orang yang kita kasihi. Apa yang menjadi pengharapan saudara untuk masa depan? Apakah itu keselamatan? Ya!!! Berjumpa dengan Allah? Ya!!! Hidup bersama dengan Yesus? Ya!!! Mari kita rela berkorban untuk mengenal Dia dengan benar melalui belajar Firman, berdoa, beribadah, dan melayani Tuhan. Halleluya.