Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bapa, Engkau Hadiah Natal Terindahku




karya fiksi : Alexandros Tarigan

“Hadiah apa yang kan kudapat tahun ini?” ucap pelan Rendi malam itu sambil menatap keluar jendela.

Pikiran Rendi penuh dengan pertanyaan di awal Bulan Desember ini Salju? Baju Hangat? Kue Kering dan Susu? Hahah tawa Rendi membayangkan Asiknya semua itu. Rendi tinggal di negara beriklim tropis tidak ada Salju Turun dibulan desember, yang spesial dibulan ini hanya libur sekolah yang cukup panjang juga acara natal gereja yang diakhir acara namanya akan dipanggil untuk menerima Hadiah Natal seperti tahun tahun lalu. Kring….Kring…..Kring…… lamunan Rendi pecah juga bunyi alarm dikamar rendi sudah tepat menunjuk jam 19.00 yang artinya harus segera berangkat kerja. Rendi masih dibawah 17 tahun untuk bekerja tapi apa daya tidak ada makanan jika tidak bekerja, orang tua Rendi sudah meninggal saat Rendi masih kecil dan dia terpaksa masuk asrama. Saat libur panjang tiba tidak ada anak lain diasrama jadi mau tidak mau Rendi harus kembali kerumah orang tuanya walau jaraknya tidaklah jauh dari asrama dan juga mencari makanan sendiri.

“Rendi akhirnya kamu datang juga, ayo segera kita siap-siap dan buka” sambut bapak yang menjadi pemilik kedai kopi tempat rendi bekerja. Pak Wartok.  Mereka berdua bekerja sama merapikan meja dan kursi membersihkan debu debu yang menempel dan siap untuk menerima pelanggan mereka. Setelah sekian lama menunggu pelanggan mulai berdatangan dan memesan kopi yang pak Wartok seduh. Bau khas seduhan kopi memikat siapa saja yang menghirupnya. Rendi sangat senang ketika melihat para penikmati tersenyum setelah mencoba kopi itu kadangpula  Rendi tertawa kecil karena tau kopi yang disajikan tidak memakai gula. Malam itu terpikir oleh Rendi kenapa para penikmati tersenyum setelah mencicipi kopi pahit itu?

Pesanan pelanggan tak menyibukan pak Wartok dan Rendi lagi, kesempatan atas pertanyaan yang mengusarkan pikirannya, Rendi mencoba bertanya pada pak Wartok, “pak, kenapa meraka sangat menikmati kopi pahit itu?” tanya rendi. Pak Wartok hanya diam dia beranjak dari tempat duduknya dan menyeduhkan kopi pahit kepada Rendi.

“Cobalah Ren, lalu deskripsikan pada bapak tentang rasanya!” pinta pak Warto pada Rendi. Sudah terbayang oleh Rendi bahwa Kopi itu sangat pahit tapi karena pak Wartok yang meminta iya segera menyeruput kopi itu  .lidah Rendi kelu karena pahitnya, “apa hanya pahit yang lidahmu terima Rendi?” tanya pak Wartok, Rendi hanya mengangguk pelan, “Rendi kamu tak menyadari bahwa kopi juga memiliki rasa asam, bukan hanya pahit cobalah sekali lagi meminumnya?” pinta pak Warto kepada Rendi yang segera dilaksanakan karena penasaran, kali ini lidah Rendi tak salah mengecap,”wah… ternyata benar bahwa kopi ini memiliki rasa asam!” ujar Rendi kaget.

 

“kita manusia terkadang hanya menyadari sebuah hal yang menjadi kenikmatan, kita ambil contoh saja natal tiap tahun,menurut Rendi hadiah apa yang akan rendi terima besok dan hadiah apa yang akan berpengaruh dalam hidup?” Ujar pak Wartok dan Rendi mengeleng tanda tak tau. “mungkin besok kamu akan mendapat baju atau mainan dari gereja, tapi bapak mau kasih tau kamu bahwa sudah dari lama kamu mendapat hadiah terindah dari semua hadiah yang sudah kamu terima,tapi kamu tak menyadarinya.” ujar pak Wartok kepada Rendi yang membuat Rendi penasaran dan berbalik tanya “ lalu hadiah apa yang sampai aku tak sadar itu pak?”
“Hadiah itu adalah bapa mu yang selalu kamu sebut saat doa dan renungan, bapa disurga Yesus Kristus anak Tunggal Allah yang telah lahir kedunia untuk mati dikayu salib menebus dosa kita yang pada hari natal kmu peringati sebagai hari lahirnya, indah bukan hadiah itu Rendi, nah hadiah yang kamu terima tiap tahun itu seperti gula yang menutupi rasa kopi dan kita hanya menyadari tanpa gula kopi hanya pahit, yang membuat kita hanya menyadari tanpa hadiah natal dari gereja natal tahun biasa biasa saja” ujar pak Wartok seraya mengambil cangkir kopi yang ternyata sudah habis diminum Rendi.

 

Rendi tau bahwa setiap dari kita punya sesuatu yang spesial tapi tak kita sadari. “Terimakasih Bapa, Engkau Hadiah Natal Terindahku” akhir doa Rendi saat hendak tidur malam itu



Leave a Reply