Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bagaimana Orang Kristen Berpuasa?




eBahana.com – Shalom, Saat ini saya sedang melakukan doa puasa. Tujuannya supaya permohonan saya dikabulkan. Hal yang hendak saya tanyakan, bagaimana cara berpuasa yang benar, apakah ada batasan waktunya dan dilakukan pada saat tertentu? Dan, apakah yang dimaksud dengan puasa Daud? Apakah puasa dalam Kristen ada bermacam-macam? Mohon pencerahannya. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati. Noven di Medan.

Jawaban: Melihat pertanyaan Anda tentang puasa, tekanan utama yang Anda ajukan adalah apa tujuan puasa, bagaimana puasa yang benar supaya permintaan kita dikabulkan, dan apa yang dimaksud dengan puasa Daud. Bila diperhatikan, rentetan puasa yang dilakukan oleh orang Yahudi merupakan wujud nyata sikap merendahkan diri (humble) di hadapan Tuhan. Hal ini dilakukan karena mereka tahu bahwa Tuhan membenci orang congkak dan mengasihani orang yang rendah hati. Perhatikan Yakobus 4:6, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkanNya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”

Tuhan Yesus sendiri pernah mengajukan sebuah perumpamaan mengenai orang yang permohonannya kepada Allah dikabulkan dengan gambaran seorang Farisi dan pemungut cukai. Demikian kata-Nya: 10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena
aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Ketika Daud berdoa dan berpuasa, itu adalah wujud merendahkan diri, karena ia sadar telah berdosa terhadap istri Uria. Ia menyadari bahwa sebagai hukuman, anak hasil perzinaannya sakit dan akan mati. Lebih dari itu, Daud juga yakin bahwa Allah itu penuh kasih dan murah hati. Ia memperoleh pengampunan dosa dari Tuhan (Mzm. 51 dan Mzm. 32). Didorong oleh keyakinan mengenai kebaikan Tuhan, ia merendahkan diri, berdoa, dan berpuasa dengan harapan anaknya sembuh dan hidup lagi (2 Sam. 12:22–23). Namun, Tuhan berkehendak lain, anak Daud mati, dan ia menerima kenyataan itu.

Jadi, puasa adalah wujud merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk memohon supaya apa yang kita inginkan dikabulkan Tuhan. Namun, semua tergantung pada kehendak-Nya yang pasti baik bagi kita.

Mengenai puasa orang percaya, tujuannya bukan supaya dilihat orang, melainkan supaya Tuhan memerhatikan kita (Mat. 6:16–18). Orang Farisi pernah mempertanyakan mengapa murid Yesus tidak berpuasa, sementara mereka berpuasa (Mat. 9:14). Puasa harus memiliki tujuan yang berfokus kepada Tuhan dan bukan kepada diri sendiri, seperti orang Farisi. Yesus memberikan jawaban dengan tiga ilustrasi, yakni pesta pernikahan, kain lama ditambal dengan kain baru, dan anggur baru ditaruh di kantong lama (Mat. 9:15–17). Pertama, Yesus sedang membicarakan mengenai hubungan yang baru antara Yesus dan muridmurid-Nya, bukan sebagai aturan atau syariat agama. Yesus sedang bicara hubungan mempelai dengan teman dekat. Apakah seorang teman akan bersedih kalau mempelai lakilaki sedang bersama pengantinnya? Kedua, Yesus bicara mengenai hati yang baru. Hati yang lama, penuh dosa tidak bisa ditambal sulam. Ia harus dibarui secara utuh. Yesus yang akan mempebarui hati orang yang percaya kepada-Nya. Dan yang terakhir, Yesus menjelaskan mengenai kehidupan yang baru (anggur baru) harus ditaruh di hati yang baru. Kalau kita ingin permohonan kita dikabulkan Tuhan, sebenarnya yang paling penting adalah apakah kita sudah memiliki hubungan yang baru dengan Tuhan, hati yang baru dan cara hidup yang baru? Tuhan Yesus bersabda, “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7).

Demikian jawaban saya kiranya Roh Kudus menjelaskan jauh lebih dalam ke lubuk hati Anda. Terima kasih, Tuhan memberkati.

 

Pdt. Dr. Noor Anggraito melayani sebagai dosen theologi dan gembala jemaat. Tinggal di Yogyakarta.



Leave a Reply